Teriakan 'Organik,organik' menjadi sesuatu hal biasa di pagi hari bagi warga Kampung Cibunut, Kota Bandung. Seruan tersebut seakan menjadi alarm bagi warga untuk datang menghampiri dari rumah masing-masing.
Terlihat warga membawa sebungkus plastik beragam ukuran. Isinya sampah organik yang sudah dipisahkan dari sampah-sampah lainnya, seperti sampah basah dapur, sisa makanan, dan masih banyak lagi.
Kampung Cibunut belasan tahun yang lalu dikenal sebagai kampung padat penduduk yang kumuh dan langganan banjir. Sejak tahun 2015, wajahnya perlahan mulai berubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu ketua RW 07 Herman Sukmana membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Oh Darling (Orang Hebat Sadar Lingkungan). Ia tak sendiri, Herman turut dibantu Agus Sunarya sebagai Direktur Bank Sampah KSM Oh Darling.
Hingga kini terhitung sudah delapan tahun para warga di gang kecil ini hidup dengan sistem kebersihan yang jauh lebih baik. Satu kelurahan di Cibunut sudah teredukasi dengan baik soal pengolahan sampah.
"Dulu butuh waktu dua tahun sampai bisa menemukan sistem yang tepat dan membuat semua warga kompak. Tidak mudah ya, tapi dengan kegigihan tim KSM Oh Darling menghasilkan My Darling atau Masyarakat Sadar Lingkungan," ujar Herman saat ditemui detikJabar di Taman Cibunut belum lama ini.
Dia mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk membuat warga mau bekerja sama yakni dengan memberi edukasi seputar dampaknya. Herman memberikan pengertian pada warganya bahwa dampak dari kemampuan memilah dan mengolah sampah mampu menjanjikan lingkungan yang jauh dari banjir.
"Kami ingin punya lingkungan yang bersih dan tertata meski di gang sempit. Gimana caranya supaya warga tidak buang sampah ke sungai lagi, kemudian mau memisahkan sampah supaya bisa diolah," lanjut Herman.
Pagi itu, KSM dibantu oleh beberapa anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang magang. Kata Herman, aktivitas ini harus rutin dilakukan tiga kali dalam seminggu dan tepat waktu. Sebab, jika alarm teriakan "Organik!" tak terdengar, para warga yang justru jadi alarm pengingat bagi KSM.
"Kita tepat waktu, jam 8 pagi atau ya telat-telat 8.30 pagi harus berangkat angkut-angkut sampah organik setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kalo enggak, warga pasti nanyain 'Pak ini kok sampahnya enggak diambil?'. Dikiranya enggak bakal diambil gitu," cerita Herman.
Kurang lebih ada sekitar dua sampai lima orang dalam satu kelompok, berkeliling untuk mengambil sampah. Setiap kelompok memiliki jalurnya masing-masing.
Para warga akan menyetorkan sampah organik mereka. Sampah yang sulit terurai seperti non organik bisa ditabung ke Bank Sampah, sementara sampah residu dan B3 akan diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Proses pengangkutan memakan waktu kurang lebih dua jam. Sekitar pukul 10.00 WIB lebih, sampah organik pun telah terkumpul dalam ember-ember. Di hari Senin kemarin, terkumpul sebanyak 27 ember bekas cat ukuran 25 kg. Jumlah yang sangat banyak untuk sampah-sampah bekas makanan.
"Bulan Maret kemarin 800 kg sampah non organik disetorkan ke Bank Sampah Induk Kota Bandung. Sementara sampah organiknya 8 ton ke Pusat Olah Organik Kota Bandung jadi pupuk kompos dan pakan magot. Ini baru satu kelurahan lho, coba kalo dilakukan 151 kelurahan 1584 RW," ujar Herman.
Pupuk kompos yang dihasilkan nantinya bisa diminta oleh masyarakat jika membutuhkan. Satu kilogram kompos dihargai Rp 5.000. Caranya, cukup ajukan permohonan dari RW dan kelurahan untuk pendataan organik yang diolah kemudian menjadi pupuk.
![]() |
Ia juga menjelaskan bahwa DLH memberikan fasilitas pengangkutan dan pengolahan sebab kampungnya keterbatasan lahan. "DLH beri fasilitas pengangkutan untuk memproses puluhan ember. Kalau disini hanya sanggup menampung sampah sebulan 600-700 kg, itu pun tidak bisa langsung panen. Perlu waktu untuk jadi kompos. Sekali panen 100-200 kg," katanya.
"Jadi sekarang para warga bukan lagi dilarang buang sampah. Tapi simpan sampah pada tempatnya dan sesuai jenisnya," imbuh Herman dengan wajah sumringah.
Selain memilah sampah dan meminta bantuan pada DLH untuk mengolah, kampung ini pun punya beragam inisiatif sendiri. Seperti menyulap sampah non organik layaknya ratusan bungkus kopi menjadi taplak meja, tas, topi, atau menyulap handuk bekas menjadi pot bunga.
Tak hanya itu, di lahan yang kecil mereka mencoba menciptakan ruang hijau. Setiap ada ruang kosong, botol-botol bekas akan diisi dengan bibit tanaman kemudian ditaruh atau digantung pada lahan kosong itu.
"Sisa puntung rokok juga bisa jadi pembasmi hama. Caranya mudah sekali, cukup filter rokok atau puntung rokok setelah selesai digunakan bisa disimpan dalam wadah. Kemudian diisi air, nanti saat butuh airnya itu disaring, tambahkan potongan bawang putih. Kemudian jadilah air tersebut sebagai pembasmi hama disemprot ke tanaman," ucap Herman menerangkan.
Sekarang, kampung Cibunut sudah jarang diterpa banjir. Meskipun memang kata Herman, saat hujan begitu deras menerpa kota Bandung, banjir kiriman terkadang tidak bisa dihindari.
Warga kini memetik buah manis dari konsistensi menjaga lingkungan selama delapan tahun. Selain jarang diterpa banjir, lingkungan yang lebih cantik dan bersih bebas bau, kini Cibunut semakin terkenal dan jadi role model bagi kampung-kampung lain.
"Alhamdulillah effort dari Cibunut, sudah banyak wilayah yang mengelola sampah. Sudah lima tahun saya jadi educator DLH dan memegang lima kecamatan. Dapat kesempatan dari DLH ke Jepang, Singapore, akhirnya warga tahu 'wah bener nih, kita enggak sia-sia, sekarang kawasan kita jadi role model'," cerita Herman dengan antusias.
Ia kini memantau pengelolaan sampah di Kecamatan Mandalajati, Andir, Tamansari, Antapani, dan Sukajadi. Herman diminta untuk menyebarkan ilmunya. Selain itu, KSM pun kini sudah memperoleh apresiasi. Tiga orang penggerak KSM diberikan honor gober oleh Kelurahan Kebon Pisang.
"Harapan saya lebih banyak lagi kampung yang ingin mengikuti. Kami senang kalau bisa jadi percontohan. Pasti tempat lain bisa, karena kami kan dulu butuh waktu dua tahun karena harus mencoba sistemnya. Kalau RW nya niat dan mau, pasti bisa. Sok ngobrol sama saya, asal mau saja bikin regulasi dan mau turun tangan," ucap Herman di akhir percakapan.
(aau/iqk)