Amukan Cikapundung Lumpuhkan Bandung

Lorong Waktu

Amukan Cikapundung Lumpuhkan Bandung

Sudirman Wamad - detikJabar
Minggu, 01 Jan 2023 10:00 WIB
Potret Sungai Cikapundung dari udara
Potret Sungai Cikapundung dari udara (Foto: Tropenmuseum)
Bandung -

Sungai Cikapundung telah berganti rupa. Dulu, sungai ini menjadi sumber kehidupan. Menjadi saksi kisah cinta tokoh tersohor di Bandung hingga menjadi sumber penghasilan warga sekitar pinggiran sungai.

Kini, Sungai Cikapundung tak lagi sama. Kejernihan airnya memudar. Kisah romantis dan hubungan harmonis antara manusia dan sungai seakan sirna. Sungai Cikapundung tak lagi sama.

Sungai Cikapundung tak hanya mengisahkan kisah manis. Sungai yang membelah Bandung ini rupanya pernah membuat Bandung mencekam. Air sungai meluap membanjiri pemukiman di Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Potongan koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-IndiëPotongan koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië Foto: delpher.nl

Laporan soal banjir Sungai Cikapundung ini pernah diterbitkan dalam koran lama bernama Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië yang terbit pada 2 Februari 1928 menyebutkan, arus Sungai Cikapundung kala itu sangat besar dan membawa sejumlah barang perabotan rumah. Hujan deras yang terus menerus menjadi penyebabnya.

"Bandung saat ini mengalami banjir dengan besaran dan ketinggian yang tidak diketahui sejak lama. Untuk mengilustrasikan besarnya arus, biarkan yang berikut ini. Di jurang antara Villapark dan Lembangweg ada di seberang sungai jembatan gantung dari bambu, jembatan yang kokoh, banyak dipakai dan tahan banyak dorongan. Ini sekarang telah benar-benar musnah," tulis Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, seperti dikutip detikJabar, Kamis (29/12/2022).

ADVERTISEMENT

Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië melaporkan sawah-sawah terendam banjir. Rumah di pemukiman diterjang arus, bahkan beberapa di antaranya dilaporkan rusak dan roboh. Koran ini melaporkan masyarakat Bandung kala itu banyak yang berusaha menyelamatkan diri.

"Penduduk melarikan diri ketakutan ke daerah yang lebih tinggi. Orang-orang melarikan diri dari semua rumah kampung, di sepanjang Engelbert van Bevervoordeweg (sekarang jadi Jalan Wastukecana), Merdika Lio (Tamansari), Bragaweg (Jalan Braga), menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan," tulis Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië .

Potongan koran Bataviaasch nieuwsbladPotongan koran Bataviaasch nieuwsblad Foto: delpher.nl

Koran lama ini menjelaskan kondisi air yang menerjang pemukiman penduduk itu berwarna coklat dan kotor. Ketinggian mencapai lutut. Para pengusaha percetakan berusaha melindungi mesin-mesinnya agar tak rusak diterjang air. Tak sedikit rumah yang rusak.

"Seberapa besar kerusakan karena banjir belum dapat ditentukan. Kehancuran pertama akan terlihat jelas di siang hari. Sekali lagi banjir besar pertama dari Tjikapoendoeng sejak delapan tahun," tulis koran lama itu dalam paragraf terakhirnya.

Kutipan terakhir tersebut menandakan bahwa Sungai Cikapundung pernah banjir pada delapan tahun lalu, atau pada 1920.

Tak hanya Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, koran lainnya juga menuliskan laporan serupa. Salah satunya Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië. Bahkan, koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië melpaorkan adanya korban.

"Seorang warga asli berusia 25 tahun hilang di desa Tjidotong, yang menurut saksi mata hanyut terbawa arus deras. Jenazahnya baru ditemukan tadi pagi (setelah banjir) di dekat desa Tjidurian, sekitar 3 km dari Tjidjotong. Kerugian material belum bisa dinilai," tulis koran tersebut.

Kemudian, 12 tahun setelah kejadian banjir 1928, sejumlah koran lama di Bandung juga menuliskan laporan banjir karena Sungai Cikapundung meluap. Bataviaasch nieuwsblad terbitan 19 Maret 2940 melaporkan, hujan deras mengakibatkan Sungai Cikapundung meluap. Air naik ke permukaan hingga lima meter dari batas normal. Banjir ini dilaporkan lebih para dibandingkan sebelumnya.

"Banyak kampung di sepanjang tepiannya tergenang air. Warga harus mengarungi air setinggi dada. Meski beberapa rumah roboh dan banyak perabotan hancur, tidak ada kecelakaan diri. Level Tjikapoendung (cikapundung) belum pernah setinggi ini sejak dahulu kala," tulis Bataviaasch nieuwsblad.

Sementara itu, sehari setelah Bataviaasch nieuwsblad, Arnhemsche courant menerbitkan laporan yang sama. Koran ini melaporkan bahwa ketinggian air Sungai Cikapundung terus naik setiap jamnya, bahkan dilaporkan naik satu meter setiap jam.

Sebelumnya, pegiat Komunitas Aleut Bandung Ariyono Wahyu Didjajadi mengatakan Sungai Cikapundung menjadi sumber kehidupan masyarakat Bandung. Airnya masih jernih.Tak sedikit warga yang berenang, memanfaatkan sungai untuk MCK, hingga berbisnis laundry atau penatu.

Pria yang akrab disapa Kang Alex itu juga menerangkan perlahan kualitas air sungai terus menurun. Namun, pada 1980-an, masih ada masyarakat yang berenang.
"Sampai 1980-an masih dimanfaatkan warga untuk berenang, beberapa teman saya dulunya berenang juga. Ya walaupun kualitas airnya menurun, jadi harus bersih-bersih lagi setelah berenang," kata Alex saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (29/12/2022).

Kampung Penatu di Bandung

Alex juga bercerita tentang warga Kota bandung yang memanfaatkan air Sungai Cikapundung untuk laundry. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Kampung Pangumbahan. Kampung ini dulunya berada di sekitar Babakan Ciamis. Namun, jejaknya kini telah hilang. Alex mengatakan cerita Kampung Pangumbahan itu menjadi bukti kebermanfaatan Sungai Cikapundung di masa lalu.

"kata Haryoto Kunto, di situ ada banyak dobby, dobby itu tempat laundry atau penatu. Laundry ini juga ada di beberapa sungai lain, seperti Cidurian. Sekarang jejak Kampung Pangumbahan ini sudah tidak ketahuan," ucap Alex.

Mengutip dari situs resmi Citarum Harum, Sungai Cikapundung merupakan sub-DAS dari DAS Citarum seluas sekitar 434,43 km persegi, meliputi Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Bukit Tunggul atau umumnya dari kawasan Lembang atau Bandung Utara.

Sungai Cikapundung BandungSungai Cikapundung Bandung Foto: Sudirman Wamad

Situs Citarum Harum juga menyebut pemanfaatan sungai ini utamanya sebagai drainase di Kota Bandung dan objek wisata. Terdapat sejumlah objek wisata di sepanjang aliran sungai ini seperti air terjun Curug Omas, Curug Dago, Kebun Raya, Kebun Binatang, taman dan lainnya. Selain itu juga sebagai penyedia air baku terutama di bagian hulu.

Ada dua pembangkit yaitu di Bengkok (3 x 1050 KW) dan Dago (1x 700 KW). Di sisi lain, terdapat masalah di sepanjang aliran sungai Cikapundung terutama di bagian hilir, meliputi Kota Bandung yang dipenuhi pemukiman, perdagangan, dan lain-lain yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut.

(sud/yum)


Hide Ads