Penolakan terhadap Pemilu sistem proporsional terus disuarakan dari sejumlah daerah. Salah satunya akademisi dari Ciamis, Dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Galuh (Unigal) Kabupaten Ciamis Agus Dedi menilai pemilu sistem proporsional tertutup akan menurunkan minat masyarakat masuk partai politik.
Diketahui, Mahkamah Konstitusi (MK) saat ini tengah memproses uji materiil UU Nomor 7/2017 tentang pemilu sistem proporsional terbuka atau sistem coblos nama caleg. Sistem pemilu tertutup atau sistem coblos partai dinilai bisa menguatkan model kekuasaan partai.
Agus Dedi mengatakan pemilu terbuka dapat memberikan peluang bagi anggota partai untuk memperjuangkan diri mereka dan partai politik. Harapannya dapat dipilih masyarakat dan mendapat suara terbanyak untuk meraih kursi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tertutup itu kan domainnya ketua umum di berbagai tingkatan karena kan itu berdasarkan nomor urut. Jadi orang-orang yang dekat dengan ketua umum itu ya atau ketua DPD ya berpeluang untuk jadi mendapat kursi. Walaupun tidak mendapat dukungan dari masyarakat," kata Agus Dedi saat dihubungi detikJabar, Senin (13/2/2023).
Agus lebih setuju pemilu tetap menggunakan sistem proporsional terbuka seperti sekarang. Hal ini memungkinkan orang masuk partai politik. Sehingga terjadi persaingan sehat antar kandidat walaupun bersaing dengan internal partai untuk mendapatkan kursi.
"Melakukan kampanye, sosialisasi dan sebagainya. Harapannya mendapat suara terbanyak dan mendapat kursi," jelasnya.
Menurut Agus, sistem pemilu tertutup membuat orang enggan masuk partai politik dan partisipasi akan berkurang.
"Misal ada warga berencana masuk partai politik tapi tidak ada kedekatan dengan ketua umum. Ngapain juga gitu ya. Sedangkan di dalam ketentuan setiap organisasi partai politik harus mengakomodir 30 persen perempuan," tegasnya.
Pemilu sistem proporsional tertutup menjadi kontraproduktif, dimana orang akan enggan masuk partai politik. Sebab, tidak bisa memperjuangkan dirinya sendiri karena domainnya ada di ketua partai.
"Intinya ingin terbuka. Kalau tertutup kembali jadi demokrasi ini tidak jalan," pungkasnya.
(yum/yum)