Membuka Memori Tsunami Pangandaran yang Tewaskan 668 Jiwa

Membuka Memori Tsunami Pangandaran yang Tewaskan 668 Jiwa

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Senin, 17 Apr 2023 11:30 WIB
Ahmad Afandy yang menyaksikan tsunami Pangandaran di atas pohon kelapa
Ahmad Afandy yang menyaksikan tsunami Pangandaran di atas pohon kelapa (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Sore hari mendadak mencekam di Bulaksetra, Dusun Kalapatiga, Desa Babakan, Pangandaran. Kala itu gempa berkekuatan 7,7 skala Ritcher mengguncang pada 17 Juli 2006, yang disusul dengan gelombang tsunami kemudian.

Berdasarkan catatan WHO, tsunami menewaskan 668 korban jiwa dan 65 orang masih dinyatakan hilang hingga saat ini.

Salah seorang nelayan di Bulaksetra yang selamat dari hantaman ombak besar tsunami Pangandaran, Ahmad Afandy (67), masih merinding ketika mengingat momen mencekam tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekitar pukul 16.00 WIB sore, saya dan keluarga habis beres makan bersama di teras rumah. Cuaca saat itu memang mendadak gelap, mendung lah istilahnya," kata Ahmad saat ditemui detikJabar, Kamis (13/4/2023).

Ia mengatakan memang langit gelap saat itu dianggap hal biasa karena cuaca. Ahmad hendak bergegas memberikan makan dombanya yang tak jauh dari rumah.

ADVERTISEMENT

"Saat itu setelah makan bersama, semua anak terpisah, yang satu ke puskesmas kerja, satunya main ke pantai berenang dan satu lagi main layang-layang," ucap Ahmad.

Kemudian terdengar suara mengguruh diiringi gempa beberapa detik yang terasa kencang.

"Pokoknya suara menggema, gelap, warna langit hitam. Mau ngasih makan domba, kemudian naik ke pohon kelapa saat ada suara gemuruh," katanya.

Tempat Evakuasi Sementara (TES) tsunami di PangandaranTempat Evakuasi Sementara (TES) tsunami di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Sesampainya di puncak pohon kelapa, suara gerumuh itu berasal dari laut yang beserta ombak besar yang menggulung seperti karpet.

"Ombak warnanya hitam mengguruh dari tengah laut, karena airnya sempat surut. Saat mengetahui itu tsunami saya langsung turun gak kerasa lompat dari pohon kelapa ngajak istri lari lurus menembus kebun warga hingga ke tengah jalan raya Pangandaran," katanya.

"Pokoknya gak inget sama anak, ingetnya pengen lari aja. Semua anak terpisah. Alhamdulillah yang sedang berenang di laut berhasil lari menyelamatkan diri," paparnya.

Ia mengatakan lokasi pengungsian saat itu berada di Sukahurip. Menurutnya Blok Bulaksetra sa RT tersapu tsunami.

"Subhanallah rumah terseret, hampir semua meninggal," katanya.

Korban berjatuhan di Bulaksetra baru bisa dievakuasi setelah 1 minggu kejadian dan pengungsian.

"Trauma warga saat itu dapat memberanikan diri membangun rumah dan memperbaikinya setelah 3 bulan pasca kejadian. Bantuan bertubi-tubi berdatangan ke sini," ucapnya.

(yum/yum)


Hide Ads