Saatnya Mengubah Sampah Jadi Emas dan Kriuk Gendar

Yudha Maulana - detikJabar
Rabu, 15 Feb 2023 00:58 WIB
Penjemuran kerupuk gendar dari nasi sisa (Foto: Yudha Maulana/detikJabar)
Bandung -

Sudirman (27) karyawan rantau asal Cirebon, dibuat pusing dengan tumpukan sampah di area rumah kosnya pada awal 2023. Tumpukan sampah itu bukan hanya tak sedap dipandang mata, baunya juga menusuk hidung.

Sejak petugas pengangkut sampah mogok, sampah dari para penghuni indekos tempat Sudirman bermukim jadi tak terangkut. Tempat kos Sudirman ini terletak di wilayah Gedebage, tak jauh dari Masjid Al Jabbar yang sedang trending.

Tong-tong sampah di depan kamar kos tak mampu menampung lagi saking penuhnya, akibatnya aneka jenis sampah meluber dan mengundang lalat yang suara kepak sayapnya cukup mengganggu datang mengerubungi.

"Itu kejadiannya sudah sekitar dua bulanan lah, cuma dua atau tiga harian memang, tapi sebentar saja sampahnya sampai menumpuk gitu, apalagi istri suka makan udang dan sayuran. Jadi memang bekas sampah dapurnya bikin bau," ucap Sudirman saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Menyiram tanaman dengan air endapan sampah dapur Foto: Dok Pribadi Sudirman

Akhirnya Sudirman menemukan solusi untuk mengurangi timbulan sampah di kosannya. Ia memanfaatkan wadah bekas magicom untuk menimbun sampah sisa dapur,seperti kulit kupasan buah, potongan sayur yang tak termakan, nasi sisa hingga cangkang udang.

"Saya hanya tinggal berdua sama istri, akhirnya inisiatif dibuat kompos. Semuanya dimasukkan ke bekas magicom terus ditutup, tunggu 6 sampai 7 hari. Setelah itu saya pakai air endapannya buat nyiram tanaman milik tetangga kos," tutur Sudirman.

"Dengan begitu sampah jadi berkurang sih. Enggak ada bau lagi di tong sampah," ucapnya menambahkan.

Pengalaman serupa juga sempat dialami Eka (37), seorang ibu rumah tangga di Sarijadi, Bandung. Pangkal masalahnya, karena ada kerusakan alat berat di TPA Sarimukti. Selain itu guyuran hujan membuat akses menuju TPA Sarimukti menjadi sulit dilalui truk pengangkut sampah.

Imbasnya pembuangan sampah dari kompleks rumah Eka ke TPS, juga ikutan macet. Kejadian itu terjadi sekitar pertengahan Januari 2023 lalu.

"Iya sampahnya menumpuk, misalnya sampah dapur kan suka ada air dan minyak ya. Terus si tong sampahnya itu bocor, jadinya air sampahnya menetes-netes ke luar, jadi bau. Belum lagi ada belatung di situ, itu yang bikin seram sih," ujar Eka.

Kendala pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti juga sedianya pernah terjadi pada November 2021. Kala itu, penyebabnya karena alat berat yang beroperasi kehabisan BBM.

Antrean Truk Pembuangan Sampah di Akses Menuju TPA Sarimukti Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Masalah sampah masih menjadi persoalan pelik di Kota Bandung. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, timbulan sampah di Kota Bandung pada 2022 sebanyak 1.594 ton per hari atau 581.872,52 ton per tahun.

Sumber sampah terbanyak di Kota Bandung berasal dari rumah tangga dengan persentase 60%. Jauh lebih banyak dibandingkan sampah pasar yang berada di angka 10%. Mengacu pada data SIPSN KLHK tahun 2022, persentase pengurangan sampah, dalam artian pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah di Kota Bandung baru mencapai 16,07%.

Kota Bandung sendiri sebenarnya telah menamai ulang Zero Waste menjadi Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan). Program ini berupaya mengubah wajah pengelolaan dari paradigm 'kumpul-angkut-buang' ke pemilahan dan pemanfaatan sampah di sumber pertama (zero waste life style).

Sedianya, tak hanya pemerintah yang gencar berbuat untuk pengurangan sampah di sumber pertama. Warga dan komunitas di Kota Bandung pun bergeliat untuk mengurangi timbulan sampah di Kota Kembang. Mereka membuat kerupuk gendar hingga menukar sampah menjadi emas yang bernilai tinggi.

Seperti apa geliatnya ? simak di halaman selanjutnya.




(yum/bbp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork