Satu hari menjelang Idul Fitri 1444 Hijriah, sejumlah tukang cukur di Ibu Kota Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Palabuhanratu, panen rupiah. Dalam satu hari, mereka mendadak diburu hingga rata-rata mereka melayani hingga ratusan pelanggan.
Wajar saja banyak yang ingin tampil baru di hari raya. Sehingga datang ke tukang cukur jadi salah satu solusinya.
Baca juga: Pijatan Bikin Segar di Jalur Mudik Indramayu |
Pantauan detikJabar, dari sejumlah kios cukur rata-rata warga rela mengantre untuk mendapat giliran dicukur. Mereka rela menunggu hingga satu jam karena tidak mau asal cukur dan sudah terbiasa mendapat potongan rambut dari tukang cukur langganannya. Salah memilih tukang cukur bakal fatal akibatnya terhadap penampilan rambut begitu mereka pikirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rata-rata yang datang sudah menjadi langganan, meskipun memang ada beberapa yang baru, mungkin karena nggak kebagian tempat cukur. Kebetulan di sini pas kosong atau antreannya sedikit, jadi mereka memilih dicukur di sini," kata Sodikin, salah seorang tukang cukur di Kios Cukur 'Ahli' di Tanjakan Asem, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jumat {21/4/2023).
Saat ditanya tren cukur, Sodikin menyebut rata-rata pelanggan membawa sendiri contoh cukuran dari aplikasi pencarian Google. Foto itu cukup diperlihatkan, dalam waktu singkat gaya cukuran di gambar berpindah ke pelanggan.
"Yang tren beragam, tapi paling banyak ala-ala samurai Man Bun atau Coque Samurai gayanya uppercut, samping kanan-kiri dipapas setengah atau ada juga sampai habis benar-benar tipis, lalu rambut di atas dibiarkan panjang. Selain itu, gaya Cepmek juga banyak yang minta, paling banyak anak-anak ABG," tuturnya.
Model Cepmek diketahui populer berkat Alif alias Dillan KW pemilik akun Tiktok. Cepmek sendiri merupakan singkatan dari Cepak Mekar. "Iya yang dilihatin foto si Alif itu yang di TikTok, katanya pengen setelan rambut begitu. Ya kita ngikut aja dan alhamdulillah banyak yang puas," ucapnya.
Sodikin hanya menghargai jasanya sebesar Rp 20 ribu. Pria asli Palabuhanratu itu memanen pundi rupiah bersama tiga rekannya di kois miliknya. Biasanya tarif itu sudah plus pijatan ringan di kepala hingga pundak. Namun karena banyaknya antrean, pijatan dihilangkan.
"Kasihan yang lain ngantre, alhamdulilah rezeki sebelum Lebaran. Dua tahun kemarin kan COVID, yang nyukur jarang. Nah kalau sekarang alhamdulillah, rata-rata satu orang bisa 30 sampai 40 orang dari pagi sampai malam dikalikan tiga orang sudah berapa. Alhmadulillah," tuturnya.
Edo Supriadi, warga Kampung Badak Putih mengaku tahun ini dia memilih potongan rambut ala-ala Man Bun, menurutnya potongan rambut semacam itu bukan musiman.
"Kalau setelan Cepmek atau apalah namanya kan musiman, tren-trenan. Kalau Man Bun mau kapan aja, di waktu apa saja, nggak buat bosen. Lagipula cukurannya pas untuk pria dewasa. Atasnya tetap bisa di ikat, hanya di papas pinggirannya saja," ungkapnya.
(sya/orb)