Jatuh Bangun Disabilitas Cimahi Geluti Dunia Bercocok Tanam

Jatuh Bangun Disabilitas Cimahi Geluti Dunia Bercocok Tanam

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 11 Feb 2023 14:00 WIB
Disabilitas di Kota Cimahi menggeluti Profesi sebagai petani
Disabilitas di Kota Cimahi menggeluti Profesi sebagai petani (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Cimahi -

Segala keterbatasan yang ada pada tubuh penyandang disabilitas Kota Cimahi bukan halangan untuk produktif. Mereka mampu memupus anggapan kalau seorang disabilitas cuma bisa berpangku tangan.

Setidaknya itu yang bisa dilihat dari Permana Dwi Cahya dan 25 orang penyandang disabilitas lain yang tergabung dalam wadah Kelompok Tani Tumbuh Mandiri.

Sebagai seorang disabilitas, mereka mengikis asumsi kalau bertani hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tanpa keterbatasan fisik. Tapi di tangan Permana dan Kelompok Tani 'Tuman', lahan 5.000 meter persegi yang 'mati suri' disulap jadi lahan perkebunan yang produktif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya tugasnya itu biasanya mencangkul, tapi lebih banyak membersihkan gulma, menyiram, merawat, sampai panen. Kemudian memasarkan (hasil panen)," kata Permana saat berbincang dengan detikJabar.

Berjalan sejak 2020 silam, ia dan teman-temannya sudah beberapa kali merasakan panen. Hasil panen ada yang dijual ke pasaran serta dikonsumsi sendiri. Pasang surut juga dialaminya, sama seperti petani lainnya.

ADVERTISEMENT

"Ya sama, awal-awal juga sempat merasakan gagal panen. Terus berpikir harus gimana biar nggak gagal lagi. Jadi kita terus belajar, apalagi kan sama dengan teman-teman lainnya nggak punya dasar untuk berkebun. Ini kita belajar secara otodidak semua," kata Permana.

Tak cuma gagal panen, ia juga sempat dihadapkan pada melambungnya harga kebutuhan untuk menggeluti dunia bercocok tanam. Pupuk mahal, obat dan nutrisi tanaman tak terjangkau, sampai harga sayuran yang anjlok tanpa bisa dihindari.

"Ya waktu itu pernah, misalnya harga biasa berapa belas ribu, naik. Nah kan akhirnya berpengaruh ke tanaman. Kemudian disepakati untuk swadaya dulu, yang punya rezeki lebih menutupi kekurangan. Risiko ditanggung bersama," cerita Permana.

Minta Difasilitasi Peralatan dan Pelatihan

Permana dan teman-teman disabilitas lain berangkat dari latar belakang profesi yang jauh dari dunia bercocok tanam. Ia sendiri sebetulnya menggeluti profesi sebagai teknisi komputer dan barang-barang elektronik lainnya.

"Makanya kemampuan dasar bertani kami itu kebanyakan otodidak. Tapi ada juga sebagian yang bisa, cuma sedikit-sedikit saja itu juga," tutur Permana.

Permana tak menampik SDM juga sangat menentukan keberhasilan mereka menggeluti dunia bercocok tanam. Untuk itu, pelatihan dianggap sebagai jurus jitu meningkatkan keterampilan mereka dalam profesi barunya ini.

"Salah satu kendalanya memang SDM kurang dan kemampuannya minim, karena memang kan kebanyakan disabilitas. Tapi ya kita sudah komitmen dari awak, kami nekat dan ingin maju meskipun punya keterbatasan," tutur Permana.

Di sisi lain, Permana tak pongah. Ia sadar sebagai seorang disabilitas, kegiatan mencangkul sebetulnya bisa dibilang ekstrem. Kondisi fisiknya juga punya batas. Makanya, ia sangat berharap ada pihak yang melirik mereka dan mau membantu memberikan peralatan penunjang.

"Sebagai seorang tuna daksa kan saya nggak bisa sebebas teman-teman lainnya, kalau ke tempat sempit itu agak susah terus kalau mencangkul juga tidak seefektif yang lain. Ya inginnya ada yang bisa membantu memberikan peralatan untuk berkebun," tutur Permana.

Senada dengan Permana, Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) DPC Kota Cimahi Muhammad Taufik, mengutarakan hal yang sama. Ia yang turut terlibat menggarap lahan dengan status alih garap itu juga berharap ada bantuan dalam berbagai bentuk.

"Paling utama yang dibutuhkan itu peralatan, karena yang namanya disabilitas nggak mungkin bisa macul (mencangkul) terus-terusan. Makanya kami sangat ingin dapat bantuan traktor kecil. Kemudian bantuan dalam bentuk pelatihan bercocok tanam juga," ucap Taufik.

Taufik menyebut seingatnya masih ada kelompok tani lain yang mewadahi penyandang disabilitas untuk menjalani profesi bercocok tanam di tengah segala keterbatasan.

"Kalau nggak salah ada di daerah Cibabat, Cimahi cuma saya lupa namanya. Nah dengan mereka, kami di Kelompok Tani Tuman ini rutin menjalin komunikasi, bertukar pikiran, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan," kata Taufik.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads