Lucky Hakim memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya saat ini sebagai Wakil Bupati Indramayu. Langkah aktor film Ruang dan Malam Seribu Bulan itu dianggap tak elegan karena meninggalkan amanatnya sebagai kepala daerah yang telah dipilih warga Indramayu.
"Kalau secara etika, nggak elegan lah. Harusnya dia lebih baik memilih nonaktif aja dan menugaskan tugasnya ke yang lain. Ini jauh lebih elegan dibanding memilih mengundurkan diri," kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi kepada detikJabar, Selasa (14/2/2023).
Muradi mengungkap jabatan Lucky yang berpasangan dengan Nina Agustina sebentar lagi akan habis menjelang Pemilu 2024. Jika aktor yang populer pada medio tahun 2000-an tersebut memilih mundur pada saat ini, maka pertanggungjawabannya sebagai pejabat publik patut dipertanyakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jauh lebih beretika yang bersangkutan tidak memaksakan pengajuan mengundurkan diri, lebih baik nonaktif saja. Kan nggak lama jabatannya juga, tinggal beberapa bulan lagi habis. Ini selain nggak pas sebagai pejabat publik, nggak sehat juga situasinya. Kecuali dia berhalangan tetap, misalnya kena kasus hukum atau sakit berkepanjangan," ungkap Muradi.
Muradi pun menyoroti tiga hal atas keputusan Lucky Hakim yang memilih mundur dari jabatan Wakil Bupati Indramayu. Yang pertama, tentang persoalan komunikasi antara Lucky dengan Nina yang belakangan ini memang disanterkan tidak harmonis di dalam lingkungan pemerintahan.
"Ini kan klasik sebetulnya yah persoalan komunikasi diantara keduanya ini. Karena memang, lama-lama jengah juga kalau misalkan ada tapi dianggap enggak ada perannya di pemerintahan. Kira-kira begitu," ucap Muradi.
Persoalan kedua, Muradi menilai Lucky Hakim ingin mengulang lagi posisinya waktu itu yang pernah duduk di legislatif. Sebab menurutnya, tugas sebagai anggota dewan lebih terbilang nyaman dibanding menjadi kepala daerah seperti sekarang.
"Lucky Hakim ini kan pernah jadi anggota dewan sebelumnya. Dugaan saya setelah dikalkulasi, sepertinya jauh lebih nyaman jadi anggota dewan ketimbang jadi wakil bupati. Mungkin secara materi, kenyamanan, mungkin mengarah ke sana sepertinya. Jadi itu membuat yang bersangkutan juga berpikir 2 kali sepertinya," tutur Muradi.
Lalu yang terakhir, Muradi menyebutnya sebagai istilah ketidaknyamanan atas kerja birokrasi di wilayah itu. Muradi pun melihat hubungan Lucky Hakim dengan birokrat di Indramayu maupun dengan Nina berjalan dengan tidak nyaman selama ini.
"Ini lebih kepada soal saya menyebutnya bagian dari ketidaknyamanan atas kerja-kerja birokrasi. Jangan lupa, kalau orang-orang model artis begitu ada yang menikmati betul, ada juga yang tidak menikmati. Nah saya melihatnya di aini dengan pola hubungan dengan bupati kelihatannya tidak terlalu nyaman. Maka akan lebih baik bagi yang bersangkutan kemudian memilih mundur dan kemudian fokus untuk setidaknya misalnya maju lagi di persiapan untuk di 2024 sebagai caleg," pungkasnya.
Terlepas dari semua itu, Muradi menganggap langkah Lucky Hakim tidak elegan jika memilih mundur dari jabatannya saat ini. Sebab, masa jabatan Lucky akan berakhir dalam waktu dekat dan seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan publik di Indramayu.
Sebagaimana diketahui, publik dikejutkan beredarnya kabar pengunduran diri Lucky Hakim dari jabatannya sebagai Wabup Indramayu pada Senin (13/2/2023). Surat yang beredar tersebut ditujukan kepada DPRD Indramayu.
Ketua DPRD Kabupaten Indramayu Syaefudin membenarkan kabar mundurnya Wakil Bupati Indramayu Lucky Hakim. Bahkan, dia menjelaskan, Lucky bersama beberapa orang mendatangi langsung kantor Sekretariat DPRD Indramayu.
"Iya, setengah lima sore tadi, dia (Lucky Hakim) datang sendiri bersama orangnya. Baru terima tadi sore langsung ke sekretariatan ditemui Sekwan," kata Syaefudin melalui sambungan telepon kepada detikJabar, Senin (13/2/2023) malam.
(sud/orb)