Mengutip dari detikinet pada Minggu (12/2/2023), peneliti mengungkap tentang alasan mengapa sejumlah gunung berapi lebih aktif daripada yang lain, mengapa aktivitas gunung berapi berubah seiring waktu.
Hasil penelitian mengungkapkan dua lempeng tektonik yang bertabrakan, salah satu lempeng yang lebih pada itu tenggelam di bawah atau subduksi lainnya dan terjun antara 10 sampai 100 kilometer ke dalam mantel bumi. Kondisi yang keras ini memaksa air serta zat volatil lainnya terperangkap.
cairan itu membuat komponen penting dari magma di busur vulkanik, seperti yang terjadi di Cincin Api Pasifik. Tapi, penelitian menyebutkan rute cairan ini melalui interior bumi. Rutenya dari lempeng subduksi ke busur vulkanik.
Tim peniliti menggunakan seismometer dasar laut untuk mengumpulkan data seismik atau gempa bumi dari zona subduksi di Karibia Timur. Daerah ini memunculkan pulau vulkanik Antillen Kecil.
Mereka menggunakan pendekatan dengan melihat gelombang yang dihasilkan oleh gempa. Gelombang ini melambat atau mempercepat saat melewati berbagai material. Selain itu, gelombang juga mengalami perubahan energi.
Mengetahui bahwa batuan panas dan cair sangat 'melemahkan' (atau menyerap), para peneliti menggunakan pemahaman ini untuk mengidentifikasi lokasi magma berada di kedalaman. Mereka kemudian menggunakan data ini untuk membuat model 3D bawah permukaan yang tepat.
Tidak seperti biasanya, penyelidikan menemukan bahwa zona atenuasi seismik terkuat dipindahkan secara lateral dari bawah gunung berapi.
Peta tersebut mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa ketika air dipaksa menjauh dari lempeng subduksi, ia terseret lebih dalam, mencairkan mantel di bawah front vulkanik.
Setelah itu, peleburan berkumpul di dasar pelat underriding, kemudian dipindahkan kembali ke busur vulkanik.
"Pandangan ilmiah dalam subjek yang banyak diperdebatkan ini secara tradisional jatuh ke dalam dua area. Beberapa percaya lempeng subduksi sebagian besar mengontrol lokasi gunung berapi berada, dan beberapa berpikir lempeng di atasnya memainkan peran terbesar," kata penulis utama studi Dr Stephen Hicks, dikutip dari Interesting Engineering.
"Tetapi dalam penelitian kami, kami menunjukkan bahwa interaksi dua kekuatan pendorong ini selama ratusan juta tahun adalah kunci untuk mengendalikan di mana letusan terjadi saat ini," ujarnya menambahkan.
Hicks menerangkan penelitian itu mengungkap mekanisme mendasar tentang letusan gunung berapi. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman tentang pembentukan dan penambahan reservoir magma di bawah gunung berapi.
Baca juga: Mengenal Jamur Paling Mematikan di Dunia |
Science Advance menerbitkan makalah tersebut pada 1 Februari. Makalah ini hasil kolaborasi internasional antara ilmuwan dari Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan Trinidad.
Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini
(sud/dir)