Soekarno semakin merasakan hal berbeda saat bertemu Inggit yang kala itu tinggal bersama dalam satu rumah. "Kebetulan momen tinggal bareng Bu Inggit, hubungan jadi lebih dekat lagi," ujarnya.
Ditambah, kala itu Sanoesi yang merupakan suami Inggit Garnasih sering beraktivitas di luar. Sehingga Inggit merasa kesepian.
"Perhatian ya perhatian, tapi dalam cerita tuh H Sanusi sering main keluar, hobinya main biliar, lebih banyak berkumpul dengan kawan-kawannya, dan sering ditinggal Bu Inggit," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Di rumah, Inggit) sering bertemu dengan Soekarno dan terjadilah saling naksir," tambahnya.
Singkat cerita, pada tahun 1923, Soekarno meminta Inggit secara langsung kepada Sanoesi. Soekarno inginmenikahi Inggit dan Sanoesi menyetujuinya.
![]() |
"Awalnya sudah ada persetujuan dari H Sanusi, (karena) diketahui oleh H Sanoesi mereka (Bung Karno dan Inggit) saling suka. Dengan gentle Bung Karno minta kepada H Sanoesi untuk menikahi Bu Inggit Zaman sekarang nggak mungkin itu terjadi, tapi itu kebesaran jiwa H Sanoesi," tuturnya.
"H Sanoesi sadar dan tahu, nggak tahu bisa nerawang atau gimana, bahwa Soekarno akan jadi seorang pemimpin, nalurinya begitu. Bung Karno harus didampingi oleh seorang istri, dalam hal ini (Inggit) terpilih, dan itu terjadi perjanjian Bung Karno dengan H Sanoesi, dimana keduanya setuju. H Sanoesi pun meridakan untuk menceraikan Bu Inggit dan (Inggit) dinikahi Soekarno," ujarnya.
Baca juga: Inggit Garnasih Calon Pahlawan Nasional |
Perjanjian antara Soekarno dan H Sanoesi, menurut Tito dilakukan di Gunung Tangkuban Perahu. Namun ia tak tahu persis kapan momen itu terjadi. Yang jelas, cerita itu ia dengar langsung dari Inggit sewaktu masih hidup.
"Perbincangan itu terjadi sewaktu mereka di Tangkuban Perahu, di situ terjadi obrolan dan terjadi persetujuan, tapi dengan syarat bahwa dari H Sanoesi apabila dalam 10 bulan Bung Karno menyakiti Ibu Inggit, diwajibkan Bung Karno mengembalikan Inggit kepada H Sanoesi," pungkasnya.
(wip/orb)