Awan mendung yang menggelayut di langit Kota Bandung seolah menjadi pengantar pesan akan datangnya hujan. Sebagian warga menghentikan aktivitasnya di luar rumah, tapi tidak dengan Nunu Danu.
Pria kelahiran Garut, 69 tahun silam itu seolah tak terusik dengan awan hitam dan angin yang mulai menusuk kulit. Matanya masih penuh harapan sambil berdiri di samping gerobak es potong berwarna hijau.
Angin menggoyangkan dahan-dahan pepohonan, tetapi Nunu masih setia menunggu pembeli es potong. Profesi itu telah ditekuni Nunu sejak tiga puluh tahun silam, tepatnya tahun 1993.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di usianya yang tak lagi muda, Nunu tetap kuat berkeliling menjajakan es potong ke sejumlah tempat di Sekejati, Kota Bandung. Dari berjualan es potong, Nunu bisa menghidupi istri dan ketiga orang anaknya yang kini tinggal di Garut.
"Istri dan anak di Garut, kalau kangen pulang seminggu sekali. Itu juga kalau jualan laku banyak," ujarnya kepada detikJabar, belum lama ini.
Musim hujan biasanya dikeluhkan oleh sebagian penjaja kuliner es sepertinya. Nunu akui, menjual es potong bukan hal yang mudah saat cuaca cenderung lebih dingin. Walau begitu, ia tetap yakin soal urusan rezeki sudah ada yang mengatur.
"Sekarang lagi sepi karena musim hujan, kadang-kadang cuma bisa makan aja alhamdulillah," katanya.