Masjid di Kolong Jembatan Bandung, Refleksi Hijrah Pentolan Geng Motor

Masjid di Kolong Jembatan Bandung, Refleksi Hijrah Pentolan Geng Motor

Naja Sarjana, Istawa Faqih Atthoriq - detikJabar
Sabtu, 29 Apr 2023 13:30 WIB
Saepul, sosok di balik Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buat Batu (BJTB)
Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu: Tempat Curhat yang Teduh (Foto: Alya Larasati)
Bandung -

Siang itu, Jumat (14/04/2023), Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buah Batu (BJTB) dipenuhi oleh jamaah yang ingin menunaikan ibadah salat Jumat. Jamaah yang datang memarkirkan kendaraan bermotornya di area parkir yang disediakan, ada pula yang datang dengan berjalan kaki dari rumah atau kantornya.

Suara deru kendaraan bermotor terdengar jelas dari masjid tanpa kubah yang letaknya persis di bawah jembatan tol tersebut. Meskipun begitu, jamaah yang hadir dapat tetap melaksanakan ibadah salat Jumat dengan penuh hikmat.

Di masjid ini, Saepul Rohmat (44) menyambut hangat orang-orang yang datang. Baik itu jamaah masjid yang ingin melaksanakan salat atau pun orang-orang yang datang untuk singgah dan beristirahat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saepul adalah salah satu pendiri Masjid Hijrah BJTB yang juga menjabat sebagai Sekretaris DKM masjid. Sejak masjid ini dibangun setahun lalu, tepatnya 4 April 2022, Saepul tak pernah absen untuk datang ke masjid di bawah kolong jembatan ini.

Sosok Saepul sempat heboh beberapa waktu lalu. Usut punya usut, Saepul merupakan mantan anggota geng motor yang kini sudah hijrah dan memfokuskan dirinya untuk beribadah kepada Allah SWT. Meskipun begitu, bagi Saepul hijrah merupakan proses yang panjang dan ia beranggapan bahwa dirinya masih terus belajar.

ADVERTISEMENT

Mantan Anggota Geng Motor

Saepul bercerita tentang awal mula ia bisa bergabung dengan geng motor dimana ia menghabiskan masa mudanya itu. Ia pertama kali bergabung dengan geng motor tersebut saat berusia 17 tahun, tepatnya pada tahun 1996.

Saepul yang saat itu merupakan siswa Sekolah Teknik Mesin (STM) terlibat perkelahian antar siswa. Salah satu teman Saepul yang tidak disebutkan namanya, mengajak Saepul yang kala itu baru saja kehilangan ayahnya untuk bergabung dengan sebuah geng motor yang cukup besar namanya di Kota Bandung.

"Dulu tahun 1996 saya pernah masuk geng motor sampai tahun 2018 saya keluar," ujar Saepul.

Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buat Batu (BJTB)Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buat Batu (BJTB) Foto: Alya Larasati

Saepul mengaku bergabungnya di geng motor tersebut membawa dirinya secara pribadi ke jalan hidup yang urakan dan radikal. Ia mengaku sering terlibat perkelahian antar geng motor yang memang sempat meresahkan masyarakat.

Meskipun begitu, Saepul mengaku bahwa geng motor yang ia ikuti tidak selamanya berkonotasi negatif. Saepul beberapa kali menyebutkan bahwa melalui perannya di geng motor, ia belajar banyak tentang arti persahabatan, menguatkan mental, serta kekeluargaan.

"Masyarakat Bandung mah mungkin mikirnya (geng motor) urakan, radikal, sampah masyarakat. Tapi saya dapat ilmunya sehingga aplikasinya selama saya di sana yang jeleknya tidak saya bawa, tetapi semangatnya dalam mengerjakan sesuatu itu saya belajar dari sana (geng motor)," tutur Saepul.

Titik Balik Hijrah

Bagi Saepul, hijrah bukanlah sesuatu yang instan melainkan sebuah proses panjang menuju kebaikan. Saepul sendiri menyebutkan bahwa dirinya masih dalam proses hijrah itu sendiri dan berusaha untuk tetap konsisten di jalan kebaikan.

Kondisi keluarga yang berantakan serta meninggalnya anak sulung membuat Saepul bertekad untuk memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik khususnya dalam segi agama dan spiritual.

"Titik awal saya kembali lagi mengenal agama itu pada tahun 2021, anak saya (yang pertama) meninggal," ujarnya.

Saepul mengingat kembali kondisi keluarganya kala itu. Pasca perceraian dengan sang istri di tahun 2018, Saepul mengaku sempat mengalami krisis yang membuat hidupnya seperti keluar jalur.

Air mata Saepul tidak dapat terbendung ketika memutar balik memorinya ke tahun 2021, ketika putra sulungnya meninggal. Putranya yang saat itu duduk di bangku kelas 3 SMA meninggal karena sakit yang diderita.

"Saya tidak menyangka saat itu, almarhum putra saya akan diambil oleh Allah SWT," kata Saepul.

Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buat Batu (BJTB)Masjid Hijrah Bawah Jembatan Tol Buat Batu (BJTB) Foto: Alya Larasati

Saepul mengaku sebelumnya almarhum putra sulungnya sempat meminta agar keluarganya mengadakan syukuran di hari ulang tahunnya nanti. Namun, takdir berkata lain. Putra sulung Saepul harus menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan sang ayah tepat di hari ulang tahunnya.

"Saya pada saat itu kuat karena (almarhum putra sulung) meninggalnya, tuh, di pelukan," pungkas Saepul sambil menahan air matanya.

Saepul sempat bertanya-tanya kepada Tuhan mengapa nyawa anaknya harus diambil saat itu tepat di hari ulang tahunnya. Saepul sangat terpukul hingga emosinya tidak terbendung.

Meskipun saat itu Saepul telah keluar dari geng motor dimana ia bergabung, tetapi hidupnya masih urakan dan radikal. Akhirnya, sang ibu pun turun tangan untuk membantu Saepul kembali menata hidupnya.

"Waktu itu sudah keluar dari geng motor, tapi masih urakan dan radikal. Akhirnya setelah kejadian itu (anak meninggal), saya disuruh ibu ke suatu tempat," kata Saepul.

Saepul diarahkan oleh ibunya untuk ikut tinggal di tempat adiknya di daerah Baleendah, Bandung. Di sana, Saepul menenangkan diri serta memutus komunikasi dengan lingkungannya selama beberapa bulan.

Suara adzan yang berkumandang di masjid dekat rumah adiknya itu seperti mengetuk hati Saepul. Beberapa kali, Saepul mulai mengunjungi masjid untuk berdiam diri hingga akhirnya kembali melaksanakan ibadah salat secara rutin.

"Masjid itulah cikal bakal awal mula saya istiqomah ke masjid," pungkas Saepul.

Mengabdikan Diri Untuk Beribadah

Setelah puluhan tahun merasa hidupnya telah keluar jalur, Saepul akhirnya berusaha untuk kembali ke jalan yang benar. Salah satunya adalah dengan istiqomah melaksanakan ibadah serta mengikuti kajian-kajian.

Setelah keluar dari geng motor, Saepul sempat memiliki beberapa pekerjaan salah satunya sebagai pekerja di sebuah home industry bidang konveksi. Namun, kini Saepul bertekad untuk memfokuskan dirinya dalam beribadah dan berdakwah di jalan Islam.

Ia pun turut serta dalam pembangunan Masjid Hijrah BJTB. Tak hanya itu, Saepul aktif berperan sebagai sekretaris DKM Masjid Hijrah BJTB dan juga sementara menjadi marbot masjid atau orang yang ditugaskan untuk merawat masjid.

"Setelah hampir 8-9 bulan sana-sini, ternyata nggak bisa fokus (beribadah). Akhirnya saya resign dan ingin memfokuskan (beribadah) di masjid," ujar Saepul.

Selain itu, Saepul juga berusaha untuk memperbaiki hubungan dan menjadi sosok ayah yang lebih baik bagi putri bungsunya, Salsa. Ia mengaku proses hijrahnya ini telah membawa hubungannya dengan sang putri menjadi lebih baik dan lebih terbuka.

"Saya suka baca-baca juga cara sahabat-sahabat nabi merawat anak," pungkasnya.

Dari proses hijrah tersebut, Saepul pun mengaku hidupnya menjadi lebih baik bagi dirinya pribadi, bagi lingkungan, maupun bagi keluarganya. Kini, Saepul berusaha untuk terus istiqomah dalam beribadah sambil berdakwah dan menyebar kebaikan kepada sesama.

Artikel ini merupakan proyek kolaborasi dari mahasiswa Kampus Merdeka di detikJabar.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads