Musim hujan dimanfaatkan petani untuk mengolah ladangnya. Salah satunya melakukan tandur atau proses menanam padi, seperti yang dilakukan para petani di Kabupaten Indramayu.
Rami (70), warga Desa Srengseng, Kecamatan Krangkeng, Indramayu juga tidak mau melewatkan momen tersebut. Sejak pagi, dia bersama 'pasukan tandur' lainnya antusias menuju persawahan yang hendak ditanami bibit padi (winih).
Terlihat di persawahan Desa Lombang, Juntinyuat, Rami yang ada dalam barisan pasukan tandur itu tampak menancapkan satu persatu bibit padi (winih). Meski sudah berusia senja, namun Rami selalu berusaha mengikuti semangat pasukan tandur lainnya yang masih muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nafas terengah-engah tampak dirasakan Rami ketika berdiri dan jongkok melakukan tandur. Bahkan, sesekali Rami pun memegang pinggangnya ketika lelah.
Aktivitas tandur ini menjadi satu hal yang biasa dilakukan Rami sejak masih muda. Sebab, sebagai petani, tandur sangat dibutuhkan dalam proses mengelola padi.
"Ya dari kecil sudah bisa tandur. Soalnya kan wong tani (petani)," kata Rami, Selasa (03/01/2023).
Berpangku tangan tidak bisa jadi pilihan nya. Meski tak lagi muda, namun Rami terpaksa ikut dalam barisan pasukan tandur. Sebab, sejak lama Rami hidup menjanda dan tidak memiliki anak.
Tandur pun jadi satu andalan Rami untuk bertahan hidup. Upah dari hasil kerjanya yang tidak terlalu besar harus dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang hanya seorang diri.
"Ya gimana lagi, suami nggak ada, anak pun tak punya. Lumayan sehari bisa dapat seket (Rp 50 ribu) sampai sewidak (Rp 60 ribu)," kata Rami di sela aktivitasnya.
Jelajah Pasukan Tandur ke Berbagai Daerah
Pasukan tandur asal Desa Srengseng ini sudah eksis sejak 5 tahun lalu. Beranggotakan 20 sampai 30 orang petani terjun dalam menjadi buruh tandur di setiap musim tanam padi.
Mereka terbentuk dari berbagai golongan usia dari 30 tahun hingga usia 70 tahun. Dengan memakai kenca atau alat ukur jarak antar bibit padi, mereka membagi tugas di setiap aktivitasnya.
Jasa sewa pasukan tandur bervariasi di setiap wilayahnya. Pemilik lahan harus menyewa sekitar 900 ribu per-bahu sampai 1,5 juta per-bahu atau sekitar 2,3 juta rupiah untuk setiap hektare lahan garapan.
"Iya bersih segitu bayarannya, tapi kadang ada pemilik lahan yang ngasih rokok atau cemilan," kata Sopir Armada Pasukan Tandur, Amsori (46).
Jagonya ketua pasukan dalam berkomunikasi membuat pasukan tandur asal Desa Srengseng ini kebanjiran order setiap musim tanam padi. Bahkan, beberapa diantaranya sudah berlangganan sehingga bisa memesan lewat sambungan telepon.
Baca juga: Masalah di Balik Kemegahan Masjid Al Jabbar |
Tak hanya fokus di lahan persawahan wilayah Kabupaten Indramayu. Pasukan tandur ini pun sering melakukan tandur di berbagai daerah lainnya. Mulai dari Majalengka, Cirebon, hingga Losari Jawa Tengah.
"Setiap harinya bisa tandur di lahan seluas 2 hektare, dari pagi sampai sore. Kadang juga ke Majalengka sampai Losari," kata Amsori sebelum mengantarkan pasukan tandur pulang.
Selain proses tanam padi menjadi lebih cepat. Pasukan tandur yang marak di Kabupaten Indramayu pun salah satunya lantaran jumlah petani yang mulai berkurang.
(mso/mso)