Inggit Garnasih adalah perempuan kedua yang dinikahi Soekarno sebelum menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebelum menikah dengan Bung Karno, Inggit Garnasih sempat memiliki suami bernama H Sanoesi.
Setelah bercerai dengan H Sanoesi, barulah Inggit menikah dengan Bung Karno muda. Biduk rumah tangga pun dilalui keduanya.
Sebelum menikah dengan Bung Karno pada tahun 1923, Inggit Garnasih memiliki kebiasaan membuat bedak dan jamu di rumahnya. Kebiasaan itu juga, dilakukan Inggit saat tinggal bersama Bung Karno di rumahnya yang kini menjadi Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih di Jalan Ibu Inggit Garnasih No 08, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto Inggit saat membuat bedak dan jamu dengan menggunakan coet atau cobek yang replikanya tersimpan di rumah bersejarah itu. Bahkan, miniatur cobek yang digunakan Inggit tersimpan di salah satu ruangan di rumah bersejarah itu.
"Itu replika, itu untuk menyimpan olahan bikin bedak dan jamu, luluran," kata Jajang, juru pelihata Rumah Bersejarah Inggit Garnasih kepada detikJabar, Minggu (29/1/2023).
Ia lalu menjelaskan produksi bedak dan jamu yang dilakukan Inggit. Ada tiga lokasi berbeda yang dipakai. "Produksi bisa di belakang, dalam rumah atau didepan rumah," tambahnya.
Tak hanya bedak dan jamu, Inggit Garnasih juga membuat kawai dan meracik tembakau. "Ibu Inggit menjual bedak dan jamu. Ibu Inggit juga membuat kawai atau dalaman kebaya dan meracik tembakau menjadi rokok dan agen kecil-kecilan, home industri," ujar Jajang.
![]() |
Menurutnya, sosok Inggit adalah perempuan mandiri. Inggit mampu mencari uang sendiri tanpa harus mengandalkan pemasukan dari suami.
"Ketika Ibu Inggit masih bersuamikan H Sanoesi, Ibu Inggit sudah berpenghasilan sendiri, padahal pada waktu itu H Sanoesi sudah mencukupi kebutuhan rumah tangganya, tetapi Inggit membuktikan dia mampu memiliki penghasilan secara pribadi," ungkapnya
Tito Asmarahadi (76), putra dari Ratna Juami (anak angkat Inggit Garnasih dan Soekarno) membenarkan jika miniatur cobek itu adalah alat yang digunakan sang nenek untuk membuat bedak dan jamu.
"Itu alat produksi, menggilingnya, sejak Bu Inggit berumur 17-18 tahunan sudah ada," ujarnya.
Selain itu, Tito menyebut jika gerakan politik yang dilakukam Bung Karno juga turut didanai dari penghasilan Inggit Garnasih. DI luar itu, penghasilan dari usaha Inggit dipakai untuk kehidupan sehari-hari.
"Iya untuk kehidupan. Bukan itu saja, Bu Inggit buat kebaya, jual segala macam itu untuk membiayai kehidupan rumah tangga bersama Bung Karno dan juga untuk membiayai kegiatan Bung Karno dalam rangka kegiatan politik, untuk kemerdekaan itu kan Bung Karno perlu dana untuk keliling-keliling, dari sana itu (dana)," jelas Tito.
(wip/orb)