Sebuah tanjakan dan turunan di jalur pintas keluar dari jalan alternatif Cikidang, Kabupaten Sukabumi terkenal dengan nama Bukit Senyum. Lokasinya di Kampung Citepus Pam, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanraru, Kabupaten Sukabumi.
Di tengah-tengah antara tanjakan dan turunan jalan, tepatnya jalan setapak kecil dari bahu jalan, sebuah warung semi permanen menyambut siapa saja yang datang untuk sekadar melepas lelah. Pemiliknya bernama Julaeha, usianya setengah abad lebih 4 tahun namun gayanya yang gaul seolah menutup angka usianya.
"Sebentar, enggak boleh asal foto-foto. Saya ke dalam dulu sebentar," kata Julaeha kocak, ia tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumahnya saat mengetahui detikJabar membidikan kamera ke arahnya, usai berbincang akhir pekan kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Julaeha ternyata mengambil dulu kaca mata hitamnya, lantas ia memperbaiki letak kerudungnya. Ia meminta detikJabar menunjukan lokasi 'pemotretan'. Sebuah kursi kayu panjang dekat jalan raya langsung menjadi spot pengambilan gambar.
Gayanya yang kocak membuatnya mudah bergaul dengan semua usia mulai dari ABG hingga kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu. Wajar saja lebih dari setengah usianya ia habiskan dengan membuka warung di Bukit Senyum, tempat nongkrong yang sempat ngehits jauh sebelum pesatnya pembangunan di Ibu Kota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu.
"Dulu saya digelari Ibu Ratu Bukit Senyum oleh anak-anak remaja hingga akhirnya sebutan untuk saya itu menular ke yang lain. Mungkin karena saya membuka warung di kawasan ini, saking seringnya akhirnya digelari begitu," tuturnya seraya terkekeh.
Akses jalan Bukit Senyum dibuka 24 tahun silam, usia yang sama dengan warung tempat Julaeha berjualan rupa-rupa makanan ringan.
"Dari dulu begini aja yang dijual, makanan dan minuman ringan. Yang agak berat ada karedok, mie instan itu saja tidak ada yang aneh. Tapi kalau yang sekadar melepas lelah sambil menikmati Teluk Palabuhanratu, makanan begini terasa istimewa," kata Julaeha.
Sepenggal cerita di Bukit Senyum, Palabuhanratu, Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar |
Pemandangan di Bukit Senyum memang istimewa, bentangan garis teluk Palabuhanratu nampak terlihat jelas. Titik-titik perahu Pagang hingga nelayan yang sedang beraktivitas menambah kesan indah di lokasi tersebut.
"Dulu itu ramai, semua usia nongkrong di sini. Melihat matahari tenggelam, anak muda pacaran, berkumpul, bercanda ria. Ada juga sopir bus, kondektur semua profesi ada di sini," lirih Julaeha.
Seiring pesatnya pembangunan pariwisata, banyak tumbuh tempat-tempat aestetik baru yang membuat Bukit Senyum terlupakan. "Sekarang banyak tempat nongkrong baru, malah lebih dekat ke pesisir pantai. Anak-anak muda sekarang banyak yang memilih tempat itu," ungkapnya.
Senja di bukit senyum sore itu tidak terasa indah, hujan gerimis menutupi layung senja yang biasanya datang menjelang tenggelamnya matahari. "Biasanya kalau sore terasa matahari tenggelam terlihat dari sini, namun rimbunan pohon besar di bawah jalan sudah besar-besar menutup pemandangan ke pantai," pungkas Jualaeha.
(sya/yum)











































