Jalan Terjal RA Lasminingrat Raih Gelar Pahlawan Nasional

Jalan Terjal RA Lasminingrat Raih Gelar Pahlawan Nasional

Hakim Ghani - detikJabar
Kamis, 30 Mar 2023 17:46 WIB
Keluarga mendatangi makam RA Lasminingrat
Keluarga mendatangi makam RA Lasminingrat (Foto: Hakim Ghani/detikJabar).
Garut -

Raden Ayu Lasminingrat merupakan salah satu dari banyak pahlawan asal Jawa Barat, yang diusung jadi pahlawan nasional. Namun, hingga kini proses itu masih belum rampung.

Publik kembali diingatkan dengan nama RA Lasminingrat. Alasannya, karena wajah Lasminingrat mejeng di Google doodle pada Rabu (29/3) kemarin, bertepatan dengan hari ulang tahunnya, yang dirayakan setiap tanggal 29 Maret.

Lasminingrat merupakan calon pahlawan nasional asal Kabupaten Garut. Wanita keturunan Penghulu Sohor di abad ke-19, Raden Haji Muhamad Musa ini, sangat berjasa dalam emansipasi wanita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jasanya, bahkan dianggap lebih dulu hadir dibanding Raden Dewi Sartika, bahkan hingga R.A. Kartini. Beliau diketahui mendidik kalangan perempuan pribumi dari Garut, dengan cara mengadopsi ilmu dari barat, yang dirubah ke dalam bahasa Sunda.

Salah satu karya yang terkenal dari RA Lasminingrat, adalah Carita Erman, yang diterjemahkan dari Christoph von Schmid.

ADVERTISEMENT

Lasminingrat kemudian membuka Sakola Kautamaan Istri yang berlokasi di Pendopo Garut di tahun 1907. Kemudian, sekolah itu dilegitimasi oleh Belanda pada 1911, kemudian mulai diperluas ke berbagai wilayah di tahun 1930-an.

Karena jasa-jasanya yang luar biasa terhadap dunia perempuan, Lasminingrat kemudian diusung menjadi tokoh pahlawan nasional asal Kabupaten Garut. Proses pengusungan itu, sudah dilakukan sejak beberapa tahun ke belakang.

Namun, hingga saat ini, proses tersebut masih berjalan dan tak kunjung usai. Segelintir kalangan menyebut, jika tertundanya gelar pahlawan nasional RA Lasminingrat dikarenakan 'hal-hal lain' yang mengiringi perjalanan kehidupan Lasminingrat.

Sejarawan Garut Warjita mengatakan, Lasminingrat disebut tidak mendidik pribumi, melainkan orang-orang Belanda.

"Padahal faktanya, Lasminingrat ini mengajar pribumi. Hanya saja, pada awalnya yang diajar oleh Lasminingrat itu adalah kalangan di lingkungan Pendopo. Seperti anak kepala desa. Karena kan Lasminingrat ini istri Bupati Garut (Raden Adipati Aria Wiratanudatar)," kata Warjita.

Kemudian, ayah Lasminingrat, Muhamad Musa, juga kena cibiran. Sebab, kata Warjita, Musa dianggap sebagai ulama yang nyeleneh pada zamannya silam. Dia juga dikritik karena menyekolahkan anaknya ke sekolah yang dijalankan orang non-muslim.

"PadahalMuhamad Musa ini, adalah orang yang memiliki pandangan luas. Jadi dia banyak bergaul dengan orang-orang Belanda, tapi tidak melunturkan nilai-nilainya," katanya.

Selain itu, gelar kepahlawanan Lasminingrat juga diduga lambat diberikan karena ulah dua saudaranya. Yakni RAA Soeria Kartalegawa dan RAA Muhamad Musa Suria Kartalegawa.

Soeria Kartalegawa merupakan Bupati Garut kelima, sekaligus anak kakak dari Lasminingrat. Dia diduga kuat terlibat dalam pembunuhan salah satu ulama asal Garut KH Hasan Arif di sekitaran tahun 1919.

Sedangkan Musa Suria Kartalegawa, anak Soeria Kartalegawa yang juga Bupati Garut keenam, diketahui sempat dikecam karena anti Republik.

"Dia dianggap anti republik, karena mendirikan negara Pasundan," katanya.

Warjita menilai, hal-hal tersebut diduga menjadi indikasi lambannya gelar pahlawan nasional diberikan kepada Lasminingrat. Kendati demikian, Warjita menilai Lasminingrat wajib diberikan gelar itu.

"Pertama karena yang berulah itu saudaranya, jadi bukan Lasminingrat langsung. Kedua, saya nilai layak, karena beliau bisa dikatakan tokoh feminisme juga. Jasanya sangat besar dalam mencerdaskan kalangan perempuan," pungkas Warjita.

Sementara pihak keluarga mengatakan, tudingan-tudingan yang dilayangkan segelintir pihak itu, tidak membuat reputasi Lasminingrat jatuh. Sebab, meskipun saat ini sejarah yang diyakini adalah demikian, tapi Lasminingrat tetap ada dalam garis pendiriannya.

"Hanya karena saudaranya seperti itu, bukan berarti Lasminingrat juga demikian. Justru sikap yang dilakukan keduanya ini, kalau diceritakan oleh orang tua kami, sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan Lasminingrat," ucap Oki Lasminingrat. Keturunan keenam RA Lasminingrat kepada detikJabar.

Faktanya memang, saat ini proses pengajuan gelar pahlawan nasional untuk RA Lasminingrat ditunda oleh Pemprov Jawa Barat. Alasannya, karena Tim Pengkaji dan Peneliti Gelar Daerah (TP2GD) masih memerlukan waktu untuk melakukan penelusuran.

Projek pengajuan gelar pahlawan nasional untuk RA Lasminingrat, diketahui akan dimulai kembali tahun 2024 nanti. Sebab, saat ini, TP2GD juga sedang fokus untuk mengusulkan istri kedua Presiden Soekarno, Inggit Garnasih menjadi pahlawan nasional.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads