Hasil survei Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) sempat menunjukkan naik turunnya elektabilitas antara Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan istri Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Atalia Praratya sebagai tokoh potensial di Pilwalkot Bandung 2024.
Pada periode survei 20-30 Juli 2022, elektabilitas Atalia paling tinggi dibandingkan tokoh lainnya, termasuk Yana Mulyana. Atalia mendapatkan 18,8 persen, sedangkan Yana 18 persen. Kemudian disusul tokoh lainya, seperti M Farhan, Budi Dalton dan Raffi Ahmad.
Kemudian, survei pun dilanjutkan. IPRC merilis hasil survei pada 12 Desember, hasilnya Yana menyalip Atalia. Yana sebagai petahana elektabilitasnya versi IPRC mencapai 28,5 persen. Atalia berada di urutan kedua sebesar 25,6 persen. Selisihnya hanya 2,9 persen. Kemudian disusul Nurul Arifin, Raffi Ahmad, dan M Farhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei tersebut digelar dengan 800 responden di 30 kecamatan di Kota Bandung pada 20-28 November 2022. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling, dengan margin of error Β± 3,5%pada tingkat kepercayaan 95 persen.
IPRC mengatakan kenaikan elektabilitas Atalia terjadi karena mendapatkan ekspos yang besar-besaran di media. Kala itu, keluarga Gubernur Jabar Ridwan Kamil tertimpa musibah, anak sulungnya Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril meninggal dunia karena terseret arus Sungai Aare Swiss.
"Yang bersangkutan mendapatkan ekspos besar-besaran pada medio Juni. Karena ada peristiwa besar itu. Tapi kemudian, seiring berjalannya waktu, elektabilitasnya menurun," kata peneliti IPRC, Fahmi Iss Wahyudi kepada detikJabar, Selasa (27/12/2022).
Fahmi menerangkan elektabilitas Atalia menurun karena selaras dengan ekspos terhadap Atalia, yang juga menurun. Namun, Fahmi menilai sejatinya Atalia bisa menjaga elektabilitas yang sudah melampaui Yana. IPRC menilai elektabilitas Atalia bisa terus naik ketika dirinya memastikan untuk maju di Pilwalkot Bandung.
"Jika yang bersangkutan tidak terus merawat, itu akan terus menurun. Sampai mungkin, saya tidak bisa memastikan sampai berapa ya. Tapi mungkin akan terus menurun, kecuali bersangkutan suatu hari nanti memastikan bahwa dirinya akan ikut. Publik akan mengikuti. Ya, deklarasi. Selama itu tidak berlangsung ya itu elektabilitas akan down fall, penurunan," kata Fahmi.
Sementara itu, Fahmi mengatakan petahana akan selalu punya keuntungan sebagai kandidat di pilkada. Namun, ia juga tak menampik angka yang didapat Yana masih belum maksimal untuk mendobrak elektabilitasnya.
"Tapi, kalau tidak ada figur lain. Itu bisa jadi kemampuan signifikan bagi Yana, ya punya peluang besar. Kalau tidak ada figur lain yang mencolok secara elektabilitas ya," tutur Fahmi.
"Dari 10 tokoh yang berpotensi tadi, setelah Atalia itu tidak ada figur yang signifikan secara elektabilitasnya, misal Teh Nurul (Arifin), Kang Farhan, itu kan masih di angka tiga atau empat persenan," kata Fahmi menambahkan.
(sud/mso)