Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini. Dari mulai Kejati Jabar bentuk satgas pendampingan korban Herry Wirawan hingga siswa di Sukabumi belajar di gubuk bambu.
Berikut rangkuman beritanya di Jabar Hari Ini:
Kejati Jabar Bentuk Satgas Pendampingan Korban Herry Wirawan
Mahkamah Agung (MA) tolak kasasi Herry Wirawan terdakwa pemerkosaan 13 santriwati. Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Kejati Jabar) membentuk satuan tugas (satgas) untuk penanganan korban dan anak korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satgas tersebut dibentuk usai melakukan Rapat Koordinasi bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Bintang Puspayoga bersama instansi terkait di Kantor Kejati Jabar hari ini.
"Komitmen kami sejak awal tidak hanya fokus kepada pelaku atau terdakwa tapi memikirkan keberlanjutan korban maupun anak korban," kata Kepala Kejati Jabar Asep N Mulyana.
Tugas satgas ini memantau keberlangsungan hidup korban, anak korban hingga anak terdakwa Herry Wirawan.
"Akan mengupdate terus anak yang sudah sekolah ada kendala atau tidak, anak yang belum bekerja anak misal jadi ART (asisten rumah tangga) kita pantau apakah cukup apakah perlu gak ditingkatkan pendidikan ke jenjang pendidikan, itu fungsi satgas. Akan menjadi kelompok yang menutupi menyempurnakan dalam proses peradilan maupun luar pengadilan," ungkapnya.
Asep Pastikan, jika korban tidak akan menanggung beban akibat perbuatan yang sudah dilakukan Herry Wirawan. Dalam rapat itu juga hadir stakeholder di lingkungan Pemprov Jabar, salah satunya Bunda PAUD Jawa Barat Atalia Praratya Kamil atau karib disapa Bunda Cinta.
"Pendidikan dari 13 anak korban sudah diakomodir arahan Bunda Cinta bagaimana mereka tetap sekolah dan mengupayakan terus melanjutkan pendidikan," ujarnya.
Senada, Menteri PPA Bintang Puspayoga meminta semua pihak mengawal kasus ini.
"Mudah-mudahan kasus HW bisa menjadi praktik baik penanganan kolaborasi yang luar biasa dari proses penyelidikan, penyidikan, pendampingan, penahanan sampai dengan keputusan pengadilan sudah memberikan titik terang yang kita harapkan menjadi praktik baik dan dalam penanganan kasus lainnya," ujarnya.
Satgas pun, sambung Bintang, dibentuk untuk mengawal kasus ini. Ia berharap satgas terus melakukan evaluasi, monitoring dan mewujudkan satgas sebaik-baiknya.
Kisah Korban Penyerangan Brutal Geng Motor di Cimahi
Gerombolan jalanan buat resah warga Kota Cimahi. Terbaru, terjadi aksi blokade dan penyerangan kepada warga pada Sabtu (7/1) dini hari.
Dari cerita korban berinisial AR (16) yang masih duduk di bangku SMA mengisahkan, mereka memblokade Jalan Warung Contong-Jalan Lapang Tembak sambil mengacungkan senjata tajam seperti golok hingga samurai.
Aksi mereka berlanjut di Jalan Mahar Martanegara dan di sana mereka menyerang pemotor yang sedang melintas. Pada waktu kejadian korban sedang dalam perjalanan pulang dari Bandung bersama seorang temannya.
"Malam itu saya pulang dari Bandung. Mau ke rumah lewat Jalan Mahar Martanegara. Dari jauh memang sudah kelihatan ramai-ramai, saya kira kan cuma warga biasa saja," ujar AR saat ditemui di kediamannya hari ini.
Berandalan motor itu memakan sebelah badan jalan dari arah Leuwigajah menuju Cimindi-Kota Bandung. Saat ia dan temannya makin mendekat, barulah gerombolan itu menutup lajur jalan sebelahnya lagi.
"Pas mendekat baru dihabiskan jalan itu. Jadi sudah menodongkan senjata ke arah saya sama teman. Posisinya saya dibonceng teman," ujar AR.
Saat semakin dekat, tiba-tiba motor yang ditumpanginya ditendang pelaku. AR tersungkur jatuh ke parit. Tak lama berselang, ia diserang para pelaku yang memegang senjata tajam.
"Posisi saya tertelungkup, nah langsung ditusuk. Kalau ditusuknya pakai apa saya juga kurang tahu, soalnya kan kepala ke bawah hadapnya. Cuma yang pasti (pelaku) banyakan," kata AR.
Pun dengan temannya yang bernasib sama. Ia berusaha menyelamatkan diri dengan berlari ke pos satpam pabrik yang ada di dekat lokasi kejadian. Beruntung para pelaku tidak mengejarnya.
"Untung bisa lari, padahal saya sudah ngerasa pusing terus linglung juga. Sama satpam dibawa ke RS Kasih Bunda," ucap AR.
Akibat penyerangan itu, ia mengalami luka di sekujur tubuhnya. Seperti di punggung sebanyak lima luka tusuk, kemudian luka sobek di pergelangan tangan kanan karena berusaha menahan samurai yang diayunkan pelaku.
"Kalau saya di tangan dua sama di punggung lima tusukan. Dijahit semua sampai 29 jahitan. Terus teman juga lukanya di punggung. Masih sakit sampai sekarang, apalagi kalau tidur," tutur AR.
Ia berharap pelaku penyerangan tersebut segera diamankan karena sudah sangat meresahkan dan jangan sampai ada korban lainnya.
"Ya harapannya segera ditangkap, biar tidak meresahkan lagi. Kalau pelaku itu sekitar 40 orang, yang jadi korbannya dua, saya sama teman," ucap AR.
Berandalan Bawa Sajam Teror Warga Garut
Warga Garut diresahkan dengan aksi teror berandalan bermotor. Mereka ugal-ugalan di jalan raya, sembari membawa senjata tajam dan botol minuman keras. Aksi berandalan bermotor tersebut terekam dalam sebuah video yang saat ini tersebar dan ramai menjadi perbincangan di kalangan warga Garut.
Video berdurasi 35 detik tersebut menampilkan aksi sembrono yang dilakukan sekelompok pengendara sepeda motor.
Mereka ugal-ugalan dan membahayakan pengendara lainnya. Kelompok berandalan bermotor tersebut terlihat didominasi pemuda. Beberapa di antaranya membawa barang yang membahayakan.
Yang terlihat, ada seorang pemuda yang membawa benda berbentuk panjang, menyerupai senjata tajam berjenis samurai. Seorang pemuda lainnya tampak menggenggam botol minuman keras.
Belakangan diketahui, kejadian tersebut berlangsung di kawasan Bundaran Suci, Kecamatan Karangpawitan. Menurut Kapolsek Karangpawitan Kompol Saifuddin Hamzah mengatakan, kejadiannya terjadi pada Sabtu (3/1) malam.
"Kejadiannya pas malam Minggu. Kami mendapatkan informasi dari masyarakat terkait adanya kendaraan R2 di Bundaran Suci," ucap Saifuddin kepada detikJabar.
Saifuddin mengaku, usai menerima informasi tersebut, pihaknya langsung menuju lokasi. Tapi, para berandalan bermotor tersebut sudah menghilang ke arah Wanaraja.
"Menurut informasi dari masyarakat, mereka datang dari arah kota menujuWanaraja," ungkapSaifuddin.
Pelajar Cianjur Belajar di Tenda
Siswa di Kabupaten Cianjur mulai kembali belajar efektif usai libur sekolah. Namun siswa di ratusan sekolah terpaksa belajar di tenda usai ruang kelasnya rusak terdampak gempa bumi.
Salah satunya di SDN Penggerak Citamiang, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet. Ratusan siswa ini belajar di tujuh tenda di halaman sekolah. Meskipun dari luar gedung sekolah tampak masih berdiri, namun di bagian dalamnya, bagian atap jebol dan tembok mengalami retak usai diguncang gempa berkekuatan 5,6 magnitudo.
Pihak sekolah pun terpaksa menggelar kegiatan belajar di tenda yang disiapkan Kemensos dan PMI untuk kegiatan belajar mengajar.
"Kita menggunakan tenda untuk belajar, karena kalau dipaksakan belajar di kelas terlalu berisiko," ujar Kepala SDN Penggerak Citamiang Mulyanah Sri Mulyati hari ini.
Tampak para siswa sudah bersiap dan berkumpul di sekitaran sekolah sejak pukul 06.30 WIB. Namun kegiatan belajar baru bisa dilaksanakan pada pukul 07.30 WIB, sebab para guru harus menyiapkan terpal sebagai alas belajar.
Kegiatan belajar diawali dengan pemeriksaan kebersihan tangan, dilanjutkan siswa membawa meja belajar kecil untuk sarana menulis.
Usai masuk tenda, siswa tak langsung diberi materi pembelajaran melainkan diajak menyanyikan lagu dengan lirik yang berisikan cara-cara menyelamatkan diri ketika terjadi gempa.
"Hari ini belajar mulai efektif, tapi tidak langsung belajar formal. Kita utamakan tanya pengalaman mereka selama libur, kemudian diajak bernyanyi agar siswa lebih ceria, baru masuk ke materi pembelajaran," kata dia.
Menurut dia, sekitar 200 siswa di SDN Citamiang sudah bisa menggelar pembelajaran secara penuh dari Senin hingga Sabtu. Sebab pihaknya mendapatkan tujuh tenda darurat yang bisa digunakan siswa dari kelas 1 sampai 6.
"Kalau kemarin kita baru punya satu tenda komunal dari Kemensos. Jadinya belajar itu dibagi, efektifnya siswa hanya belajar dua kali dalam sepekan. Kalau sekarang sudah bisa setiap hari, karena tendanya sudah cukup untuk semua kelas. Tapi untuk jam belajar tidak sampai jam 12.30 WIB, namun dari pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur Akib Ibrahim, mengatakan ada sekitar 304 sekolah di Cianjur yang terdampak gempa sehingga harus menggelar pembelajaran di dalam tenda.
Namun dia berharap dengan segala keterbatasan tersebut siswa bisa belajar dengan efektif dan tetap mengenyam pendidikan secara maksimal.
"Semua sekolah yang terdampak sudah diberi bantuan tenda untuk belajar. Meski dengan keterbatasan, diharapkan semua siswa bisa belajar dengan maksimal. Diharapkan mereka menjadi generasi terbaik di masa depan," pungkasnya.
Gubuk Bambu Jadi Tempat Belajar Siswa di Sukabumi
Sebanyak 49 siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Suradita, Kabupaten Sukabumi, terpaksa belajar di kelas berbilik bambu. Kondisi itu terjadi karena bangunan sekolah mereka terdampak pergerakan tanah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa pergerakan tanah itu terjadi di Kampung Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi sejak akhir tahun 2020. Kondisinya semakin parah hingga mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar.
Kepala Sekolah SDN Suradita Edi Junaedi mengatakan, meski bangunan sekolah kian memprihatinkan, kegiatan pembelajaran siswa tetap dilaksanakan. Apabila cuaca ekstrem atau hujan turun, para siswa akan dirumahkan dan diberikan tugas oleh guru-guru.
"Kalau ada cuaca buruk itu sekolah diliburkan (dirumahkan). Belajarnya di rumah, dikasih tugas, didaringkan. Pergerakan tanah mulai akhir tahun 2020 sekitar bulan Desember," kata Edi saat dikonfirmasi detikJabar hari ini.
Menyikapi kondisi itu, masyarakat dan PGRI bekerja sama membangun sekolah darurat di atas tanah milik Perhutani. Akhirnya, mereka terpaksa mengadakan pembelajaran dengan kondisi seadanya.
"Hari ini KBM sekolah darurat. Alhamdulillah sudah selesai dibangun. Kalau sekarang alhamdulillah agak aman tanahnya di bilik (sekolah) darurat," ujarnya.
Pihaknya berencana akan melakukan pertemuan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi untuk tindak lanjut mengatasi permasalahan tersebut.
"Insya Allah kami akan bertemu dengan pihak dinas, selanjutnya bagaimana untuk SD Suradita. Relokasi baru sementara (di sekolah darurat) kelanjutan masalah tanah mandiri atau merger belum sampai ke sana, sekarang mengamankan untuk belajar saja," jelasnya.
Edi berharap, para peserta didik di sekolahnya dapat belajar dengan rasa aman dan nyaman. Kemudian mendapatkan fasilitas yang layak untuk melanjutkan kegiatan menimba ilmunya.
"Tidak ada keluhan (siswa) karena dengan situasi sekarang lebih aman. Inginnya layak seperti biasa cuma untuk sementara mungkin dengan waktu yang ada seperti ini dulu," tutupnya.