Ketiganya berbincang sembari melepas tawa dan menikmati secangkir kopi. Mereka bukan pengangguran, melainkan orang yang menawarkan jasa antar alias tukang ojek. Berbagai topik santai dibahas sembari menanti pelanggan yang meminta untuk diantar. Tanpa canggung, mereka sangat akrab satu sama lain meski bukan saudara sedarah.
Menariknya, ketiga orang ini berasal dari latar belakang berbeda. Meski sama-sama tukang ojek, mereka ada yang menjalani sebagai driver ojek online (ojol) dan ojek pangkalan (opang). Meski beda cara tak ada saling membedakan bahkan iri.
Ojol dan opang memang sama-sama tukang ojek. Keduanya punya perbedaan dalam proses kerja hingga tarif. Hal itulah yang membuat ojol dan opang sering terlibat gesekan di beberapa tempat. Namun gesekan itu tidak berlaku di Pangkalan Ojek Bekamin. Ojol dan opang di sana sama-sama berbagi rezeki dan saling membantu satu sama lain. Tentunya hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Ada cerita di balik itu yang membuat ojol dan opang 'akur'.
Samsudin (44) salah seorang pengemudi ojek pangkalan mengungkapkan, sudah sejak 2015 hubungan tukang ojek harmonis di Pangkalan Ojek Bekamin. Saat itu mayoritas tukang ojek di sana adalah ojek konvensional dan menerima kehadiran ojek online.
"Awal mula di sini kan basic-nya ojek pangkalan, ketika ada online kita welcome dan nggak menutup diri. Jadi silahkan masuk sampai dikasih fasilitas di sini sama (ojek) online," kata Samsudin saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (4/1/2023).
Samsudin pun mengungkapkan, para tukang ojek di Pangkalan Ojek Bekamin bisa menerima kehadiran ojek online karena mereka sadar perlunya mengikuti perkembangan zaman. Sebab dengan kehadiran aplikasi ojek online, lebih memudahkan ia dan rekan seprofesinya untuk mencari penumpang. Samsudin kini juga ikut beralih ke ojek online meski dirinya juga masih menerima pesanan secara offline.
"Kita ikutin zaman juga kan karena kalau nongkrong disini aja nunggu penumpang kapan dapatnya kan, makanya kita ikut online juga," ujarnya.
Prioritaskan Opang
Di Pangkalan Ojek Bekamin, sekitar 35 tukang ojek berkumpul tiap harinya. Mereka bergantian menerima orderan baik secara online maupun offline. Dari jumlah itu, tidak semua tukang ojek punya aplikasi online. Menurut Samsudin, masih ada rekannya yang tidak memiliki aplikasi dan hanya mengandalkan orderan secara offline. Mereka yang tidak ikut sebagai ojek online mayoritas terkendala masalah teknis pendaftaran. "Paling yang terbentur usia, kan online dibatasi usia makanya masih ada yang offline," katanya.
Karena hal itulah, Pangkalan Ojek Bekamin punya aturan khusus yakni memprioritaskan kepada tukang ojek yang tidak memiliki aplikasi saat ada penumpang datang. "Makanya di sini didahulukan dulu, kalau ada penumpang didahulukan yang nggak punya aplikasi. Prioritas yang offline kita menghargai yang nggak punya aplikasi jadi saling menghargai intinya," jelas Samsudin.
Alasan Banyak yang Tak Gabung Ojek Online
Samsudin juga mengungkapkan alasan masih banyak ojek pangkalan yang enggan ikut menjadi ojek online. Alasan mendasar adalah karena perbedaan tarif yang kata dia bisa mencapai 50 %. "Sebenarnya kalau dari harga bagus offline makanya banyak yang nggak mau masuk online karena lebih murah. Bedanya 50 persen. Kalau ke stasiun offline bisa Rp 50 ribu, kalau online Rp 15 ribu paling," ungkap Samsudin.
Meski begitu, Samsudin menuturkan jika tarif ojek online kini juga mulai menyesuaikan dengan situasi, khususnya soal kenaikan tarif BBM. "Tarif lebih murah iya, tapi masih ngikutin ada kenaikan tarif kalau kenaikan BBM," ujarnya.
Selain itu, faktor pendidikan dan wawasan juga mempengaruhi gesekan yang terjadi antara ojol dan opang. "Gaptek, menutup diri, nggak mau menerima perubahan zaman, ya jadi ribut," jelasnya.
Saling Berbagi
Hal yang perlu dicontoh dari Pangkalan Ojek Bekamin adalah para tukang ojek di sana saling berbagi satu sama lain. Meski bukan ojek yang sering mangkal, namun mereka tetap menerima kehadiran tukang ojek lainnya yang mampir untuk sekedar beristirahat.
"Bahkan pada senang ke sini, pada ikut ngecas (HP), ikut tidur disini saking welcome-nya kita. Nggak semua pangkalan seperti ini," ucap Ujang Koswara (44) tukang ojek lainnya.
Ujang yang juga dituakan di Pangkalan Ojek Bekamin menuturkan, tidak ada yang dibedakan meski tukang ojek disini berasal dari online maupun pangkalan. Yang terpenting kata dia, semua yang ada harus bisa saling menghargai satu sama lain.
"Satu profesi kita nggak liat apapun aplikasinya, ada atau enggak yang penting satu profesi. Kita beres mangkal jam 9-10 (malam), tengah malamnya yang mangkal dari luar ya nggak masalah, karena kita welcome asal mereka sopan," singkat Ujang. (bba/iqk)