Wanti-wanti Pakar ITB Agar Tak Terlalu Percaya Jawaban ChatGPT

Wanti-wanti Pakar ITB Agar Tak Terlalu Percaya Jawaban ChatGPT

Tim detikEdu - detikJabar
Minggu, 21 Mei 2023 22:00 WIB
Sejak dirilis untuk publik pada akhir tahun silam, ChatGPT langsung populer. Hal ini karena dianggap ChatGPT merupakan program kecerdasan buatan yang takjub.
ChatGPT (Foto: Mateusz Slodkowski/Getty Images)
Bandung -

Pakar ITB mewanti-mewanti agar pengguna tak terlalu percaya dengan ChatGPT, platform kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI. Apa alasannya ?

Dirilis pada November 2022, ChatGPT menyajikan jawaban dari data-data yang telah disediakan. Publik ramai menggunakan ChatGPT untuk sekadar coba-coba hingga mendapatkan informasi yang detail tentang sesuatu.

Dikutip dari detikEdu, Dr Eng Ayu Purwarianti, ST, MT, yang merupakan dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, salah satu teknik dalam Artificial Intelligence adalah machine learning. Di mana jika kita membangun suatu model Artificial Intelligence dengan machine learning maka kita juga harus menyediakan data.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data itu nantinya dimasukkan ke dalam algoritma machine learning dan menghasilkan sebuah model Artificial Intelligence. Machine learning akan mempelajari pola yang ada di dalam data, data pun tersedia dalam data supervised dan data unsupervised.

Dijelaskan Dr. Ayu bahwa data supervised harus diberikan penambahan label data secara manual, sebagai contoh data pada media sosial nantinya akan secara manual diberikan label positif, negatif ataupun netral oleh seorang data annotator. Berbeda dengan data unsupervised, yang tidak perlu ada label data. Kedua jenis data ini memiliki tugas yang berbeda.

ADVERTISEMENT

Mengapa Tidak Boleh Terlalu Percaya dengan ChatGPT?

Dr Ayu menjelaskan, ChatGPT adalah salah satu aplikasi Artificial Intelligence di bidang natural language processing yang di dalamnya memanfaatkan Pre-trained Generative Large Language Model. Data dalam ChatGPT dibangun dari data unsupervised.

"Hal yang menarik adalah Pre-trained Generative Large Language Model dibangunnya secara unsupervised. Jadi ChatGPT itu mengumpulkan semua data dokumen yang ada di Internet, termasuk source code, yang kemudian digabungkan tanpa diberikan label. Semua data ini dimasukkan ke dalam algoritma deep learning yang disebut GPT," ujarnya dalam situs ITB, Rabu (17/5/2023)

Dalam prosesnya, ChatGPT menggunakan teknik generative yang dibangun dari data triliunan kalimat yang kemudian dimasukkan ke dalam deep learning. Ketika kita memberikan input pertanyaan, maka ChatGPT akan memberikan jawaban yang sebenarnya merupakan hasil karangan yang di-generate per kata.

Hanya saja, lanjut Dr Ayu karena sumber datanya yang sangat banyak sehingga karangannya pun sebagian besar benar.

"Sehingga melalui penjelasan ini kita menjadi tahu konsekuensinya, untuk tidak terlalu percaya terhadap hasil dari ChatGPT, karena pada dasarnya dia (ChatGPT) ngarang," ucap Head of Artificial Intelligence Center ITB itu.

Ketika kalimat dari data yang sangat banyak itu masuk kedalam algoritma deep learning, ChatGPT sama sekali tidak menyimpan pengetahuan tetapi mengatur bobot yang ada dalam deep learning. Sehingga sebenarnya di dalam model ChatGPT yang tersimpan adalah hubungan antarkata

Artikel ini telah tayang detikEdu dengan judul Dosen ITB Ingatkan Untuk Tidak Terlalu Percaya ChatGPT, Apa Alasannya?

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads