Kenangan Hangat Masa Kecil di Kota Paris Sukabumi

Kenangan Hangat Masa Kecil di Kota Paris Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 05 Mar 2023 18:00 WIB
Kota Paris di Sukabumi.
Kota Paris di Sukabumi. (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Kota Sukabumi memiliki satu kawasan yang dikenal dengan nama Kota Paris. Penamaan Kota Paris disematkan seolah menjadi etalase Kota Sukabumi pada zaman Belanda.

Seiring berjalannya waktu, kawasan ini tak luput dari kepadatan penduduk. Banyak warga yang melakukan urbanisasi ke Kota Paris. Mereka rata-rata berasal dari Garut dan Ciamis. Ada juga yang dari Sukabumi pindah ke kawasan Kota Paris.

Salah satunya, Jukardi Jayaniti. Pria lanjut usia ini awalnya tinggal di Babakan Jampang, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole. Dia dan keluarganya pindah ke Kota Paris pada usia 5 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya datang ke sini pada usia 5 tahun. Waktu ayah saya meninggal, saya dibawa Pak Haji Toha ke Kota Paris," kata Jukardi yang juga Ketua RW 01 di Gang Mesjid, Kota Paris, Kota Sukabumi saat ditemui detikJabar belum lama ini.

Mata Jukardi menerawang jauh saat ditanya masa kecilnya di Kota Paris. Meski sudah tak lagi muda, Jukardi ingat betul suasana di Kota Paris tempo dulu. Seperti anak-anak pada umumnya, yang diingat adalah suasana bermain dan mengaji.

ADVERTISEMENT

"Yah namanya anak-anak, terutama kita dari segi mainan, ngaji bareng, kalau sekarang nggak ada. Dulu usia 5-6 tahun kebanyakan Magrib udah di masjid, kalau main masih ada lapang, bisa (main permainan tradisional) galah asin, bancakan, bisa main gatrik. Kalau sekarang penuh, nggak bisa, nggak ada lagi tempat main anak-anak," ujarnya.

Suasana Kota Paris di Sukabumi.Jukardi, warga Kota Paris di Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Dia menerangkan, anak-anak zaman sekarang sudah terbiasa bermain gadget. Meski kemajuan dalam teknologi, namun menurutnya kondisi itu menunjukkan kemunduran dari segi moral.

"Kenangan waktu kecil mah tempat bermainnya cukup, kalau sekarang tahu sendiri lah, mainnya ke gadget. Hal-hal yang memang sebetulnya kalau secara riil ini ada kemajuan, tapi kalau secara moral ini kemunduran, kalau menurut saya," sambungnya.

Di daerahnya memang sempat diadakan pengajian bagi anak-anak. Dia dan keenam sepuh lainnya sempat menjadi guru ngaji di sebuah masjid terdekat. Sayangnya, pengajian anak-anak itu tak berlangsung lama.

"Dulu sempat ada sampai 80 orang dengan 7 orang pengajar (ustaz). Kalau Magrib itu banyak, sekarang nggak ada," ucap dia.

Kehidupan warga di Kota Paris bisa disebut tak jauh berbeda dengan wilayah lain. Warganya masih mengutamakan gotong royong dan bergelut dengan berbagai usaha agar 'dapur tetap ngebul.'

"Kebanyakan home industri. Di sini ada pembuat wajit warna-warni, mochi bagja, mochi rezeki. Ada juga kue dangdut, biskuit yang di dalamnya di kasih tape. Pekerjaan warga lainnya ada PNS, jukir, buka warung dan lain-lain," katanya.

Suasana Kota Paris di Sukabumi.Suasana Kota Paris di Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Sekadar diketahui, pembangunan kawasan Kota Paris di Kota Sukabumi dimulai pada 1931 dengan arsitektur modern. Awal berdirinya Kota Paris di Sukabumi ini meniru perumahan modern lain yang ada di Tanah Tinggi Senen Jakarta, Gondangdia Baru Jakarta Timur dan Bogor.

Kota Paris di Sukabumi dibangun pemerintah melalui NV Volkhuisvesting. Pemerintah memodali NV Volkhuisvesting yang berdiri pada 27 Juli 1928 dihadapan Notaris Schottel yang saat ini berupa bangunan heritage Wisma Wisnuwardhani.

Setelah pembangunan selesai, perumahan ini akhirnya menjadi semacam gerbang masuk kota dengan keindahan penataaan arsitekturnya dan menjadi tetenger area 'kota' pada masa Belanda.

Meski demikian, belum diketahui secara pasti sejak kapan penyebutan Kota Paris dimulai. Beberapa literatur menyebut, penyebutan Kota Paris di Sukabumi sudah ada sejak awal kemerdekaan.

(yum/orb)


Hide Ads