Perajin 99 Lampu Gentur Masjid Al Jabbar Meninggal Dunia

Kabupaten Cianjur

Perajin 99 Lampu Gentur Masjid Al Jabbar Meninggal Dunia

Ikbal Selamet - detikJabar
Rabu, 01 Feb 2023 17:15 WIB
Proses pembuatan lampu gentur yang jadi hiasan interior Masjid Al Jabbar, Kota Bandung
Duduy (almarhum) saat menyelesaikan proses akhir Lampu Gentur untuk Masjid Al Jabbar, belum lama ini. (Foto: Ikbal Selamet/ detikJabar)
Cianjur -

Duduy, perajin lampu gentur meninggal dunia. Sebanyak 99 lampu gentur berukuran 1,5 meter yang menghiasi interior Masjid Al Jabbar di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, menjadi karya terakhirnya.

Kabar meninggalnya Duduy diungkapkan sang istri, Siti Rahmah. Menurutnya, Duduy meninggal di Cianjur pada Jumat (27/1/2023) lalu akibat sakit. "Pak Duduy meninggal hari Jumat, karena sakit liver," ujar dia saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu (1/2/2023).

Siti mengatakan suaminya meninggal usai menyelesaikan tugasnya membuat 99 lampu gentur berukuran 1,5 meter untuk Masjid Al Jabbar. "Alhamdulillah pekerjaannya untuk memperindah Masjid Al Jabbar sudah selesai kang. Sudah dikirim juga semuanya," ungkap dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekadar diketahui, Duduy merupakan perajin lampu gentur yang karyanya menjadi ornamen penting dalam memperindah interior Masjid Al Jabbar.

Sejak diresmikan, Masjid Al Jabbar yang didesain dengan modern, penuh makna, dan tentunya mempesona itu terus menjadi daya tarik masyarakat untuk datang.

ADVERTISEMENT

Ada 99 buah lampu gentur yang dibuat oleh Duduy bersama pegawainya untuk dipasang di interior Masjid Al Jabbar. Ukurannya lampu genturnya bukan kecil, melainkan berukuran 1,5 meter dengan panjang sisi 75 sentimeter.

Lampu gentur yang menjadi interior tambahan di Masjid Al Jabbar didesain sendiri oleh Ridwan Kamil. Semula desain dasar dibuat oleh Duduy dengan konsep utamanya ialah model maroko costum, dengan rangka berwarna emas, dan kaca pelindung berwarna kuning serta putih, kemudian desainnya disempurnakan oleh Ridwan Kamil.

Terdapat ukiran dari lembaran kuningan yang diukir atau dipotong secara manual menggunakan gunting di lapisan terluar kacanya. Butuh waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikan 99 buah Lampu Gentur tersebut dengan dibantu oleh 15 warga yang menjadi karyawan Duduy.

Di halaman rumah yang tidak begitu luas, satu per satu lampu itu dibuat secara manual, dengan tetap memperhatikan detil ukiran di setiap permukaannya. "Proses pembuatan lampu Gentur untuk Masjid Al Jabbar ini semuanya dilakukan secara manual. Termasuk ukirannya, digunting secara manual satu per satu. Makanya proses pembuatannya juga sedikit lama. Untuk 30 buah lampu butuh waktu sekitar 2 bulan. Itupun sudah dipercepat, normalnya bisa sampai 3 bulan proses pembuatan," ujar Duduy saat ditemui detikJabar, Sabtu (14/1/2023) lalu.

Kala itu Duduy mengungkapkan, selain lampu gentur untuk interior, dirinya juga sempat diminta untuk membuat dekorasi kaligrafi dari kuningan dan lampu gentur untuk dekorasi tambahan di Masjid Al Jabbar.

"Kemarin sudah komunikasi, katanya setelah ini ada lagi desain yang diminta untuk dibuatkan. Karena selain Lampu Gentur, kami juga sudah terbiasa membuat kaligrafi dari bahan kuningan," kata dia.

Dia mengaku bangga, produk Cianjur digunakan untuk Masjid yang ikonik di Jawa barat tersebut. "Tentu bangga, selain saya yang membuat, juga bangga karena produk kerajinan tangan Cianjur begitu dilirik sehingga dipesan untuk memperindah Masjid Al Jabbar ini," ucap dia.

Karya Duduy di Berbagai Masjid di Indonesia

Duduy, perajin Lampu Gentur menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (27/1/2023) lalu. Namun karyanya masih terpajang di berbagai masjid yang ikonik di Indonesia. Bahkan tidak sedikit karyanya juga sudah terpasarkan hingga ke Timur Tengah dan Eropa.

Pria bertubuh kurus ini sudah mempelajari kerajinan Lampu Gentur sejak usia SD sekitar tahun 1980-an.

Pada 1996, Duduy nekat pergi ke Bali untuk merantau dengan menjadikan keahliannya membuat Lampu Gentur sebagai modal utamanya.

Di Bali, Duduy bersama rekannya memproduksi Lampu Gentur yang cantik dan indah. Ternyata lampu dengan beragam ukuran dan model itu laris, tidak sedikit turis asing yang menjadikan Lampu Gentur sebagai cendramata.

"Mulai dari turis Timur Tengah, Asia, hingga Eropa banyak yang beli Lampu Gentur. Karena modelnya yang beragam, dan cocok sebagai interior rumah ataupun halaman," ungkap Duduy saat ditemui detikJabar, Sabtu (14/1/2023) lalu.

Pada tahun 2002, Duduy memilih untuk pulang ke kampung halaman di Kampung Gentur, Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang, Cianjur dan menikah dengan gadis pujaannya.

Di rumahnya, Duduy terus memproduksi Lampu Gentur dengan berbagai model baru dengan pasar mulai dalam negeri hingga mancanegara. Relasi selama di Bali, dimanfaatkannya untuk menjual karyanya.

Dikenalnya nama Duduy sebagai perajin Lampu Gentur, membuat dia dipercaya untuk turut dalam membuat interior atau dekorasi berbagai bangunan megah, terutama Masjid di berbagai daerah di Indonesia.

Masjid 99 kubah di Makasar, masjid agung di Riau, hingga terakhir Masjid AlJabbar menjadi tiga dari berbagai masjid lain yang ikonik di Indonesia yang interiornya terdapat Lampu Gentur buatan Duduy.

Kini Duduy sudah meninggal dunia, namun karyanya tetap bisa dinikmati oleh mata siapapun yang melaksanakan salat ataupun berkunjung ke masjid-masjid tersebut.

"Saya tetap bangga, karena meskipun suami saya sudah meninggal. Tetapi karyanya masih hidup dan memperindah banyak masjid. Rencananya anak saya dan Duduy akan meneruskan profesi sebagai perajin Lampu Gentur," ucap Siti Rahmah, istri Duduy.

Halaman 2 dari 2
(orb/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads