Kisah Petugas Damkar Bandung Lepas Cincin di Jari Bayi 9 Bulan

Kisah Petugas Damkar Bandung Lepas Cincin di Jari Bayi 9 Bulan

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 18 Mei 2023 13:08 WIB
Petugas saat melepas cincin di jari bayi
Petugas saat melepas cincin di jari bayi (Foto: Istimewa)
Bandung -

Seorang bayi berumur sembilan bulan jadi 'tamu spesial' untuk para petugas Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) kota Bandung beberapa waktu lalu.

Bayi itu bernama Nadia. Dia diantar oleh kakek dan neneknya untuk meminta pertolongan damkar. Cincin di jari manis Nadia tak bisa di lepas. Padahal, kakeknya sudah berusaha melepaskan dengan dilumuri sabun. Tapi jari mungil Nadia justru semakin tersiksa dengan keberadaan cincinnya.

Hari itu, Totoy Suhasmana Komandan Regu Penyelamat Pleton 3 Regu 3 dan timnya berjaga di kantor jalan Sukabumi nomor 17. Mendapat tamu spesial, ia pun berusaha membantu melepas cincin emas yang baru melingkar di jari Nadia sekitar satu bulan yang lalu itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebulan yang lalu anak itu jarinya masih sesuai dengan diameter ukuran cincin tersebut, tapi mungkin ada pertumbuhan ya. Saat itu kami dan anggota tim rescue melaksanakan eksekusi dengan kita komitmen dulu dengan pihak anak, karena cincin harus dirusak, dipotong pakai alat-alat yang kita miliki. Setelah setuju akhirnya bisa terbuka," cerita Totoy dengan antusias, saat dihubungi detikJabar, Kamis (18/5/2023).

Totoy menjelaskan saat pemotongan, timnya memberi alas dari besi atau plat sebagai pengaman, agar alat grinder mini sebagai pemotong tidak tembus ke jari.

ADVERTISEMENT

Hanya butuh waktu 15 menit, cincin yang tersemat di jari Nadia pun berhasil dilepas. Kata Totoy, cincin berbahan emas memang lebih mudah dipotong karena ketebalannya.

"Lama atau tidaknya itu tergantung bahan cincinnya juga. Banyak yang ke kantor itu bahan cincin dari metal, stainless, itu agak sulit ya belum lagi dengan ketebalan cincinnya, jadi keras sulit dipotong," katanya.

"Memang yang datang kesini bervariasi, ada yang nangis ketakutan, dan sebagainya. Tapi kemarin luar biasa itu anak umur 9 bulan hanya menangis sebentar saja. Anak itu solehah pokoknya, jadi penanganannya juga cepat," lanjut Totoy.

Nadia menjadi 'pasien' termuda yang pernah Totoy tangani. Namun, kasus melepas benda yang melingkar di jari, bukan jadi kali pertama. Totoy pun turut menceritakan kisah-kisah lainnya.

"Nadia bukan anak kecil pertama yang kami tangani, tapi memang yang termuda. Pernah ada anak kecil masukkan jari ke lubang kunci pintu yang ada di kusen. Akhirnya kusen dipotong kurang lebih 15 cm x 15 cm, kemudian dibawa ke kantor dan kami potong," cerita Totoy.

"Memang kalau menangani anak kecil itu ada perlakuan khusus ya. Kita harus bisa menghibur, mengalihkan perhatian, jadi saat ditangani itu mudah. Intinya kalau di pemadam itu harus bisa banyak hal," lanjutnya.

Selain itu, kisah lucu saat penanganan masih terekam jelas dalam memorinya. Ia menceritakan suatu waktu pernah membantu melepaskan cincin seorang ibu yang sudah mengalami pembengkakan parah pada jarinya.

"Ada ibu-ibu yang mengambil paksa cincinnya sampai tangannya luka. Tapi kadang pola pikir mereka itu harus pergi ke rumah sakit. Setelah itu disarankan dokter supaya cincinnya dilepas di damkar baru lukanya diobati dokter. Kondisinya cincin sudah tertutup oleh daging, ada pembengkakan jadi sulit," kenangnya.

Tak cukup sampai disitu, tim Diskar PB dibuat harus memutar otak sebab ternyata ibu tersebut tak mau jika tangannya disentuh laki-laki.

"Padahal kan 95% anggota kami itu laki-laki. Kemudian ada namanya si Reza, anggota kami badannya kecil dan mukanya nggak berkumis. Dia kami pakaikan kerudung dan lipstik, tapi saya sarankan jangan bersuara. Akhirnya karena dia didandanin, berhasil dieksekusi dengan memakan waktu kurang lebih satu jam. Ya itu salah satu cerita lucunya," ujar Totoy.

26 tahun mengemban tugas di Diskar PB, membuat Totoy sudah berpengalaman membantu masyarakat. Mulai dari memadamkan api, melepas cincin, mengamankan sarang tawon, sudah biasa ia dan tim lakukan.

Karakter masyarakat yang berbeda-beda tak jarang membuat pekerjaannya terasa semakin sulit. Namun ia mengaku tetap tulus mengemban tugasnya, sebab ada kepuasan saat mampu membantu dengan sukarela.

"Kami harus semaksimal mungkin, sebisa mungkin menyenangkan. Suka duka jadi pemadam kebakaran ya sukanya saat kami mampu melakukan penanggulangan dalam segi apapun kita berhasil. Saat kita tidak berhasil itu lah dukanya. Tapi sejauh ini alhamdulillah belum pernah gagal dalam membantu warga," ucap Totoy.




(aau/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads