Jauh sebelum pandemi COVID-19, tenan-tenan di Lucky Square, Kota Bandung mulai ditinggalkan oleh penyewa. Hal itu terjadi karena pusat perdagangan itu sepi akibat dampak dari pembangunan Fly Over Jalan Jakarta.
Pusat perdagangan ini semakin merana setelah dihantam badai pandemi COVID-19 yang berlangsung hampir selama tiga tahun.
detikJabar berkunjung ke Lucky Square, Jalan Jakarta, Kamis (2/2/2023). Dari 5 lantai yang ada di Lucky Square hanya 2 lantai yang digunakan, yakni lantai 1 dan 2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, hanya lift naik di lantai 1 ke lantai 2 yang dioperasikan. Sementara itu, lift turun dinonaktifkan, hal itu dilakukan demi mengurangi biaya operasional listrik.
Di lantai 1, hanya ada tiga tenan dengan ukuran cukup luas beroperasi. Sementara itu di lantai 2, tidak lebih dari 10 tenat berukuran kecil beroperasi.
"Jujur kita turunnya sejak ada jembatan (fly over) traffic kita pasti turun. Pintu masuk kehalang, dengan ada jembatan kita rubah jalur masuk repot banget," kata salah satu pengelola Lucky Square, Rinno kepada detikJabar.
Rinno mengungkapkan, sejak ada pembangunan Fly Over Jalan Jakarta kunjungan ke Lucky Square sepi dan para penyewa tenan mulai pergi.
"Kita punya Yogya, di bawah ada supermarket, di atas ada departemen store. Kondisinya sejak ada jembatan turun, Yogya juga, omzet dan income mulai turun, mereka tuh tidak memperpanjang," ujar Rinno.
Rinno menyebut, sebenarnya keberadaan supermarket di Lucky Square adalah andalan bagi tenan-tenan kecil yang ada di lantai dasar. Begitupun departeman store dan area bermain menunjang tenan kecil yang ada di lantai lainnya.
"Kita andalkan supermarket Yogya, saingan Yogya di Bandung banyak, kompetitornya dia Hero, Giant sama (berat). Yogya keluar 2019, tutup toko Bulan 11, tenan di bawah menanyakan ini gimana, berjalan waktu per 1 Januari 2020 keluar," ungkapnya.
Sejak supermarket itu keluar, menurutnya kunjungan pun menurun dan hal itu berdampak pada tenan-tenan kecil.
"Yogya keluar, deal dengan J.Co, berjalan makan waktu dua bulan, kena COVID-19. Sebelum COVID-19 tenan kita mulai goyang, mulai sepi, mereka masih punya barang, bahan, COVID-19 terjadi," jelasnya.
"Entertain yakni Colour (KTV) habis di Bulan Maret, diperpanjang. Kita juga punya wahana mainan, convention mal, dengan kondisi COVID-19 tenan kecil, resto dan AW, kita bingung, sudah jatuh ketimpa tangga, operasional gimana. Tinggal AW yang buka J.Co belum masuk, masuknya Bulan 7," terang Rinno.
Pengelola terus memutar otak, apalagi saat PSBB, bagaimana agar tenan yang menjual produk seperti pakaian tetap bisa beroperasi. Akhirnya pemilik tenan berjualan secara online dan dapat membawa produk jualannya ke Lucky Square dengan membuat janji terlebih dahulu dengan pemilik tenan.
Pengelola Lucky Square semakin babak belur, mereka terus mencari cara agar operasional tetap berlangsung dan akhirnya untuk efisiensi listrik lantai yang dioperasikan dua lantai. "Sekarang cuman dua lantai, lantai GF (1) dan UG (2). Kita tetap jalan," ujarnya.
Sebelum pembangunan fly over dan pandemi COVID-19, jumlah tenan di Lucky Square tidak terlalu banyak, tapi penyewa menggunakan lahannya cukup luas.
"Tenan nggak banyak, tapi penggunaan area besar-besar, Yogya 3.000 meter persegi, Colour 900 meter persegi, wahana mainan Game Master 900 meter persegi dan wahana mainan lainnya 8.000 meter persegi. Pas COVID-19 wahana mainan nggak boleh buka, itu jadi bumerang karena kita harus bayar listrik, sedangkan pembayaran listrik tidak bisa ditunda (pembayaran), sekarang turun daya karena tidak semua lantai digunakan," tuturnya.
Menurutnya, penurunan daya listrik pun dilakukan dari 2.180.000 watt turun menjadi 609 watt. "Sekarang sebulan Rp 30-35 juta, 40 persen dari pemakaian sebelumnya Rp 96 juta," ujarnya.
Agar para tenat dan memancing penyewa lainnya, sewa tenat dibebaskan dahulu dan hanya diwajibkan membayar listrik. SDM manajemen pun dikurangi. "Sekarang SDM ada 25, kalau sebelumnya sekuriti sendiri mencapai 32 orang," katanya.