Potensi Bahaya di Balik AI yang Bisa Bikin Manusia Jatuh Cinta

Kabar Internasional

Potensi Bahaya di Balik AI yang Bisa Bikin Manusia Jatuh Cinta

Tim detikInet - detikJabar
Kamis, 13 Apr 2023 01:00 WIB
Science and education concept. AI (Artificial Intelligence).
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/metamorworks).
Jakarta -

Kecerdasan buatan (AI) sedang jadi buah bibir di tengah masyarakat. Namun di balik kehebatan AI, ada potensi bahaya yang mengancam manusia, salah satunya kekhawatiran jika manusia mulai jatuh cinta dengan AI.

Dilansir dari detikInet, mantan CEO Google Eric Schmidt mengungkap potensi ancaman bahaya yang muncul dari yang semakin pintar dalam wawancara dengan ABC News.

Schmidt mencontohkan salah satu potensi yang positif adalah kehadiran 'tutor AI' yang mengajar di sebuah sekolah swasta di Silicon Valley.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bayangkan dunia di mana kalian memiliki tutor AI yang meningkatkan kemampuan edukasi semua orang di semua bahasa secara global. Dan teknologi ini, yang secara umum dikenal sebagai large language models, akan melakukan hal ini," kata Schmidt, seperti dikutip dari Futurism, Selasa (11/4/2023).

Namun di saat bersamaan teknologi seperti AI juga memiliki tantangannya sendiri. Tidak hanya masalah misinformasi seperti deepfakes, Schmidt juga khawatir AI bisa mempengaruhi hubungan manusia.

ADVERTISEMENT

"Kita menghadapi tantang baru yang luar biasa dari hal ini, apakah itu deepfakes yang Anda bahas, atau apa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta dengan tutor AI-nya"? ujar Schmidt.

Ia kemudian mencontohkan artikel New York Times yang menceritakan pengalaman kolumnis Kevin Roose yang sempat 'ditembak' oleh chatbot Bing dan diminta untuk meninggalkan istrinya.

Kekhawatiran Schmidt ternyata ada benarnya juga. Saat ini bahkan ada marketplace untuk mencari pasangan virtual yang ditenagai AI, salah satunya Replika.

Replika menawarkan layanan 'pacar AI' dalam bentuk chatbot mirip seperti ChatGPT. Penggunanya juga bisa membuat avatar pacar idamannya. Replika mengklaim saat ini sudah ada dua juta orang yang menggunakan layanannya.

Pada akhirnya, Schmidt mengakui bahwa semua teknologi yang masih baru dan sangat canggih memiliki efek sampingnya sendiri. Ia mencontohkan hadirnya media sosial yang awalnya hanya digunakan untuk berhubungan dengan teman dan keluarga menjadi tempat yang penuh bahaya.

"Lihat bagaimana media sosial digunakan untuk mengganggu pemilu, untuk menyakiti. Orang-orang ada yang meninggal karena media sosial," kata Schmidt.

"Tidak ada yang bermaksud menjadi itu sebagai tujuannya, namun itu terjadi. Bagaimana kita bisa mencegahnya dengan teknologi (AI) ini," imbuhnya.

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini.

(bba/mso)


Hide Ads