Remaja di Jepang terancam musnah pada 2030-an. Hal tersebut karena tingkat kelahiran di Jepang mengalami penurunan selama tujuh tahun berturut-turut.
Dilansir detikHealth, pada 2022, angka kelahirannya mencapai rekor terendah. Kementerian kesehatan Jepang mengungkapkan kondisi itu membuat populasinya semakin menyusut dan menua dengan cepat.
Baca juga: Tips Hadapi Cuaca Panas di Arab Saudi |
"Populasi kaum muda akan mulai menurun drastis pada tahun 2030-an. Jangka waktu hingga saat itu adalah kesempatan terakhir kita untuk membalikkan tren penurunan kelahiran," jelas Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida yang dikutip dari Reuters, Jumat (2/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fumio Kishida mengatakan, penurunan angka kelahiran di negara itu dijadikan sebagai prioritas utama dalam pemerintahannya. Meskipun Jepang memiliki utang yang besar, pemerintahnya berencana mengalokasikan pengeluaran sebesar 3,5 triliun yen setahun atau setara Rp 376 triliun untuk mendorong warga agar mau punya anak.
Kondisi demografis Jepang yang terjadi saat ini semakin diperburuk pandemi COVID-19. Itu membuat tingkat pernikahan dan kelahiran semakin sedikit.
Jumlah bayi baru lahir di Jepang juga turun 5 persen menjadi 770.747 tahun lalu, angka terendah baru. Sementara data menunjukkan jumlah kematian melonjak 9 persen lebih tinggi ke rekor 1,57 juta. Lebih dari 47.000 kematian di Jepang tahun lalu disebabkan oleh pandemi virus corona.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini.