Asal-usul Kampung 'Janda Musiman' dan Rumah Megah di Purbalingga

Kabar Daerah

Asal-usul Kampung 'Janda Musiman' dan Rumah Megah di Purbalingga

Tim detikJateng - detikJabar
Jumat, 02 Jun 2023 05:00 WIB
Ilustrasi rumah tetangga
Ilustrasi rumah (Foto: Getty Images/iStockphoto/coffeekai)
Purbalingga -

Di Purbalingga ada sebuah desa yang dijuluki 'Kampung Janda Musiman'. Julukan itu diberikan karena sebagian besar warga prianya merantau, dan membuat rumah megah untuk ditinggali istri dan keluarganya di kampung.

Desa ini terletak di Desa Sumampir, Kecamatan Rembang. Jika dilihat secara letak geografis, 'Kampung Janda Musiman' ini berada di pinggiran. Jaraknya dari wilayah perkotaan mencapai 28 km arah timur laut.

Dikutip dari detikJateng di area dengan luas 575 hektare ini, banyak rumah megah dari para perantau yang sukses. Tak hanya di pinggir jalan utama, rumah megah warga kampung juga menular ke gang-gang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaur Perencanaan desa setempat, Ivana (27) mengatakan pemilik rumah mewah tersebut adalah para perantau yang sukses. Mereka membangun rumah tersebut untuk ditinggali keluarganya.

"Ini baru yang di pinggir jalan. Di belakang rumah ini masuk gang juga banyak rumah-rumah besar. Ini yang punya warga sini yang merantau," kata Ivana saat menunjukkan kawasan perkampungan dengan rumah megah, seperti dikutip dari detikJateng.

ADVERTISEMENT

Dia menyebut penduduk yang merantau sebagian besar berprofesi sebagai pedagang. Mereka awalnya membawa produk asli dari Desa Sumampir yaitu kelambu industri rumahan.

Namun seiring berjalannya waktu, para perantau juga mengambil produk industri dari pabrik besar seperti tikar. Mereka juga berdagang tekstil dengan modal yang lebih besar lagi.

"Pedagang ini yang merantau mengambil untungnya harus besar juga. Bisa mencapai 300 persen. Karena kan tidak mungkin sudah jauh-jauh merantau tapi cuma untung sedikit. Tapi modalnya harus besar juga," terang Ivana.

Tujuan para perantau awalnya ke Pulau Sumatra dan Kalimantan. Namun saat ini warga Desa Sumampir sudah menyebar dari barat hingga timur Indonesia.

Ivana menyebut tren pergeseran baru berubah ke wilayah timur dalam lima tahun terakhir. Para perantau ingin lebih melebarkan sayap lagi dan mengadu nasib ke Pulau Dewata dan Lombok. Lebih jauh mereka ada juga yang sampai ke wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Sekarang trennya malah ke timur, seperti Bali dan Lombok NTT. Target mereka itu mereka bisa berhasil berdagang di sana. Dagangannya macam-macam, sekarang itu tikar ambil dari produsen. Jiwanya berdagang bukan produksi," jelasnya.

Menurut Ivana, dari dahulu kaum perempuan seolah terlihat hidup sendiri. Namun di balik kisah itu rata-rata mereka bekerja di rumah. Mungkin karena sudah karakter atau memang saking semangatnya.

"Bapaknya berangkat (merantau), di sini mereka (warga wanita) tetap kerja. Ibaratnya yang bikin kelambunya atau produksi jahit, atau yang berjualan makanan. Banyak di sini perempuan yang bergerak seolah-olah mereka jadi tulang punggung keluarga," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di detikJateng dengan judul Mengintip 'Kampung Janda Musiman' Purbalingga, Hidup di Desa Rumah Bak Istana

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads