Buka-bukaan MUI Jabar soal Salat Id Tak Biasa di Ponpes Al-Zaytun

Buka-bukaan MUI Jabar soal Salat Id Tak Biasa di Ponpes Al-Zaytun

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 24 Apr 2023 20:40 WIB
Tangkapan layar foto yang diunggah akun Instagram @kepanitiaanalzaytun saat salat Idul Fitri 2023 di Ponpes Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu.
Tangkapan layar foto yang diunggah akun Instagram @kepanitiaanalzaytun saat salat Idul Fitri 2023 di Ponpes Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu. (Foto: Istimewa)
Bandung -

MUI Jawa Barat buka suara soal viralnya pelaksanaan Salat Idul Fitri di Ponpes Al-Zaytun Indramayu yang dilakukan secara tak biasa. MUI Jabar mendorong aparat mencari tahu maksud dan tujuan salat tak biasa itu.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar mengatakan, tata cara Salat Idul Fitri yang dilakukan berjamaah di Al-Zaytun tidak sesuai dengan ketentuan syariat. Sebab, seharusnya perempuan ada di barisan belakang laki-laki.

"Jadi gini, itu Salat Id di Al-Zaytun kemarin kalau mengukur dengan tata cara salat berjamaah jelas di luar ketentuan syariat ya. Wanita itu dalam ketentuan tidak di posisi depan ya, tapi di belakang, itupun harus pakai pembatas," kata Rafani saat dihubungi detikJabar, Senin (24/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah itu bukan soal tidak menghargai wanita tapi itu ketentuan syariat tata cara salat berjamaah," sambungnya.

Rafani menerangkan, jika ada seorang wanita yang salat di shaf terdepan sementara di belakangnya ada jamaah laki-laki, hal itu bakal mengganggu kekhusyukan dari salat yang dilakukan.

ADVERTISEMENT

"Secara logika, kalau wanita di depan itu pasti mengganggu jamaah di belakang laki-laki, ya bisa dibayangkan mengganggu apa," ungkapnya.

Bukan cuma itu, Rafani juga menyoroti keberadaan dua orang di belakang imam seperti yang terekam dalam video saat Al-Zaytun menggelar salat Idul Fitri hari Sabtu (22/4) kemarin.

Saat itu diketahui ada dua orang yang salat di belakang imam, namun posisinya berada di depan saf jamaah lainnya. Rafani mengungkapkan, iman seolah-olah dikawal saat memimpin salat.

"Saya lihat di video itu imam itu seperti diapit pengawal dua orang, itu nggak ada dari mana contohnya, kan nggak ada contohnya salat begitu. Masak imam dikawal. Namanya salat kan mau menghadap Allah ya Yang Maha Kuat, Maha Kuasa, kita ini adalah hamba, jadi tidak ada lagi pengawalan atau apalah namanya," tegasnya.

Kemudian soal jarak saat salat hingga pakaian jamaah yang diketahui menggunakan pakaian formal yakni jas berdasi, menurutnya hal itu mencerminkan kesan eksklusif dari Al-Zaytun. Rafani menegaskan tidak ada ketentuan salat menggunakan pakaian seperti itu.

"Ketentuannya salat berjamaah justru harus dirapatkan. Terus pakai jas dasi mencerminkan eksklusif mereka itu sangat eksklusif. Kalau masyarakat umum gak mungkin salat pakai jas dasi segala disamping gak ada ketentuannya," jelasnya.

"Salat itu memang menutup aurat ya, kedua dianjurkan pakai pakaian yang layak yang bagus tapi bukan berarti pakaian resmi jas berdasi begitu. Kalau jas dasi bayangkan jika masyarakat pakai beli dari mana memberatkan jadi itu ciri eksklusif mereka gitu," ujar Rafani.

Dia pun menyayangkan dengan munculnya kontroversi dari Ponpes Al-Zaytun. Padahal kata dia, umat Islam baru saja merayakan Idul Fitri. Namun kemunculan video salat id di Al-Zaytun membuat gaduh masyarakat.

"Yang harus direnungkan ini ada apa Al-Zaytun ini tiba-tiba viral hal kontroversi padahal umat baru saja Idul Fitri ya, tapi Alhamdulillah umat sudah dewasa Idul Fitri berjalan baik yang Jumat maupun Sabtu dengan khidmat," pungkasnya.

(bba/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads