Pasak alat pelontar pesawat tanpa awak yang tercabut dari tanah membawa maut bagi Muhammad Rasyid Ghifary, mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknis Mesin dan Dirgantara ITB.
Rasyid meninggal saat sedang menguji pesawat tanpa awak yang dia ciptakan bersama rekan-rekannya di UKM Aksantara ITB. Hal itu karena pasak alat pelontar pesawat tanpa awaknya tercabut gegara tanah yang basah.
"Selasa sore itu hujan ya, kemudian sesudah reda mereka kemudian mencoba. Tapi karena hari Senin (5/6/2023), Selasa (6/6/2023) hujan jadi tanah itu basah, jadi dia menancapkan pasak ke tanah. Jadi karena basah, nggak kuat," kata Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Prof Dr Tatacipta Dirgantara, Rabu (7/6/2023).
"Ketika pelontar itu ditarik, pasaknya tercabut dari tanah, karetnya kena orang. Mengenai dua orang, yang satu nggak kenapa-kenapa, hanya kena tangan. Satu lagi (Rasyid) kena area yang fatal," lanjut dia .
Dia menegaskan kecelakaan itu murni terjadi karena kondisi tanah basah yang membuat pasak tercabut. Sementara dari sisi pesawat tanpa awak, dipastikan tidak terjadi masalah.
"Itu pesawatnya mau uji coba, pesawatnya mah nggak ada masalah, tapi yang masalah pelontar pesawatnya itu loh," ujarnya.
Almarhum Rasyid sendiri sudah dimakamkan oleh pihak keluarga di Jakarta, Rabu (7/6/2023) siang. Tatacipta mengaku keluarga besar ITB sangat berduka atas kepergian Rasyid yang dikenal sebagai mahasiswa aktif dan punya prestasi.