Warga menyebut jembatan itu sebagai Jembatan Lalay, sesuai nama kampung tempat jembatan itu membentang. Menurut keterangan warga, keberadaan jembatan itu sudah ada sejak sekitar tahun 1960.
Beberapa perbaikan dilakukan. Namun sayang pebaikan seadanya itu kalah oleh kerusakan yang membuat keropos penyangga besi.
"Dari tahun 1964, mulai rusak itu, sudah sejak 20 tahunan. Panjang jembatan, sekitar 60 meter, lebar 2,7 meter. Jembatan ini sering dilalui warga dari tiga desa, Bantar Kalong, Mekarjaya dan Sirnajaya," kata Fatah (60), warga sekitar lokasi kepada detikJabar, Senin (19/6/2023).
![]() |
Fatah mengatakan, setiap hari warga melintasi Jembatan Lalay, baik untuk aktivitas pertanian, perniagaan, hingga pendidikan. Jembatan itu penopang satu-satunya yang menghubungkan antara sejumlah desa dengan lintasan jalan kabupaten atau jalan utama.
"Tidak sedikit warga yang kepeleset saat melintasi jembatan ini. Goyangan tali baja penopang jembatan sudah dalam kondisi buruk, jadi yang kepeleset itu karena goyangan tali penyangga ke sampingnya luar biasa kuat," ungkap Fatah.
Pantauan detikJabar, beberapa besi penyangga terlihat sudah habis dan patah dimakan karat. Beberapa penopang pegangan jembatan juga sudah terlepas dari tempatnya.
"Itu memang ada yang diganjal pakai bambu, besi itu sering goyang, makanya ditopang bambu karena sebagian besinya sudah patah. Besi yang besar gadangan bawahhya, sudah keropos semua," ungkap Fatah.
![]() |
Fatah menyebut sudah ada beberapa kali pengecekan dari aparat pemerintah. Namun menurutnya mereka hanya datang kemudian mengambil foto dan tidak ada kabar lagi.
"Yang foto-foto sering, diajukan juga sudah beberapa kali tapi enggak ada kabar lagi. Harapan warga ingin diperbaiki, mobil semua bisa masuk pengennya dicor," harap Fatah.
Sementara itu Entis, warga lainnya mengatakan Jembatan Lalay juga kerap dilintasi mobil. Seiring berjalannya waktu, berat kendaraan yang melintas kemudian dibatasi tidak boleh melebihi 1 ton.
"Banyak mobil lewat, kalau dulu aman-aman saja. Namun semakin ke sini semakin bernahaya. Landasan bawahnya juga banyak yang jebol, sudah sering diperbaiki swadaya oleh warga namun ya itu rusak lagi karena keterbatasan warga ya, seadanya," ungkap Entis.
Terpisah Kades Sirnajaya Dirman Sudirman mengatakan lokasi jembatan merupakan perbatasan antardesa. Kedua desa itu pernah mengajukan bantuan untuk perbaikan jembatan, bahkan sampai mengundang anggota DPRD Propinsi.
"Itu di batas desa, sama-sama ikut mengajukan dengan Desa Bantarkalong, kita mengundang dewan propinsi supaya meninjau, alhamdulillah datang. Tanggalan (perbaikan) sudah muncul, list angka Rp 30 miliar, namun karena ada COVID saat itu, akhirnya tertunda," kata Dirman.
Rencananya pihak desa akan mengajukan kembali. Tujuannya agar perbaikan jembatan segera terealisasi.
"Rencana ke pemerintah provinsi, kalau bisa diajukan lagi, supaya jembatan bisa diperhatikan lagi. Jembatan itu 60 meter kurang lebih, lebar 2,5 meter. Rusak sudah 10 tahunan, sebelumnya pernah (diperbaiki) oleh PU kabupaten perbaikan berkala, tapi ya rusak lagi," pungkasnya. (sya/orb)