Suara musik menghentak keras dari salah satu sudut kafe. Ketika itu malam belum terlalu larut. Masih menuju lintas waktu pergantian hari. Di lokasi ini menyimpan cerita kelam bagi warga Katapang Condong, Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Namanya Pasar Monyet.
Menurut penuturan warga, sebelum berpindah ke Katapang, Pasar Monyet berada di kawasan Karang Naya dan masuk di wilayah Kecamatan Cikakak. Dulunya Pasar Monyet merupakan warung remang-remang yang cukup terkenal.
"Lokasi sebenarnya di Karang Naya, nama Pasar Monyet itu sudah ada sejak sekitar tahun 80 an. Tempat wisata sebelum (menyebut nama salah satu hotel) itu namanya Karang Naya pasar monyet. Itu tempat warung remang remang, banyak perempuannya dari mana-mana," kata perempuan yang akrab disapa Mamah (52) kepada detikJabar, belum lama ini
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mamah mengatakan perempuan malam yang berada di kawasan Pasar Monyet bukan asli warga setempat. Kebanyakan dari mereka adalah pendatang. "Dulu itu, perempuan yang di sana itu bukan asli dari Palabuhanratu, mereka melayani pengunjung di situ banyaknya. Mereka kan jadi pelayan, melayani minum ya di situ kan banyak warung remang-remang dulunya," kenang Mamah, ia mengaku tidak terlibat langsung dengan dunia malam di kawasan itu. Kala itu ia hanya penjual nasi goreng di pinggir jalan tidak jauh dari Pasar Monyet.
Mamah secara gamblang menyebut kawasan Pasar Monyet dulu dikenal dengan lokasi prostitusi. Namun, sekitar tahun 1997 terjadi pembakaran kawasan itu oleh sekelompok massa. "Itu memang dikenal sebagai kawasan prostitusi dulu, tempat esek-esek. Namun sekitar tahun 1997 ada pembakaran oleh sekelompok orang, mereka beranggapan aktivitas prostitusi mengotori wilayah. Sampai kemudian pemerintah turun tangan dan membangun warung wisata di kawasan Pasar Monyet Karang Naya," tutur Mamah.
Setelah kejadian itu istilah Pasar Monyet bergeser hingga ke area Katapang Condong, diketahui antara Karang Naya dan Katapang Condong tidak terlalu berjauhan, hanya sejauh beberapa ratus meter. "Pindah lah ke Katapang Condong arah Citepus, nah di situ tempat dibikin kafe-kafe, pindah sampai sekarang di Katapang Condong. Jadi Pasar Monyet (Karang Naya) sudah tidak boleh ditempati lagi oleh perempuan-perempuan malam," ungkapnya.
Senada dengan Mamah, Hendri salah seorang warga Cikakak membenarkan kawasan Pasar Monyet dahulu memang dikenal dengan kawasan prostitusi. "Mereka pendatang, bukan warga sini," kata pria yang akrab disapa Boeng itu.
Saat ditanya soal kisah pembakaran Pasar Monyet Karang Naya itu, Boeng menceritakan peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1997. Ia menyebut pembakaran kawasan itu sebagai bentuk pengusiran oleh massa terhadap penghuni di kawasan itu. "Sejak kejadian itu semua (perempuan) pada pulang ke kampungnya karena kan orang pendatang jadi yang sengaja di bakar itu orang pendatang sehingga pada pulang. Secara tidak langsung mereka di usir," ucapnya.
"Banyak, ada hampir 90 warung (yang di bakar). Tidak ada korban, cuma barang-barang sembako barang perabotan cuma itu juga di ganti sih sama (pihak) kecamatan," tambahnya menyebut jumlah warung yang di bakar.
Seiring berjalannya waktu, warung-warung prostitusi itu pun hilang. Sejumlah pohon khas pesisir berusia puluhan tahun menjadi saksi bisu peristiwa tersebut. Sebuah masjid kini berdiri di lokasi itu, tidak ada lagi warung-warung menjajakan prostitusi.
"Selepas itu, lokasi ini aman yang ramainya sekarang adalah yang lima waktunya (Salat)," ujar Boeng menutup perbincangan dengan detikJabar.