Gerindra mulai tegas menatap Pilgub Jawa Barat 2024. Partai besutan Prabowo Subianto itu memastikan tidak akan mengusung figur yang mencla-mencle.
Selain itu, Gerindra bakal selektif. Gerindra akan melihat rekam jejak figur yang bakal diusungnya, terutama mengenai komunikasi politik dengan partai.
Meski tidak disebutkan secara gamblang, namun sinyal tegas Gerindra ini diyakini ditujukan untuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Sebab diketahui, Gerindra pernah punya hubungan yang mesra dengan RK ketika mengarungi konstelasi Pemilu.
Gerindra pernah mengusung RK pada Pilwalkot Bandung 2013 silam. Meski tidak mengusung figur itu kembali di Pilgub Jabar 2018 dan sempat menjalin komunikasi yang intens sebelum akhirnya memutuskan berlabuh ke Partai Golkar.
"Nggak harus sebut nama. Karena ada yang kita usung dari awal, tiba-tiba sampai dengan akhir, nggak ada kemajuan. Hanya soal citra saja yang diangkatnya," kata Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jabar Ihsanudin, Rabu (25/1/2023).
Singgungan Gerindra untuk RK itu sama kuat dengan ciri-ciri figur mencla-mencle yang disebutkan Ihsanudin. Dia pernah diusung Gerindra pada Pilwalkot 2013, lalu pada Pilgub 2018 kemarin, meski Gerindra tak memberikan usungan, Ihsanudin mengklaim partai koalisi yang mengusung figur itu juga kecewa dengan pilihan yang diambilnya saat ini.
Ciri-ciri ini cocok dengan figur Ridwan Kamil. Ia diketahui maju di Pilwalkot Bandung 2013 dengan dukungan dari Partai Gerindra serta PKS. Saat itu, RK berpasangan dengan almarhum Oded M Danial yang mengusung jargon Rido di Pilkada Kota Bandung.
"Kemarin di gubernur, partai koalisi yang mengusung juga sama kekecewaannya dengan Gerindra. Mereka sudah mengusung, berjuang untuk kemenangan, tapi ternyata di akhir lupa, malah bergabung dengan partai yang tidak mendukung di koalisi," ujarnya.
"Kan kita punya pengalaman itu kan. Dan ternyata itu tidak hanya dirasakan oleh Gerindra, tapi partai-partai yang pernah mendukung kandidat semacam itu. Akhirnya itu akan jadi pertimbangan semua partai ke depannya," katanya menambahkan.
Oleh karena itu, Ihsanudin memastikan Gerindra akan melihat rekam jejak figur yang akan mereka usung pada Pilgub Jabar 2024. Ihsanudin mengatakan, Gerindra tak ingin figur yang mereka calonkan hanya mementingkan citra di media sosial, sementara kinerjanya malah dipertanyakan.
"Hal-hal semacam itu kan jadi pertimbangan tuh, jangan sampai di kemudian hari kita punya kandidat yang tidak jelas partai politiknya, tapi medsosnya bagus, dan ternyata mencla-mencle. Jangan sampai begitu. Walaupun secara kemanusiaan ya menjaga silaturahim, persahabatan, tapi secara politik kan kita catat betul karakter-karakter semacam itu supaya nggak boleh ada di politisi-politisi kita," tuturnya.
Sinyal Gerindra yang sedang menyinggung RK ini pun turut dikuatkan Guru besar ilmu politik Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi. Namun, Muradi menganggap wajar jika ada figur yang diusung Gerindra, meski akhirnya tidak memilih Gerindra sebagai partai politiknya.
"Kalau saya membacanya, ini merujuk ke RK yah kalau dari pernyataan Gerindra itu. Gerindra kan sering banget mengusung figur yang bukan kader internal. Dulu RK, yang lain-lain juga seperti itu," kata Muradi.
Terlepas dari semua itu, Muradi turut memberikan kritik terhadap papol, bukan hanya Gerindra, mengenai proses proses kaderisasi internal. Sebab menurutnya, parpol setiap mengikuti kontestasi politik, kerap kekurangan kader potensial yang bisa diusung dan ujung-ujungnya malah memberikan restu kepada figur di luar partai politik tersebut.
"Karena bagi kita lihatnya nggak sesimpel yang kita bayangkan. Karena ibaratnya mengkaderkan orang itu perlu langkah yang nggak mudah. Artinya perlu upaya untuk mendorong proses politiknya, nah proses politik di Gerindra itu seperti apa," tuturnya.
"Kalau Gerindra bilang akan mengusung internal, pertanyaan menggelitik bagi saya, seberapa efektif Gerindra melakukan kaderisasi. Karena begini, kalau ada orang luar masuk partai, bukan dari kaderisasi misalnya, ada yang datang tiba-tiba terus jadi ketua," bebernya.
"Nah, proses kaderisasinya kan perlu dipertanyakan. Itu otokritiknya bagi Gerindra, supaya kelihatan pembedanya," pungkas Muradi.
(ral/orb)