Berburu Hoki Lotre Porkas ke Jateng hingga Emas 12 Gram Heri Raib

Lorong Waktu

Berburu Hoki Lotre Porkas ke Jateng hingga Emas 12 Gram Heri Raib

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Senin, 10 Apr 2023 10:00 WIB
Heri Suherman bercerita soal Porkas di Pangandaran
Heri Suherman bercerita soal Porkas di Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Bandung -

Heri Suherman (62) warga Cijulang, Pangandaran memutar kembali ingatan saat dirinya rela mengorbankan emas simpanan bersama istri untuk memainkan Porkas.

Porkas atau kependekan dari Permainan Pekan Olahraga dan Ketangkasan merupakan judi 'legal' era Soeharto ini ini sempat booming di Pangandaran. Uang dari Porkas ketika itu diklaim untuk pengembangan olahraga.

"Pokoknya emas 10 gram itu taruhan terbesar saya saat main Porkas atau SDSB. Waktu itu juga istri mengizinkan," kata Heri kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kupon undian Porkas (Pekan Olah Raga dan Ketangkasan)Kupon undian Porkas (Pekan Olah Raga dan Ketangkasan) Foto: istimewa/Twitter

Menurutnya harga emas waktu itu sangat terbilang murah sekitar tahun 1980 an itu 10 gram hanya laku Rp 12 ribu. "Mun ayeuna (sekarang) mah mereun Rp 12 juta," ucapnya.

Ia mengatakan saat itu nekat untuk menjual emas karena percaya jika beli kupon di Gombong, Jawa Tengah, marak penjualan kupon hoki.

ADVERTISEMENT

"Gombong dulu sangat terkenal dengan penjual kupon Porkas yang hoki bahkan terkenal dengan bandarnya di sana," ucap Heri.

Untuk berangkat ke Gombong, Heri harus menempuh perjalanan menggunakan bus umum. "Perjalan dimulai dari terminal Pangandaran menuju Purwokerto, terus bus lanjutan ke Wangon hingga Gombong," katanya.

Menurut Heri bukan main, bandar Porkas di lokasi tersebut ibarat sebuah pabrik pencetak kupon. "Karena yakin bakalan menang, saya nekat dan langsung datangi ke bandarnya beli kupon hoki," ucapnya.

Ia mengatakan saat itu bandar memberikan tawaran 3 nomor utama dengan angka 100. "Padahal teman saya sempat bilang harus ngitung kalau gak kurangi 1, tambah 1," katanya.

Namun, kata Heri, optimis nomor pekan itu yang keluar nomor 100. "Padahal tawaran kedua nomor 101 sama 009," ucapnya.

Saat tiba tengah malam tahun 1989 suasana menegangkan pada Rabu malam di Gombong, Heri mengadu nasib yang sudah mengorbankan sebagian hartanya untuk bermain.

"Saya waktu itu gak langsung pulang. Tunggu pengumuman malam. Tiba saatnya pengumuman melalui TV, saya deg deg an padahal udah pede," katanya.

"Presenter mengumumkan bahwa angka yang keluar dua pertama adalah 10, pas satu nomor lagi di selang iklan. Wah pede udah kalau menang puluhan juta di tangan," katanya.

Saat itu menurut Heri angka hoki yang dibeli itu dihargai Rp 6.000 untuk 1 kupon porkas.

"Waktu diumumkan angka terakhir ternyata yang keluar itu 101. Heneug lah, padahal tawaran terakhir saat itu 101. Tapi saya kekeuh," ucapnya.

Heri mengatakan setelah pengumuman itu berakhir dan terakhir pula janji tidak main lagi Porkas.

"Selama 6 bulan kan saya berkecimpung, dan saat itu juga saya tidak ikutan lagi main Porkas, bahkan sampai berganti nama dengan jenis judi yang lainnya," ucap Heri.

Baca Artikel Lorong Waktu Lainnya di Sini

(yum/yum)

Sorot Jabar

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjabar


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads