5 Koridor BRT Resmi Mengaspal di Bandung Raya

5 Koridor BRT Resmi Mengaspal di Bandung Raya

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 28 Des 2022 02:31 WIB
Petugas mengisi daya bus listrik di Terminal Leuwipanjang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/12/2022). Kementerian Perhubungan memberikan bantuan sebanyak delapan unit bus listrik di Kota Bandung yang telah diuji coba melalui rute Terminal Leuwipanjang-Dago dengan tarif Rp4.900. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Bus listrik di Bandung (Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI).
Bandung -

Proyek bus rapid transit (BRT) resmi beroperasi di Bandung Raya. Pemprov Jawa Barat membuka rute BRT untuk 5 koridor dengan salah satu koridornya menggunakan bus listrik.

Berdasarkan data yang dihimpun, 5 koridor BRT Bandung Raya yang beroperasi itu meliputi jalur Alun-alun Bandung-Padalarang, BEC-Baleendah, Dipatiukur-Jatinangor, Leuwipanjang-Dago, dan Leuwipanjang-Soreang. Dinas Perhubungan Jawa Barat menyatakan, 5 koridor itu dioperasionalkan pada tahun ini dari target 17 koridor BRT Bandung Raya.

"Sekarang 5 koridor, nanti di 2025 kita target 17 koridor lagi bisa beroperasi," kata Kadishub Jabar Koswara kepada detikJabar, Selasa (27/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koswara mengungkap, proyek BRT membutuhkan total 455 bus yang bisa diproyeksikan mengangkut sekitar 270 orang setiap harinya dengan sistem buy the servis (BTS). Dari 5 koridor yang sekarang beroperasi, 1 koridor di antaranya menggunakan bus listrik untuk rute Leuwipanjang-Dago.

"Untuk bus yang listrik, tempat nge-charge-nya nanti di Terminal Leuwipanjang. Dari World Bank itu minta minimal 50 persen ada bus listrik dari seluruh rute. Nah Jawa Barat nanti akan mengarah ke sana," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Setelah beroperasinya BRT, angkutan publik yang sudah ada seperti angkot akan diintegrasikan dengan proyek tersebut. Koswara menjelaskan, angkot nantinya akan difungsikan untuk feeder yang diperuntukkan mengangkut penumpang di rute-rute tertentu, lalu penumpangnya disalurkan ke BRT Bandung Raya.

"Nanti konsepnya diintegrasikan, angkot kemungkinan jadi feeder atau masuk jadi konversi biu, atau dia jadi pengelola nanti. Angkot masih jalan, cuma jadi feeder. Kalau jadi feeder nanti diintegrasikan, biayanya masuk dalam biaya BRT, seperti di Jakarta nantinya," tuturnya.

Koswara belum mengungkap berapa nilai investasi dari proyek BRT ini. Namun untuk kebutuhan pembelian satu bus listrik saja, dia mengatakan Pemprov Jabar membutuhkan anggaran sekitar Rp 3 miliar.

"Kalau investasi, itu kita belum menghitung. Tapi untuk satu bus, itu butuh Rp 3 miliaran untuk yang listrik. Kalau yang diesel, harganya normal. Karena kan nggak semua koridor BRT menggunakan listrik, sebagaiannya ada yang diesel," pungkasnya.

(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads