Heboh Acara Trail di Ranca Upas: Ilegal hingga Ancam Habitat Surili

Round Up

Heboh Acara Trail di Ranca Upas: Ilegal hingga Ancam Habitat Surili

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 10 Mar 2023 08:15 WIB
Kondisi kebun edelweis yang rusak gegara acara trail di Ranca Upas, Rabu (8/3/2023).
Kondisi kebun edelweis yang rusak gegara acara trail di Ranca Upas, Rabu (8/3/2023). (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Event motor trail di kawasan Ranca Upas, Kabupaten Bandung mendapat kecaman dari banyak pihak. Sebab, event ini telah merusak area bunga edelweis yang ditanam di sekitar lokasi event trail tersebut.

Bahkan, setelah viral dimana-mana, event motor trail yang merusak tanaman edelweis ini diketahui ilegal. Hal itu disampaikan langsung Bupati Bandung, Dadang Supriatna. Dadang menuturkan, event motor trail di Ranca Upas, Kecamatan Rancabali, tidak memiliki izin.

"Saya cek ke Kadispora, saya cek juga ke IMI Kabupaten Bandung, dan saya cek juga ke kadis LH terkait proses perizinan," ujar Dadang, Kamis (9/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya kalau ada event seperti itu ada surat permohonan dan sebagainya. Nah setelah saya tanya kepada Kadispora, karena leading sektornya adalah olahraga, menurut kadis itu tidak ada informasi sama sekali," tambahnya.

Atas dasar itulah, Dadang memastikan event motor tersebut ilegal karena tidak diketahui oleh instansi terkait. "Iya (ilegal) bisa dikatakan seperti itu," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Dadang dengan tegas juga mengungkapkan bakal mengevaluasi total soal penyelenggaraan event yang berkaitan dengan motor trail. Tapi, dia tidak melarang kegiatan adventure itu dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung.

"Tetapi mekanisme juga harus ditempuh, sehingga saya tekankan kepada kadis (kepala dinas) terkait untuk evaluasi. Kalaupun ke depan kalau ada yang mengusulkan kegiatan, tolong dilihat dulu titik lokusnya dimana. Sehingga tidak mengganggu lingkungan," katanya.

Dikecam

Sementara itu, aktivis lingkungan turut mengecam keras kerusakan di Ranca Upas karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab itu. Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat Meiki W Paendong mengatakan, diperlukan waktu yang tak sebentar untuk mengembalikan lahan yang rusak di Ranca Upas.

"Menyikapi kejadian kemarin, secara jujur kami menyesali ini terjadi. Kami mengecam keras karena berdampak terhadap kerusakan Kawasan Ranca Upas yang begitu besar, terutama di satu hamparan yang kami sebut sebagai white land yang merupakan habitat untuk flora rawa gunung atau bunga Edelweis rawa," kata Meiki.

Menurut Meiki, pegiat motor trail tidak paham dengan pentingnya menjaga lingkungan. Dia pun mendesak pertanggungjawaban dari pengelola kawasan Ranca Upas yang dianggap membiarkan perusakan..

"Kenapa? Karena sepengetahuan kami, kegiatan sejenis tadi banyak didukung instansi yang menjadi bagian pemerintah. Sebut saja ada institusi militer, kepolisian, pemda juga mendukung, bahkan menjadi promotor termasuk dengan Perhutani di dalamnya ada. Nah ini perlu menjadi sorotan. Ini harus menjadi pelajaran dan harus menjadi yang terakhir kalinya," tuturnya.

Selain telah merusak tanaman edelweis, kegiatan motor trail itu juga telah merusak Leuweung Tengah, sebuah blok yang secara ekologi sudah berusia ratusan hingga ribuan tahun. Termasuk juga mengganggu habitat Surili, satwa yang dilindungi.

"Di sana juga ada sungai purba, Citarum, yang sedimentasinya enggak ada lumpur sama sekali. Kemarin dijadikan jalur utama sama pegiat motor trail. Kebayang akhirnya gimana sedimentasi sungai di sana rusak. Terus Leuweung Tengah di Ranca Upas ini merupakan tempat Surili yang tipikalnya dia tidak mau di tempat ramai. Hari ini merupakan akan pergi ke mana kalau habitatnya sudah rusak begini," ungkap Pengkampanye Sadar Lingkungan Pepep DW.

Beda halnya dengan Supriatna (44) atau lebih dikenal Mang Uprit. Dia adalah orang yang paling tersakiti dengan rusaknya tanaman edelweis rawa. Sebab, Mang Upit lah orang yang menanam bunga itu sejak dua tahun lalu.

Upit mengaku, ada sekitar 1 hektar lahan yang sudah ditanami edelweis rawa. Penanaman tersebut dilakukan dengan sistem tidak merusak ekosistem.

"Makanya di situ kepikiran gimana caranya di situ saya menjual tanaman tersebut tapi tidak merusak ekosistem, tidak merusak kelestariannya jadi saya tanam dan perbanyak," katanya.




(bba/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads