Siang itu, cuaca di Kota Cirebon nampak cerah saat jarum menunjukkan pukul 13.00 WIB. Di salah satu sudut stasiun, nampak seorang pria tengah duduk dengan tenang sembari menanti para penumpang kereta yang membutuhkan jasanya untuk mengangkut barang.
Pria itu adalah Jumadi (58). Dia merupakan satu dari sekian porter yang sehari-harinya bekerja di stasiun Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Saat ditemui detikJabar, warga Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten itu terlihat tengah beristirahat selepas melaksanakan salat dzuhur di sebuah musala yang ada di lingkungan stasiun Kejaksan Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi habis salat. Istirahat dulu sebentar sambil nunggu penumpang yang butuh jasa bantuan ngangkut-ngangkut barang," kata Jumadi saat ditemui detikJabar, belum lama ini.
Baca juga: Pijatan Bikin Segar di Jalur Mudik Indramayu |
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, menjadi seorang porter tentu bukan pekerjaan yang layak bagi Jumadi. Namun, demi menghidupi keluarganya di rumah, pekerjaan berat ini terpaksa harus tetap ia jalani.
Jumadi mengaku jika pekerjaan menjadi seorang porter telah ia lakoni sejak tahun 1983. Selama 40 tahun itu, entah sudah berapa banyak barang milik penumpang kereta yang telah ia angkut.
Selama menjalani profesi sebagai pengangkut barang di stasiun, Jumadi sendiri tidak mematok tarif khusus. Dalam setiap angkutan, ia mengaku biasa mendapat upah sekitar Rp15 ribu - Rp20 ribu dari para penumpang kereta yang menggunakan jasanya.
"Kalau tarif sebenarnya sukarela aja. Tapi rata-rata sih Rp15 ribu - Rp20 ribu setiap angkutan. Tapi kalau yang sudah langganan, ada juga yang ngasih lebih. Kadang ngasihnya bisa Rp50 ribu," tutur dia.
Dan bagi para porter, setiap musim mudik Lebaran merupakan momen penting bagi mereka untuk mencari pundi-pundi rupiah lebih banyak dari para calon penumpang yang membutuhkan jasa angkut barang.
Hal ini juga yang dialami oleh para porter yang sehari-harinya bekerja di stasiun Kejaksan Cirebon, termasuk Jumadi. Namun, karena faktor usia, ia tidak bisa bekerja layaknya porter-porter lain yang masih berusia muda dan memiliki tenaga prima.
"Kalau musim mudik memang lebih ramai dibanding hari-hari biasa. Tapi kondisi saya kan sudah tua. Jadi paling banyak hanya enam angkutan. Habis itu langsung pulang. Kalau saya masih muda kan mungkin bisa lebih dari itu," kata dia.
Dalam sehari bekerja sebagai seorang porter di stasiun Kejaksan Cirebon, Jumadi mengaku biasa mendapatkan uang sekitar Rp50 hingga Rp70 ribu. Begitu juga selama musim mudik Lebaran tahun ini.
"Kalau pendapatan, kadang-kadang sehari biasanya dapat Rp50 ribu sampai Rp70 ribu. Itu bersihnya. Yang penting disyukuri aja," kata dia.
Sekadar informasi, menjelang Hari Raya Idul Fitri 2023, tercatat sudah ada ribuan penumpang kereta tiba di stasiun yang ada di wilayah Daerah Operasional (Daop) 3 Cirebon. Termasuk di stasiun Kejaksan Cirebon. Para penumpang itu merupakan pemudik yang berasal dari Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Manager Humas PT KAI Daop 3 Cirebon, Ayep Hanafi mengatakan, H-2 menjelang Hari Raya Idul Fitri, atau pada Kamis (20/4) merupakan puncak dari musim mudik Lebaran tahun ini. Di mana pada hari itu, tercatat ada sebanyak 9.116 penumpang yang tiba di sejumlah stasiun yang ada di wilayah Daop 3 Cirebon.
"Jadi untuk kedatangan pemudik ke wilayah Daop 3 Cirebon, H-2 Lebaran merupakan yang tertinggi," kata Ayep Hanapi.
Kemudian pada hari ini, yakni Jumat (21/4), jumlah penumpang kereta yang akan tiba di stasiun Cirebon ada sebanyak 7.440 orang.
"Pemudik ini didominasi oleh pemudik yang datang dari stasiun Pasar Senen dan Gambir Jakarta. Tapi ada juga pemudik yang berasal dari Jember, Jawa Timur dan Solo, Jawa Tengah," kata Ayep.
(yum/yum)