Jurus Petani Bawang di Indramayu Hadapi Cuaca Buruk

Jurus Petani Bawang di Indramayu Hadapi Cuaca Buruk

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 07 Feb 2023 04:30 WIB
Lahan pertanian bawang di Indramayu
Lahan pertanian bawang di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Cuaca tak menentu melanda sebagian wilayah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kondisi itu membuat sejumlah petani bawang menerapkan siasat untuk menjaga kualitas tanaman bawang.

Salah satunya, Hariyanto (27) pemuda desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu itu terlihat sibuk menyemprot obat ke tanaman bawang merahnya. Terlebih, beberapa hari terakhir kondisi cuaca ekstrem yang melanda menjadi kewaspadaan sendiri bagi Hariyanto yang baru mengelola tanaman bawang merah.

"Sambil belajar ikut sama orang tua. Dari dulu memang sudah bergelut di tanaman bawang, tapi baru mulai lagi dua tahun belakangan. Saya sering ikut dan sekarang baru nyoba nanam sendiri," kata Petani Bawang Merah, Hariyanto kepada detikJabar, Senin (6/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengelolaan tanaman bawang di atas lahan seluas 130 bata (1 Bata = 14 meter persegi) dianggap Hari cukup luas. Terlebih pengalaman pertamanya ini harus menghadapi cuaca yang ekstrem. Yaa, hujan di siang hari menurut Hari harus diwaspadai. Sebab, bisa menghambat pertumbuhan tanaman.

"Di awal bulan Januari sampai sekarang masih sering kena hujan di siang hari. Akibatnya, tanaman bisa ditumbuhi ulat terus ngaruh sampai ke daunnya," jelas Hari di sela-sela kesibukannya.

ADVERTISEMENT

Sesuai arahan mentor yang tak lain adalah orang tuanya, Hari pun mengatur siasat untuk mencegah kerusakan tanaman bawangnya. Ia pun intensifkan penyiraman (bilas) tanaman terlebih setelah terkena air hujan di siang hari.

Bukan hanya itu, Hari pun harus menambah biaya membeli obat-obatan (pupuk dan sejenisnya) untuk menjaga pertumbuhan umbi bawang. Hal itu agar ketika panen kondisi bawang bisa mendapatkan hasil kualitas bagus.

"Jadi untuk obat dan semacamnya harus hati-hati apalagi sehabis hujan di siang hari. Harus sering dibilas," ujar Hari.

Pantauan detikJabar, tanaman bawang merah yang dikelola Hari sudah menginjak usia 40 hari. Umbi bawang mulai terlihat dengan kondisi daun yang cukup segar. Hal itu berkat upaya Hari yang terus belajar mengelola bawang merah.

Diceritakan Hari, selama menanam bawang merah, ia sudah mengeluarkan biaya sebesar Rp10 Juta lebih. Biaya tersebut belum termasuk harga bibit yang bisa mencapai Rp10 Juta untuk 2 Kwintalan bibit bawang merah.

"Bibit 2 Kwintal bisa menghasilkan panen hampir 2 Ton bawang merah basah. Harga bibit bisa capai Rp10 Juta bahkan lebih untuk 2 Kwintal," kata Hari perkiraan hasil panen jika kondisi cuaca normal.

Sebagai pemula, Hari pun seolah tak sabar menanti masa panen yang hanya sekitar 10-15 hari ke depan. Ia pun berharap harga bawang merah tetap stabil (tinggi) hingga bulan puasa mendatang.

"Di sini biasanya pakai sistem lelang (tebasan). Ya harapannya harga minimal bisa tembus Rp30 ribu per kilogram," pungkas Hari sebelum melanjutkan aktivitasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads