Warnet atau warung internet merupakan tempat yang menyediakan jasa dan fasilitas koneksi internet. Pada masanya, warnet menjadi tempat favorit bagi para gamer untuk menyalurkan hobinya bermain game.
Pada tahun 2008, warnet mulai menjamur di wilayah perkotaan Ciamis, Jawa Barat, akibat tingginya kebutuhan masyarakat akan internet. Namun, pada akhir tahun 2018, warnet mulai ditinggalkan.
Kondisi ini membuat pengusaha warnet di Ciamis pun mulai gulung tikar akibat sepinya pengunjung. Dari 10 warnet di perkotaan Ciamis yang tersisa kini hanya ada di 3 tempat. Salah satunya Warnet Kaum ada di Jalan Ir H Juanda dekat dengan Lapas Ciamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedi Setiadi (43), pemilik warnet Kaum bercerita, mulai membuka usaha warnetnya pada tahun 2008 lalu. Sejak tahun 2019 ditambah pandemi COVID-19 hingga sekarang, usaha warnetnya mulai redup.
Pengunjung yang datang ke warnet semakin sedikit. Para gamer yang diandalkan jadi penghasilan warnet kini sudah banyak yang beralih ke smartphone.
"Memang karena perkembangan zaman, sekarang orang lebih banyak menggunakan smartphone untuk kebutuhan internet. Termasuk bermain game online, gamer tidak lagi datang ke warnet cukup di HP," ungkap Tedi, Jumat (3/2/2023).
Tedi mengaku telah mencoba mengimbangi perkembangan teknologi dengan memperbaharui unit komputer (PC) warnet dengan spesifikasi yang mumpuni untuk bermain game online. Bahkan modal yang dikeluarkan pun untuk membangun 1 unit PC gaming tidak sedikit.
"Pada masanya game online seperti DOTA, Counter Strike, dan lainnya, warnet tak pernah sepi. Tapi ketika game online di android semakin populer, para gamer di Ciamis pun mulai beralih. Perkembangan zaman memang tidak bisa terelakan," jelasnya.
Saat sedang jaya, Tedi mengaku bisa meraup omset dari Rp800 ribu sampai Rp1,3 juta per hari dari 22 unit komputer yang tersedia. Namun, ketika warnet mulai sepi, unit PC yang ada kini hanya tinggal 6 buah yang masih beroperasi. Hal tersebut karena tidak adanya biaya untuk perawatan dan lainnya.
"Omset sekarang mendapat Rp100 ribu sampai Rp200 ribu juga sudah bagus. Kebanyakan itu bukan karena pengguna jasa internet, tapi lebih kepada urusan percetakan seperti scan, print dokumen, foto, kebutuhan tugas sekolah dan kantor yang memang mereka belum punya printer atau komputer," ungkap Tedi.
Menurut Tedi, di Ciamis awalnya ada 10 warnet yang buka tapi sekarang tinggal 3 warnet termasuk miliknya.
"Warnet lain sudah tutup karena memang sudah mulai sepi. Yang dari 10 warnet, sebanyak 7 warnet sudah tutup," Tutut Tedi.
Alasan Tedi tetap bertahan karena saat ini pelanggan setia masih ada meski jumlahnya sedikit. Selain itu, belum ada usaha lain untuk menggantikan warnetnya dan hanya menunggu waktu.
"Sekarang baru mulai usaha bisnis kuliner dengan sistem antar (delivery order). Mungkin kalau ini berjalan dan warnet semakin sepi bisa saja tutup (warnet). Kan biaya operasional warnet ini cukup besar, untuk biaya internet per bulan dan listrik," kata Tedi.
(mso/mso)