Pilu Petani Tembakau di Sumedang Dihantam Cuaca

Pilu Petani Tembakau di Sumedang Dihantam Cuaca

Nur Azis - detikJabar
Senin, 29 Mei 2023 20:45 WIB
Petani sekaligus pengolah tembakau di Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang tampak sedang menjemur tembakau yang sudah diolahnya.
Petani sekaligus pengolah tembakau di Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang tampak sedang menjemur tembakau yang sudah diolahnya. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Komoditas tembakau di Kabupaten Sumedang menurun hasil panennya pada awal 2023 ini. Hal itu lantaran kondisi cuaca yang tidak menentu belakangan ini.

Seperti yang dialami Dodo (43), salah satu petani serta pengolah tembakau di Dusun Cibogo, Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang.

"Karena kondisi cuaca sekarang itu kadang suka turun hujan secara mendadak, sehingga hal itu sangat berpengaruh pada hasil panen tembakau," ungkap Dodo

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekadar diketahui, dalam satu tahun ada tiga kali musim panen tembakau. Secara tradisi, para petani sekaligus pengolah tembakau di wilayah Tanjungsari dan Sukasari kebanyakan akan bercocok tanam di luar wilayah Sumedang pada saat memasuki bulan ke-11 atau November 2022 dengan perhitungan untuk musim panen pada awal tahun 2023.

Sementara saat memasuki bulan kelima tahun 2023, mereka tidak akan bercocok tanam namun akan mengandalkan hasil panen dari wilayah timur atau sekitar wilayah Tomo, Ujungjaya dan Paseh untuk memenuhi jumlah produksi tembakaunya.

ADVERTISEMENT

Dodo sendiri bertani tembakau di wilayah sekitar Cikoneng, Cileunyi, Kabupaten Bandung dengan cara sewa lahan. Ia pun mengaku bahwa hasil panennya mengalami penurunan pada awal tahun ini.

"Dari 100 bata lahan yang dikelola biasanya mampu menghasilkan 2 ton tembakau, kemarin itu (hasil panen bulan kedua dan ketiga) hanya 1,5 ton tembakau," terangnya.

Hasil panen tembakau itu biasa ia jual kepada bandar atau pengepul di kampungnya. Harga tembakau yang dijual dihargai berdasarkan kualitasnya.

Untuk satu ikat tembakau atau setara 20 lempeng tembakau dengan kualitas rendah, Dodo biasa menjual seharga Rp 150 ribu. Sementara untuk kualitas super dalam jumlah yang sama, ia biasa menjual dengan harga Rp 300-400 ribu.

"Satu ikat itu beratnya ada yang 4 kilogram, ada yang 5 kilogram," ujarnya.

Jumlah produksi yang mengalami penurunan membuat pendapatan Dodo pun menjadi berkurang. Sejauh ini, ia mengaku baru mampu menjual 30 ikat tembakau kualitas sedang dengan harga Rp 250 ribu per ikat.

"Kemarin baru menjual 30 ikat harganya Rp 250 ribu karena kualitasnya campur dengan kualitas rendah, ya itu akibat faktor cuaca, untuk hasilnya tinggal dikalikan saja," terangnya.

Ketua APTI Sumedang Otong Supendi membenarkan jumlah hasil panen tembakau di Kabupaten Sumedang menurun akibat faktor cuaca pada awal tahun 2023.

"Karena kondisi cuaca tidak menentu menjadikan banyak petani yang gagal panen," terangnya.

Otong menyebut, hasil panen tembakau sekitar 2.313 ton (tembakau kering) dari 2.570 hektar lahan yang ada di Sumedang. Jumlah itu menurun 30 persen dibandingkan hasil panen sebelumnya.

"Itu karena gagal tanam atau jadi berkurang 30 persen," ujarnya.

(iqk/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads