Sebuah laporan menyebut jika kantor Twitter semakin kotor dan jorok usai dibeli Elon Musk. Hal tersebut lantaran Musk memecat banyak petugas kebersihan di kantornya.
Dilansir detikInet, situasi ini banyak dikeluhkan karyawan Twitter. Bahkan banyak orang yang terpaksa membawa tisu toilet sendiri dari rumah.
Musk belum lama ini memecat cleaning service yang bekerja di kantor pusat Twitter di San Francisco, Amerika Serikat sebagai langkah penghematan besar-besaran. Pemecatan ini dilakukan setelah para tenaga kebersihan mogok kerja untuk menuntut gaji yang lebih baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, absennya tenaga kebersihan di kantor Twitter langsung membuat situasi jadi tidak kondusif. Kepada The New York Times, karyawan Twitter mengatakan kantor mereka kini diwarnai bau tidak sedap dari sisa makanan dan bau badan.
Kamar mandi dan toilet pun jadi kotor karena tidak ada yang membersihkan. Bahkan beberapa karyawan terpaksa membawa tisu toilet sendiri dari rumah karena tidak ada tenaga kebersihan yang mengganti pasokan tisu.
Twitter sendiri belum membayar sewa untuk kantor pusatnya di San Francisco. Musk kemudian memindahkan semua karyawan ke dua lantai dan menutup empat lantai lainnya.
Perusahaan media sosial ini juga berhenti membayar sewa untuk kantornya di Seattle dan terancam diusir. Mereka juga memecat tenaga bersih-bersih dan petugas keamanan di salah satu kantornya di New York.
Upaya penghematan lainnya yang dilakukan Musk adalah dengan mematikan salah satu pusat data Twitter di Sacramento, California. Padahal karyawan Twitter sudah memperingatkan langkah ini akan membuat layanan tidak optimal, seperti dikutip dari The New York Times, Minggu (1/1/2023).
Pada malam Natal, Musk mengatakan Twitter masih berfungsi secara normal bahkan setelah ia memutuskan salah satu rak server yang sensitif. Namun pada Kamis kemarin Twitter sempat tumbang selama beberapa jam, tapi penyebabnya belum diketahui.
Sejauh ini Musk dilaporkan ingin memangkas pengeluaran non-tenaga kerja hingga USD 500 juta dari anggaran Twitter. Kebijakan itu diambil setelah melihat kondisi keuangan Twitter yang kurang baik.
Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.