8 Fakta Korban Serial Killer Dukun Tohari Asal Sukabumi

8 Fakta Korban Serial Killer Dukun Tohari Asal Sukabumi

Tim detikJabar - detikJabar
Rabu, 05 Apr 2023 10:00 WIB
VN korban pembunuhan dukun pengganda uang Banjarnegara.
Tohari alias Mbah Slamet (kiri/jaket abu) saat sedang bersama Bodrex (kanan/jaket hitam biru) perantara dukun pengganda uang (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Paryanto (53), warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, menjadi korban pembunuhan dukun pengganda Tohari alias Mbah Slamet di Jawa Tengah. Anak Paryanto, GE (15) menuturkan sebelum ditemukan meninggal, korban sempat memberi pesan terakhir ke GE melalui aplikasi WhatsApp .

Berikut 6 Fakta Korban Dukun Tohari Asal Sukabumi.

1. Isi Pesan Terakhir

Anak korban berinisial GE mengatakan, kejadian dugaan pembunuhan berencana itu diketahui dari voice note sang ayah kepada kakaknya. Dari situ, ia menaruh kecurigaan jika ayahnya dalam kondisi terancam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Tahu dari mana terancam?) karena dari suaranya, dari vn (voice note) itu. Terus bilangnya, kalau ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, kalau belum pulang sampai hari Minggu bawa aparat ke sini, dari situ saya berenam dari Sukabumi langsung berangkat ke lokasi," katanya kepada detikJabar, Selasa (4/4/2023).

2. Korban Kirim Lokasi Kejadian

Mulanya pesan itu berisi lokasi tempat tinggal Slamet Tohari. Paryanto mengirimkan lokasi itu kepada anak perempuan pertamanya karena curiga terjadi hal yang tak diinginkan.

ADVERTISEMENT

"Takut ayah mati ini sharelock Pak Slamet. Misal ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat ya," kata Paryanto dalam pesan tersebut.

3. Paryanto Ketakutan

Dalam rekaman itu, suara parau Paryanto terdengar. Setidaknya ada tiga rekaman yang dikirim Paryanto pada sang anak. Pada rekaman kedua dan ketiga, Paryanto mengatakan jika ia ketakutan di Banjarnegara. Korban juga mengungkapkan sempat meminum air kemasan yang diberikan oleh Mbah Slamet.

"Ini waspada saja takutnya ayah kan namanya nggak punya teman, nggak punya rekan-rekan yang ayah percaya lagi, pokoknya ayah agak sedikit ngeri, apalagi tadi di hutan, ayah nggak sadar, bawaannya ngantuk mulu," kata Paryanto

4. Jarang Bertemu dengan Keluarga

Korban jarang bertemu dengan anaknya, selain itu korban sudah lama berpisah dengan istrinya dan korban pun tidak hidup bersama keluarganya.

"Terakhir antar ke Banjarnegara sekitar November atau awal Desember 2022. Terakhir ketemu Januari 2023, jadi selama ini komunikasi WA aja," kata GE.

5. Paryanto Ditemukan Tewas

Pada Kamis (23/3) GE bersama keluarga pergi ke Banjarnegara dan sepekan kemudian pada, Jumat (31/3) pelaku ditangkap. Dari situlah terungkap jasad ayahnya dikuburkan, disusul korban lainnya.

GE mengaku tak sempat melihat wajah ayahnya. Dia bersama keluarganya menunggu di Polres Banjarnegara. Saat dimakamkan, ia juga tak melihat wajah ayahnya.

"Nggak sempat lihat (kondisi korban) dikubur juga nggak lihat cuma pas menguburkannya saya ikut," tuturnya.

6. Keluarga Minta Hukuman Setimpal

Pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian korban. Pihaknya juga menuntut agar pelaku mendapatkan hukuman setimpal.

"Ya musibah, intinya ikhlas saja. Saya juga pengen hukumannya setimpal sama seperti apa yang pelaku lakukan ke ayah saya," kata dia.

Kuasa Hukum keluarga korban, Heri Purnama Tanjung menambahkan, pihaknya meminta keadilan dengan hukuman setimpal.

"Sudah jelas ini berencana dari mulai penggandaan uang sampai pembunuhan karena modusnya penipuan ya 378 si korban ini semua menagih janji dukun tersebut dan akhirnya semua yang nagih dibunuh," kata Heri.

7. Korban Rugi 90 Juta

Dalam kejadian ini, kerugian yang diderita korban mencapai Rp 90 juta lebih dilihat dari mutasi rekening. Barang-barang korban yang menjadi barang bukti disebutnya dibuang ke beberapa daerah.

"Handphone dibuang di kali di Cirebon, kalau mobil (rental) di Wonosobo," ucap Heri.

8. Dikubur Hidup-hidup

Hasil autopsi memperlihatkan jika korban tewas akibat kehabisan nafas. Korban dikubur hidup-hidup oleh tersangka.

"Hasil autopsi begitu (dikubur hidup-hidup) jadi sebelum meninggal itu sudah dimasukkan ke liang kubur jadi kehilangan nafas," kata Heri.

(wip/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads