Awas! Dukun Jahat Incar 3 Kriteria Manusia yang Seperti Ini

Awas! Dukun Jahat Incar 3 Kriteria Manusia yang Seperti Ini

Tim detikInet - detikJabar
Senin, 10 Apr 2023 11:00 WIB
Ilustrasi dukup perempuan
Ilustrasi dukun (Foto: Getty Images/iStockphoto/Oleksandr Shevchenko)
Bandung -

Korban dukun palsu bermunculan di masyarakat. Mereka tak hanya kehilangan harta, tetapi juga bisa hilang nyawa. Anehnya, meski praktik dukun palsu masih banyak orang yang jatuh terhadap tipu dayanya.

Dikutip dari detikInet, rupanya dukun palsu tak sembarangan mengincar korbannya. Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi menjelaskan ada kriteria korban yang jadi sasaran empuk dukun palsu. Apa saja kriterianya ?

1. Mudah putus asa

"Ilmu dukun memperdaya orang-orang yang tidak menghargai proses, dia memilih orangnya. Orang yang jadi sasaran tidak sembarangan," kata Sigit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya orang yang mudah putus asa, bukan pekerja keras, tidak berpikir secara logis, ini yang menjadi sasaran. Kalau ada korban yang membantah dan berpikir secara logis, biasanya tidak dijadikan korban," lanjutnya.

2. Mencari jalan pintas

Kriteria kedua adalah orang yang memilih jalan pintas dalam meraih kekayaan. Contohnya bisa dilihat dari kriteria orang-orang di masa lalu yang ingin cepat kaya.

ADVERTISEMENT

Biasanya mereka terjebak janji kekayaan palsu dengan membayar sejumlah uang tunai ke dukun untuk 'memelihara' tuyul, babi ngepet dan sejenisnya. Nah, di era modern, muncul bentuk kepercayaan baru yakni penggandaan uang.

"Kalau orang berpikir logis kan nggak mungkin karena setiap nomor uang ada serinya, nggak mungkin kalau double, itu pasti uang palsu," ujarnya.

3. Ingin disebut kaya

Sigit menjelaskan adanya transformasi dari zaman ke zaman, mulai agraris ke industri hingga industri ke post-industri. Ini ditandai dengan konsumsi barang-barang mewah.

Pada tahun 70-an yang masih agraris, memiliki sepeda motor sudah dianggap mewah. Masuk ke era 80-90an, sepeda motor sudah dianggap barang biasa dan masyarakat mulai melirik mobil. Masuk ke masa post-industri, mobil menjadi hal biasa dan lebih memperhatikan merk yang melekat di tubuh.

"Hp-nya apa, Pad-nya merek apa, pakaiannya merek apa. Pola berpikir itu membangun budaya materialistik. Kesuksesan dimaknai secara material," jabar Sigit.

"Orang yang berhasil, akhirnya mendapat liputan dan gelar khusus. Dulu dinamakan konglomerat, tajir, uang tidak berseri, sekarang disebut sultan. Predikat ini yang diincar kebanyakan orang untuk memperoleh pengakuan status sosialnya, sehingga muncul pemikiran yang tidak logis," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Orang dengan 3 Kriteria Ini Bisa Jadi Korban Dukun Palsu

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads