Politisi Dedi Mulyadi hengkang dari keanggotaannya di Partai Golkar sekaligus sebagai anggota DPR RI. Surat pengunduran diri itu tersebar melalui media perpesanan elektronik, baik grup maupun pribadi.
Dalam pesan yang beredar, surat itu ditujukan kepada Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto.
Kedua surat itu ditandatangani di atas materai atas nama Dedi Mulyadi, tertanggal 10 Mei 2023. Pada kalimat penutup, tertulis surat pengunduran dirinya dari kursi Legislatif sebagai pemenuhan persyaratan bakal calon anggota DPR RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi Mulyadi pun telah mengonfirmasi bahwa dirinya resmi bergabung dengan Partai Gerindra, setelah pengunduran dirinya dari Partai Golkar. Kepastian itu sempat diungkapkan Dedi dalam video yang beredar di aplikasi perpesanan.
Ia mundur tak hanya seorang diri. Sang buah hati, Maulana Akbar Ahmad Habibie juga memutuskan mengambil langkah serupa dengan ayahnya. Anak sulung Dedi Mulyadi itu menjadi bacaleg Jabar dari Fraksi Gerindra, untuk daerah pemilihan Karawang-Purwakarta.
Keputusan Dedi Mulyadi ini dinilai pengamat politik menjadi keuntungan bagi partai berlambang kepala Garuda tersebut. Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Firman Manan menyebut, Dedi mampu memberi keuntungan bagi Partai Gerindra, sementara Partai Golkar akan dirugikan dengan kepergiannya.
"Di sisi lain, Partai Gerindra ada keuntungan, bagaimana pun Kang Dedi itu figur yang cukup populer di Jawa Barat, sementara Partai Gerindra sejauh ini alami krisis terkait figur populer walaupun sebagai partai cukup signifikan," kata Firman via sambungan telepon, Senin (15/5/2023).
Firman menyebut, tidak dipungkiri naiknya elektabilitas Gerindra di Jawa Barat karena Prabowo Subianto. Bergabungnya Dedi Mulyadi ke Partai Gerindra menambah peruntungan karena ketokohan Dedi Mulyadi di Jawa Barat sudah cukup populer.
"Ini karena pengaruh efek Pak Prabowo, tapi figur lokalnya enggak muncul. Sehingga masuknya Dedi Mulyadi ibu tentu berpotensi memberikan insentif ke Partai Gerindra yang paling dekat memang yang bisa kita lihat di Pileg," ucapnya.
Meski Partai Golkar sudah memiliki kader baru yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Firman menyebut, hengkangnya Dedi Mulyadi bakal menimbulkan dampak kerugian bagi partai berlogo pohon beringin itu. Menurut Firman, Dedi keluar dari Partai Golkar tidak sendiri melainkan bersama gerbongnya yang merupakan simpatisan politiknya.
"Ada potensi kerugian karena memang tokoh seperti Dedi Mulyadi bawa gerbong, bawa kader dari Partai Golkar dan kedua basis family nya, terutama memang di wilayah yang Dedi Mulyadi dan gerbongnya punya basis family yang kuat di daerah Purwakarta, Karawang dan Bekasi," lanjut Firman.
Meski saat ini mantan istri Dedi Mulyadi yakni Anne Ratna Mustika masih terdaftar sebagai kader Golkar, menurut Firman ketokohan dan figuritas Dedi Mulyadi masih cukup tinggi.
"Kita tahu mantan istrinya dulu bagian dari keluarga politik Dedi Mulyadi, jadi bukan karena kekuatan istrinya, justru istrinya bisa jadi bupati karena ketokohan dan figuritas Dedi Mulyadi, kita lihat memang kekuatan Dedi Mulyadi masih cukup kuat di mata publik Jawa Barat, termasuk di Purwakarta," kata Firman.
(aau/orb)