Inggit Garnasih diusulkan Pemprov Jawa Barat supaya bisa menyandang gelar pahlawan nasional tahun 2023. Hingga sekarang, progres pengajuan gelar pahlawan untuk Inggit sudah mencapai 60 persen sebelum berkasnya diserahkan ke pemerintah pusat.
Ketua Tim Pengkaji dan Peneliti Gelar Daerah (TP2GD) Jabar Prof Reiza D Dienaputra mengatakan, salah satu berkas yang harus dipersiapkan untuk usulan gelar pahlawan itu adalah penyusunan buku biografi tentang Inggit Garnasih. Namun masalahnya, tim kesulitan mencari referensi tentang Inggit, terutama kiprahnya pada zaman setelah Kemerdekaan Indonesia.
"Bicara sosok Inggit, beliau memang wanita Sunda yang luar biasa yang tidak perlu diragukan lagi tentang kesetiaan dan loyalitasnya dalam mendampingi Sukarno hingga menuju gerbang kemerdekaan Indonesia. Tapi, kami di tim sejujurnya kehilangan jejak Bu Inggit dari tahun 1943 hingga beliau meninggal di tahun 1984. Inilah yang sekarang kami jejaki untuk melengkapi berkas persyaratan Bu Inggit," kata Reiza dalam diskusi di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (16/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesetiaan Inggit kepada Bung Karno kata Prof Reiza, memang sudah tidak bisa dibantah. Inggit punya peran besar untuk Bung Karno hingga bisa menjadi Proklamator Indonesia. Inggit bukan hanya sosok seorang istri, namun juga bisa menjadi kawan atau bahkan menjadi sosok ibu untuk Bung Karno.
Dalam penelusuran TP2GD, Inggit setidaknya telah mendampingi Bung Karno kurang lebih selama 20 tahun. Mulai dari berkuliah di Technische Hoogeschool Bandoeng (sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung atau ITB) tahun 1922 dan lulus pada 1926, dipenjara di Penjara Banceuy pada 1930, diasingkan ke Ende di Flores pada 1933, hingga resmi bercerai pada 1943 selepas kepulangan Bung Karno dari pengasingannya di Bengkulu.
Setelah zaman tersebut, Reiza mengakui TP2GD kesulitan mencari kiprah Inggit, terutama dalam perjuangan setelah masa-masa kemerdekaan. Hanya satu informasi yang tim dapatkan yaitu Inggit berjualan kosmetik di Bandung selepas resmi bercerai dengan Bung Karno.
"Informasi yang masuk ke kami, Ibu Inggit itu kerjanya pada masa itu hanya berjualan bedak atau alat kecantikan. Sejauh ini informasinya hanya itu satu-satunya. Jadi dalam konteks itu, masih ada bagian yang belum berhasil kami rekonstruksikan," ucap Prof Reiza.
Informasi ini juga sejalan dengan hasil wawancara tim dengan tokoh Sunda Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong. Saat Ceu Popong masih duduk di kelas SMA, dia kerap datang ke rumah Inggit untuk memberikan alat kecantikan kepada Inggit.
"Dari Ceu Popong, belum banyak yang bisa kami peroleh kalau untuk periode 43 sampai 84, karena itu juga tidak semua bagian dialami Ceu Popon. Ceu Popong hanya mengalaminya pada saat jadi siswa SMA, karena beliau tinggal di rumah yang dekat dengan Bu Inggit. Tapi, dia datang ke Bu Inggit hanya untuk memberi alat kecantikan," tuturnya.
![]() |
Meskipun masih belum banyak informasi yang bisa dikumpulkan, Prof Reiza meyakini ada kiprah yang Inggit lakukan setelah masa kemerdekaan. Ini pun selaras dengan laporan koran terbitan era Hindia Belanda, Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode yang terbit pada 5 Februari 1951 yang memuat foto Inggit sedang berorasi di depan 3.000 simpatisan PNI di Kota Bandung.
Memang tidak dijelaskan secara rinci apa yang disampaikan Inggit kepada simpatisan PNI kala itu. Namun demikian, pertemuan tersebut dilaporkan turut dihadiri Wali Kota Bandung saat itu Raden Enoch.
Selain kepingan dari koran Belanda tentang kiprah Inggit tersebut, TP2GD juga mendapat penuturan jika Inggit 2 kali bertemu kembali dengan Bung Karno setelah masa Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pertemuan pertama terjadi kala Bung Karno datang ke Bandung untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955, dan beberapa tahun selanjutnya pertemuan itu terjadi lagi diantara keduanya.
"Saya yakin bukan itu pekerjaan Bu Inggit (penjual alat kecantikan), masih banyak lagi yang beliau kerjakan pada masa-masa 43 sampai 84. Inggit juga pernah bertemu Sukarno dua kali pada masa itu. Dan di masa-masa itu, Sukarno selalu memohon dukungan kepada Bu Inggit untuk kepentingan perjuangannya," papar Prof Reiza.
Prof Reiza melanjutkan, jika referensi tentang Inggit tidak bisa dilengkapi secara utuh, tim berencana untuk menemui seorang pensiunan guru SMK yang pernah berinteraksi dengan Inggit pada masanya. Sehingga diharapkan, ada sebuah informasi baru yang didapatkan untuk merekonstruksi kembali kiprah Inggit setelah masa kemerdekaan.
"Kalau bicara tentang sejarah, pendekatannya memang harus dengan orang sezaman dengan peristiwa itu. Dalam konteks ini, kami enggak bisa ngomong alkisah, konon katanya. Tapi kalau ternyata apa yang kami ketahui selama ini jika Bu Inggit dalam konteks mengisi kemerdekaan dengan cara menjual alat kecantikan hanya itu saja, kita ya tidak bisa menambah-nambah. Jadi kita berikan apa adanya," tuturnya.
TP2GD pun menargetkan berkas usulan gelar pahlawan untuk Inggit bisa rampung sepekan jelang batas akhir pengajuan yaitu 31 Maret 2023. Berkas itu nantinya akan dibahas kembali Tim Pengkaji Gelar Pahlawan Nasional (TP2GN), Dewan Gelar hingga diputuskan pada akhir Oktober atau awal November 2023.
(ral/orb)