Tugas Berat Pemkot Bandung dalam Turunkan Angka Stunting

Tugas Berat Pemkot Bandung dalam Turunkan Angka Stunting

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 06 Jun 2023 23:00 WIB
Ilustrasi stunting di Indonesia
Ilustrasi stunting (Foto: Getty Images/iStockphoto/Riza Azhari)
Bandung -

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih punya tugas soal kesehatan masyarakat Bandung. Salah satunya yakni stunting yang terjadi pada anak-anak.

Stunting merupakan masalah gizi kronis, penyebab paling besar yakni kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang. Stunting dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak dengan salah satu ciri tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Pelaksana harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna menyebut data terbaru masih ada 5.548 anak di Kota Bandung yang mengalami stunting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Stunting memang kami akui angkanya masih cukup tinggi, meskipun sudah turun. Tadinya di kota Bandung ada 26 koma sekian persen, sekarang sudah turun 19 koma sekian persen. Kalo dikonversi kepada jumlah itu tadi masih ada 6.326 anak yang memang masih tergolong kelompok stunting. Tapi kami terus berproses dan mengupdate data, disampaikan oleh para Camat sekarang ada di angka 5.548 anak," kata Ema pada wartawan Selasa (6/6/2023).

Ema mengatakan, bakal menggalakkan lebih banyak sosialisasi pencegahan stunting dari RT, RW, Camat, hingga organisasi masyarakat dan para ibu-ibu agar lebih memahami dan awas soal stunting.

ADVERTISEMENT

Menurut Ema, stunting tak melulu soal gizi namun juga soal kelayakan tempat tinggal. Masalah ini juga harus jadi perhatian utama oleh Pemkot Bandung.

"Stunting bukan cuma soal asupan makanan tapi juga aspek tempat tinggal. Rutilahu (rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (RS-Rutilahu)) di Bandung masih ada PR sebanyak 4.331 harus kita pikirkan," ujar Ema.

Ema menuturkan kemiskinan bukan menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Oleh karena itu, dia meminta OPD tak sekedar memberi edukasi.

"Ekonomi bisa, memang mayoritas, tapi saya katakan stunting tidak identik dengan kemiskinan, tapi bisa pola perilaku lain. Kalau memberi edukasi memang sebuah keniscayaan, tapi paling real aksi dan konsistensi," ucapnya.

Ia menambahkan, penanganan stunting tak hanya diselesaikan oleh pemerintah, tapi harus ada komitmen dari dalam diri para orang tua.

"Harus ada komitmen dari diri sendiri untuk menggunakan dana ini dengan benar sesuai peruntukannya yakni penambahan asupan gizi untuk anak," imbuh Ema.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kaniasari memaparkan, pogram bantuan Bapak & Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu Pemkot Bandung untuk menurunkan angka stunting dari 26,4 persen ke 19,4 persen tahun 2022.

"Dalam RPJMD kita, tahun 2023 targetnya 19,01 persen. Lalu 2024, targetnya mencapai 14 persen," kata Kenny, begitu biasa disapa.

Tahapan awal BAAS adalah survei yang dilakukan pada 24-26 Mei 2023 ke rumah para anak stunting yang dapat bantuan pemberian tambahan makan.

Kenny mengatakan, Pemkot juga perlu bantuan untuk didistribusikan sebagai bentuk nyata membantu masyarakat mencegah stunting.

"Bantuan-bantuan didistribusikan oleh anggota PKK untuk diolah di dapur sehat atasi stunting (Dashat). Salah satunya kami dapat bantuan dari Lions Club, masing-masing anak mendapatkan Rp500.000 selama 6 bulan ke depan," katanya.

Sementara itu, Ketua Lions Club Bandung Ceria Litawaty Widjaya Tamzil menuturkan pihaknya ikut serta dalam pengentasan stunting. Salah satunya memberikan bantuan kepada anak penderita stunting.

"Dukungan tersebut diwujudkan dengan membiayai program tersebut bagi sejumlah anak penderita stunting diwilayah dengan jumlah anak stunting di Kota Bandung," kata Litawaty.




(aau/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads