Partai Gerindra menegaskan takkan mengusung figur yang mencla-mencle untuk Pilgub Jawa Barat 2024 mendatang. Lantas, siapa figur yang dimaksud oleh Gerindra?
Guru besar ilmu politik Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi mengatakan, jika melihat dari pernyataannya, Gerindra menyinggung sosok Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK). Pasalnya diketahui, Gerindra pernah mengusung RK pada Pilwalkot Bandung 2013 silam dan di waktu-waktu terakhir menjalin komunikasi secara intens sebelum akhirnya memutuskan gabung Golkar.
"Kalau saya membacanya, ini merujuk ke RK yah kalau dari pernyataan Gerindra itu. Gerindra kan sering banget mengusung figur yang bukan kader internal. Dulu RK, yang lain-lain juga seperti itu," kata Muradi saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (25/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena faktor tersebut, Muradi menganggap wajar jika ada figur yang diusung Gerindra, namun akhirnya tidak memilih Gerindra sebagai partai politiknya. Salah satunya yang terjadi pada Ridwan Kamil setelah memilih bergabung dengan Partai Golkar belum lama ini.
"Iya, otomatis. Kalau dari luar kan tidak bisa dikendalikan. Yang di dalam aja kadang-kadang lincah, apalagi dari luar. Kalau buat saya melihat dinamikanya, didorong bagaimana proses politiknya, walau mengusung di luar kader, itu bisa mencerminkan bagian dari kader internal. Kan biasanya ada orang bagus, dikaderkan dulu baru dicalonkan. Bukan dicalonkan dulu baru dikaderkan," ungkap Muradi.
Terlepas dari semua itu, Muradi memberikan kritik terhadap papol, bukan hanya Gerindra, mengenai proses proses kaderisasi internal. Sebab menurutnya, parpol setiap mengikuti kontestasi politik, kerap kekurangan kader potensial yang bisa diusung dan ujung-ujungnya malah memberikan restu kepada figur di luar partai politik tersebut.
"Karena bagi kita lihatnya enggak sesimpel yang kita bayangkan. Karena ibaratnya mengkaderkan orang itu perlu langkah yang nggak mudah. Artinya perlu upaya untuk mendorong proses politiknya, nah proses politik di Gerindra itu seperti apa," tuturnya.
"Kalau Gerindra bilang akan mengusung internal, pertanyaan menggelitik bagi saya, seberapa efektif Gerindra melakukan kaderisasi. Karena begini, kalau ada orang luar masuk partai bukan dari kaderisasi misalnya, ada yang datang tiba-tiba terus jadi ketua. Nah, proses kaderisasinya kan perlu dipertanyakan. Itu otokritiknya bagi gerindra, supaya kelihatan pembedanya," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Partai Gerindra masih menggodok nama yang akan diusung di Pilgub Jawa Barat 2024 mendatang. Partai penguasa parlemen Jabar dengan jumlah 25 kursi itu masih belum memikirkan siapa kandidat yang bakal mereka usung dari kalangan internal.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jabar Ihsanudin menegaskan partainya tidak akan mengusung figur yang mencla-mencle di pilgub nanti. Gerindra bakal selektif dengan melihat rekam jejak figur tersebut, termasuk soal keseriusannya dalam menjalin komunikasi politik dengan Gerindra.
"Belum, sejauh ini masih mewacanakan, diusahakan kader-kader terbaik yang bisa diusung. Karena kan ada calon yang popularitasnya bagus, tetapi dia di lapangan nggak istiqomah, mencla-mencle, itu rekam jejaknya kita lihat dulu lah. Tapi intinya, sekarang masih diwacanakan dari internal," kata Ihsanudin kepada detikJabar via sambungan telepon, Rabu (25/1/2023).
Lantas, siapa figur yang disinggung tersebut? Ihsanudin pun enggan menyebutkan nama dari karakteristik yang ia sebut sebagai figur mencla-mencle tersebut. Ihsanudin hanya mengatakan figur seperti itu hanya mementingkan citra dibanding mengedepankan hasil kerjanya.
"Enggak harus sebut nama. Karena ada yang kita usung dari awal, tiba-tiba sampai dengan akhir, enggak ada kemajuan. Hanya soal citra saja yang diangkatnya," ucap Ihsanudin.
Meski tidak menyebutkan nama, Ihsanudin secara gamblang menyebutkan ciri-ciri figur mencla-mencle tersebut yang pernah Gerindra usung pada Pilwalkot Bandung 2013 silam. Meski tidak mengusung figur itu kembali di Pilgub Jabar 2018, namun Ihsanudin mengklaim, partai koalisi yang mengusung figur tersebut juga kecewa dengan pilihan yang diambilnya saat ini.
"Kemarin di gubernur, partai koalisi yang mengusung juga sama kekecewaannya dengan Gerindra. Mereka sudah mengusung, berjuang untuk kemenangan, tapi ternyata di akhir lupa, malah bergabung dengan partai yang tidak mendukung di koalisi," ujarnya.
"Kan kita punya pengalaman itu kan. Dan ternyata itu tidak hanya dirasakan oleh Gerindra, tapi partai-partai yang pernah mendukung kandidat semacam itu. Akhirnya itu akan jadi pertimbangan semua partai ke depannya," katanya menambahkan.
Oleh karena itu, Ihsanudin memastikan Gerindra akan melihat rekam jejak figur yang akan mereka usung untuk Pilgub Jabar 2024 mendatang. Ihsanudin mengatakan, Gerindra tak ingin figur yang mereka calonkan hanya mementingkan citra di media sosial, sementara kinerjanya malah dipertanyakan.
"Hal-hal semacam itu kan jadi pertimbangan tuh, jangan sampai di kemudian hari kita punya kandidat yang tidak jelas partai politiknya, tapi medsosnya bagus, dan ternyata mencla-mencle. Jangan sampai begitu. Walaupun secara kemanusiaan ya menjaga silaturahim, persahabatan, tapi secara politik kan kita catat betul karakter-karakter semacam itu supaya enggak boleh ada di politisi-politisi kita," pungkasnya.
(ral/mso)