Dedi (32) terlihat menyapu lantai lorong area dalam Gedung Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Sesekali matanya melirik ke gazebo lapas, tempat berkumpulnya keluarga warga binaan.
Sudah dua kali Lebaran, pria yang akrab disapa Emed itu tidak mendapat kunjungan dari keluarganya. Diketahui, ia adalah seorang narapidana atau warga binaan yang dihukum 4 tahun penjara karena kasus penganiayaan.
Di kalangan lapas, istilah bagi mereka yang tidak pernah mendapat kunjungan keluarga sejak menjalani hukuman kerap dikenal dengan sebutan 'Anak Hilang'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kena pasal 351 (tentang penganiayaan), saya menjalani hukuman di sini sudah 2 tahun 1 bulan, sisa hukuman yang harus saya jalani seluruhnya (vonis) 4 tahun," lirihnya saat ditemui detikJabar di Lapas Kelas II B Warungkiara, Senin (24/4/2023).
Emed mengaku memaklumi keluarganya belum menjenguk. Selain karena jarak, persoalan biaya jadi hambatan. Ia memakluminya dan tidak mau keluarganya menguras uang hanya untuk menjenguknya di lapas.
"Dari pertama masuk belum pernah ketemu anak dan istri, tahun kemarin juga tidak karena pandemi, jadi ada kebijakan kami tidak boleh ada kunjungan. Karena saya memaklumi keluarga juga tidak bisa ke sini membutuhakn banyak biaya hanya untuk sekadar menjenguk saya," kata Emed.
"Kalau dibilang sedih, ya sedih, ya haru juga pasti ada, sudah lama tidak bertemu dengan keluarga. Terakhir itu saat di Polres, setelah itu sampai sekarang belum bertemu lagi. Keluarga saya, anak dan istri tinggal di Kabupaten Bandung, kalau kengen bertemu ingin sekali bertemu, anak saya tiga kan," tambahnya.
Selepas Idul Fitri pihak Lapas memang memberikan ruang untuk warga binaan dan keluarga untuk halal bihalal saling bertemu selama tiga hari. Dilihat detikJabar, isak tangis haru mewarnai suasana pertemuan Lebaran di gazebo lapas.
"Namun saya sedikit terobati, petugas lapas di sini sudah seperti keluarga bagi saya. Mereka datang menghibur, bahkan saya ikut berbagai kegiatan sejak awal Ramadan karena memang sejak masuk ke sini saya ikut kegiatan pesantren. Alhamdulillah kegiatan keagamaan di sini merubah cara berpikir saya," tuturnya.
Emed menyebut petugas lapas selama ini sudah mengurusnya dengan baik dan memperlakukannya seperti keluarga. Terlebih pengelola pesantren di dalam lapas sudah ia anggap seperti orang tua sendiri.
"Alhamdulillah di sini meskipun berstatus 'Anak Hilang' saya mendapatkan pengganti sebagai orangtua saya sudah seperti ayah yang selalu membimbing dan banyak lah sudah seperti saudara semua," tuturnya.
Meskipun raga tidak bertemu, namun kerinduan Emed terobati. Pihak lapas memberikan fasilitas berupa komunikasi video, ia sudah berkomunikasi dengan keluarganya.
"Di sini juga kan disediakan video call khusus oleh pihak Lapas Warungkiara. Memang harapan saya ingin lah bertemu secara fisik, tapi saya juga tidak egois, saya juga masuk ke sini sudah memberikan suatu penderitaan kepada keluarga," nada suara Emed sedikit tercekat parau.
"Ketika saya balik lagi ke masyarakat, insya Allah saya akan melanjutkan mengajar kepada anak ngaji. Saya pertama masuk sini masih terbata-bata baca Al-Qur'an, di sini alhamdulillah saya mengikuti pesantren yang disediakan dan sudah hapal 3 juz," lirihnya.
Program Halal Bihalal
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Warungkiara, Irfan mengatakan pihaknya memang sengaja membuka kunjungan khusus warga binaan selepas Idul Fitri. Program itu mendapat sambutan luar biasa dari pihak keluarga warga binaan pemasyarakatan (WBP)
"Kami mengadakan kunjungan lebaran selama tiga hari, dari hari Sabtu, Minggu, Senin, hari ini terakhir. Alhamdulillah dua hari kemarin berjalan lancar, hari pertama itu sekitar 799 orang yang hadir, kemudian jumlah WBP yang di kunjungi itu 179 orang, kemudian hari kedua itu jumlah WBP nya 299 orang dikunjungi, kemudian secara keseluruhan pengunjungnya sekitar 1100 orang yang masuk," kata Irfan.
Irfan tidak menampik, ada banyak warga binaan yang melewati masa silaturahmi Idul Fitri sendirian tanpa kunjungan keluarga. Kepada mereka yang berstatus 'Anak Hilang' itu, pihak Lapas memberikan perhatian khusus agar mereka tidak merasa jauh dari keluarga.
"Kami mendata memang ada beberapa warga binaan tidak memiliki keluarga ataupun punya keluarga tapi jauh dari Sukabumi, mungkin di Bandung dan sekitarnya, mungkin jarak tempuhnya mungkin kurang lebih 5 jam-6 jam sehingga mereka tidak bisa di kunjungi. Mereka mereka ini kami berikan semacam perhatian khusus," papar Irfan.
"Kami selaku petugas bagaimanapun merasa bahwa mereka itu adalah anak -anak kami, jadi perlu kami hibur, perlu kami berikan semacam pembinaan khusus. Dimana pada saat Lebaran ini kami memberikan keyakinan bahwa kami adalah keluarga mereka yang siap untuk membina mereka melewati masa yang sulit menjalani hukuman di dalam Lapas," pungkas Irfan.
(sya/orb)