Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menghantui peternak sapi dan domba di berbagai daerah termasuk Kabupaten Bandung Barat (KBB). Bahkan ribuan ekor ternak mati akibat wabah tersebut.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian pada tahun 2022 sebanyak 12.800 ekor sapi dan hewan ternak lainnya di seluruh Indonesia mati akibat wabah PMK.
"Dari jumlah itu, 6.400 ekor hewan ternak yang mati dari Provinsi Jawa Barat. Di Jawa Barat, KBB jadi daerah terbanyak dengan 3.000 ekor lebih yang mati," ujar Sekretaris Ditjen PKH pada Kementerian Pertanian, Makmun saat ditemui di Cisarua, Rabu (1/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makmun mengatakan wilayah Jawa Barat sendiri menjadi lumbung sapi perah di tanah air yang didominasi berasal dari Lembang, KBB. Maka tak heran angka kematian sapi di KBB cukup tinggi.
"Jadi memang yang banyak terdampak itu di sapi perah sehingga Jabar yang kita tahu adalah sentra sapi perah dan sentranya lagi ada di KBB khususnya Lembang," tutur Makmun.
Atas arahan Presiden Joko Widodo, Makmun mengatakan Kementerian Pertanian menyalurkan uang ganti rugi bagi peternak sapi yang terdampak wabah PMK. Peternak yang menerima ganti rugi merupakan peternak yang hewan ternaknya mati akibat PMK.
"Kalau ternak per ekor sapi itu baik yang besar dan kecil semua sama sapi dan kerbau itu nilainya Rp 10 juta per ekor. Seperti tadi ada yang empat jadi Rp 40 juta dan tiga ekor Rp 30 juta," ujar Makmun.
Jerit Peternak Terdampak Wabah PMK
PMK menjadi musuh para peternak. Salah satunya dirasakan oleh Yoga Alamsyah (37), peternak sapi perah asal Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang. Akibat wabah PMK yang melanda pada pertengahan 2022 lalu, ia mengalami kerugian cukup besar.
"Ya semua terdampak kalau sama PMK, termasuk saya. Kebetulan saya kan peternak sapi khusus sapi perah," ujar Yoga.
Dari enam ekor sapi perah yang dimilikinya, satu ekor sapi mati akibat wabah PMK. Beruntung sapi lainnya masih bisa diselamatkan meskipun mengalami dampak pasca terjangkit PMK.
"Yang mati cuma 1, itu direkomendasikan untuk dipotong paksa. Tapi kan PMK itu kalau satu kena yang lain di kandang itu juga kena. Dari satu ekor juga kerugiannya puluhan juta," ucap Yoga.
Sapi perah miliknya yang selamat dari wabah PMK mengalami penurunan produktivitas susu sapi yang dihasilkan. Misalnya dari satu ekor sapi, saat ini hanya bisa menghasilkan 14 liter susu sapi.
"Ya jadi menurun, biasanya bisa menghasilkan 17 liter sampai 18 liter susu per ekor, sekarang hanya 14 liter. Rugi juga akhirnya kan," ucap Yoga.
Menurutnya salah satu cara paling efektif mencegah penyebaran wabah PMK yang diprediksi baru bakal hilang pada 2035 mendatang yakni dengan vaksinasi hewan ternak.
"Makanya saya itu semua sapi divaksin, jadi kalau ada vaksin itu harus diikuti. Dicek juga kesehatan sapi dan kebersihan kandangnya," ucap Yoga.
Yoga menjadi satu di antara ribuan peternak sapi yang menerima penggantian hewan ternak yang mati dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Uang yang diterimanya akan dibelikan lagi sapi.
"Iya dapat, tapi baru didata. Katanya nanti ditransfer soalnya dikasih rekening. Seekor sapi itu penggantiannya Rp10 juta. Jadi nanti akan dibelikan sapi lagi, karena usaha saya cuma dari sapi perah," tutur Yoga.
(dir/dir)