Mimpi Muhammad Rasyid Ghifary harus kandas di tengah jalan. Cita-citanya untuk bisa tampil bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aksantara di Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI), pupus setelah petaka maut menimpa mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknis Mesin dan Dirgantara ITB tersebut.
Fary, sapaan akrabnya, meninggal setelah mengalami kecelakaan saat uji terbang pesawat tanpa awak yang disiapkan bersama rekan-rekannya. Petaka maut itu menimpa Fary di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Selasa (6/6).
Semuanya terjadi saat pesawat tanpa awak yang dibuat Fary dan rekan-rekannya bernama Fixed Wing Aksantara hendak diuji coba. Adapun misinya sesuai dengan kriteria kontes yaitu misi pengawasan atau surveillance.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat berwarna dominan oranye itu sendiri dibuat dengan bobot 8,5 kilogram, lebar sayap 2.540 mm, panjang 1.420 mm, dan aspect ratio 10,2. Kecepatan terbangnya diklaim bisa menyentuh angka maksimal (cruising speed) 20 meter per detik dan kecepatan sebelum jatuh (stall speed) 12 meter per detik.
Selasa sore, Fary dan rekannya sudah tiba di Lanud Sulaiman. Sejumlah peralatan lalu dipersiapkan, salah satunya alat pelontar untuk melakukan uji terbang pesawat tanpa awak ini.
Dalam keterangan tertulisnya, Biro Komunikasi ITB menjelaskan alat lontar pesawat nirawak itu berupa karet elastis besar yang disangkutkan pada sebuah pasak besi besar. Namun sayangnya, setelah beberapa kali dijajal, Fary dan rekannya belum berhasil memasang komponen penting dari pesawat tanpa awak itu.
Tapi, Fary dan rekannya tak patah arang. Lokasi alat pelontar itu kemudian dipindahkan supaya uji terbang pesawat yang mereka siapkan bisa berjalan lancar.
Masalah ini rupanya menjadi petaka bagi Fary. Setelah memindahkan lokasi pelontar, tanah tempat pasak itu dipasang sudah tercampur lumpur yang membuat alat tersebut tidak begitu kuat menahan beban uji coba pesawat.
Dan betul saja, petaka ini akhirnya datang. Karena struktur tanah yang berlumpur, pasak alat pelontar itu malah terhempas ke arah Fary di lokasi kejadian. Ia lalu tertusuk pasak tersebut di bagian rahang bawah kanannya.
Situasi kepanikan langsung melanda rekan-rekan Fary di sana. Fary sendiri langsung dilarikan ke RSAU Lanud Sulaiman, sementara rekannya segera menghubungi pihak keluarga serta dosen pembimbing Aksantara.
Namun sayang, nyawa Fary tidak bisa diselamatkan. Berdasarkan pemeriksaan elektrodiagram (EKG), Fary dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.44 WIB karena mengalami luka tumpul.
Kepergian Fary pun membawa duka mendalam bagi Citivas Akademika ITB. Mewakili Rektor ITB, Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto turut berduka cita atas insiden tersebut.
"Rektor ITB beserta jajaran mengucapkan turut berdukacita sedalam-dalamnya kepada pihak keluarga (orang tua) Fary yang juga merupakan alumni ITB dan kepada keluarga besar FTMD atas berpulangnya Fary," katanya.
Baca juga: Pasak Maut yang Renggut Nyawa Mahasiswa ITB |
ITB juga tak tinggal diam setelah insiden ini. Naomi memastikan ITB bakal melakukan investigasi dengan mengutus dosen pembimbing UKM Aksantara dan dosen FTMD.
"Investigasi dilakukan Dosen pembimbing UKM Aksantara dan dosen dari FTMD. Hingga saat ini belum ada kabar bahwa UKM Aksantara akan dibekukan, namun pimpinan ITB menghimbau agar semua mahasiswa yang berkegiatan di UKM untuk selalu bertindak hati-hati dalam berkegiatan," pungkasnya.
(ral/dir)