Menguak Ingatan Dramatis Uju Selamat dari Tsunami Pangandaran

Menguak Ingatan Dramatis Uju Selamat dari Tsunami Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 24 Des 2022 18:30 WIB
Uju, pedagang di Pantai Pangandaran yang selamat dari tsunami.
Uju, pedagang di Pantai Pangandaran yang selamat dari tsunami. (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Mengingat peristiwa tsunami Pangandaran 2006 bagi warga setempat seperti mengelupas luka lama yang terngiang dalam pikiran.

Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mengalami guncangan yang sangat dahsyat, saat itu pada Senin (17/7/2006) akibat gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter.

Berdasarkan catatan data WHO, akibat bencana itu ada 668 korban jiwa dan 65 orang dinyatakan hilang. Sementara kerusakan infrastruktur mengalami kerugian mencapai miliaran rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua kegiatan manusia seperti pariwisata, investasi, perikanan dan lainnya hancur lebur. Membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk kembali normal.

Momen mengerikan itu dirasakan salah seorang warga Dusun Pangandaran Timur bernama Uju (64). Kesehariannya adalah pedagang yang menjajakan kopi dan berbagai minuman di Pantai Pangandaran. Ia pun menceritakan momen mengerikan tersebut.

ADVERTISEMENT

"Waktu itu sekitar pukul 15.30 WIB sore pada Senin (17/7/2022), saya sedang berjualan di pantai dan dagangan saat itu sudah dibenahi masuk boks penyimpanan," kata Uju kepada detikJabar belum lama ini.

Uju mengingat momen menegangkan saat gempa dan tsunami menerjang Pangandaran. Saat itu wisatawan juga sedang banyak.

"Sore itu suasana pantai masih dihuni para wisatawan yang melakukan aktivitas berenang. Kemudian sekitar pukul 16.00 WIB diguncang gempa yang sangat besar selama saya hidup," ucapnya.

Uju mengatakan pada guncangan pertama tidak begitu terasa guncangannya. Namun getaran yang kedua kalinya gempa berlangsung cukup dahsyat.

"Wah itu pas saya merasakannya bumi seperti diayun, lihat hotel waktu itu seperti mau runtuh. Saat itu belum ada bel peringatan tsunami," kata Uju.

Usai gempa bumi reda, selang beberapa waktu air laut Pangandaran surut dengan jarak sekitar 1 kilometer. Banyak ikan saat itu tergelepar di pasir. "Wah pokoknya surutnya jauh, bahkan warga setempat yang tergoda pada mengambil ikan," ucapnya.

Hanya dalam hitungan menit berselang, terdengar suara gemuruh seperti suara pesawat terbang yang akan lepas landas. "Tepatnya dari tengah laut langit, seperti gelap, (terlihat omak) mirip tikar yang menggumpal," katanya.

Kemudian gulungan air laut dari tengah Pantai Pangandaran semakin mendekat ke tepian. "Saya perkirakan gelombang ombak yang waktu itu akan menghantam saya setinggi 3 meter," kata Uju.

Sewaktu ada gulungan ombak, Uju sempat melarikan diri ke jalan yang sekarang terdapat Hotel Laut Biru. "Saya mendengar informasi ada tsunami, langsung lari. Ombak sempat menghantam tubuh yang lemah ini sampai ke Jalan Pramuka," ucap Uju.

Upaya penyelamatan diri itu berlangsung dramatis. Ia harus melewati ombak yang datang dengan kecepatan tinggi. Sempat terjatuh, Uju berlari sekuat tenaga.

"Alhamdulillah waktu itu saya masih diberikan kekuatan, bangun untuk kemudian lari menjauh. Meskipun pecahan ombak menghalangi setiap langkah," katanya.

"Hal yang paling diingat saat itu ketika nyawa sendiri harus berurusan dengan hati nurani. Ada seorang nenek tergulung ombak pecah tsunami, dia meminta tolong digendong. Tapi karena panik, saya terus berjalan lari sampai di Hotel Pantai Indah," ucapnya.

Di sana Uju mengungsi sementara setelah pecahan ombak gelombang tsunami. Saat dalam pengungsiannya di Hotel Pantai Indah, Uju mengatakan sempat diusir karena kepenuhan.

"Ya waktu itu Abah pindah tempat pengungsian ke masjid Agung Pangandaran. Saat itu langsung mencari keluarga. Karena terpisah jauh. Alhamdulillah keluarga saat itu ditemukan di tempat pengungsian lain," katanya.

Kebangkitan Pangandaran

Menurut Uju, selama sebulan usai tsunami, Pantai Pangandaran tidak bisa dimasuki sembarang orang. Sebab ada banyak 'masalah' yang menerpa Pangandaran.

"Dijaga ratusan petugas. Karena beberapa hari pasca tsunami marak penjarahan dan pembegalan rumah. Banyak barang berharga, motor, tv, dan mobil yang dicuri akibat diterjang tsunami," tuturnya.

Waktu terus berlalu, sedih dan rasa takut masih menghantui masyarakat Pangandaran saat itu meskipun sudah berlalu beberapa bulan.

"Aktivitas wisatawan lumayan cepat pulihnya, awal tahun 2007 wisatawan mulai memasuki Pantai Pangandaran. Beberapa hotel, pedagang dan pelaku wisata lainnya mulai berbenah," ucapnya.

"Mulai terasa banyak wisatawan itu pasca setahun setelah tsunami. Waktu itu wisatawan sangat banyak saat hari libur. Apalagi hari besar nasional," ucapnya.

Meskipun ingatan itu sulit dilupakan, Uju mengatakan banyak hikmah di balik semua peristiwa. "Saya hanya percaya bahwa setiap bencana pasti ada penyebabnya dan setiap peristiwa mengandung hikmah," katanya.

Memantik ingatan lama, mertua Uju di Pangandaran setahun sebelum tsunami sempat berpesan.

"Mertua saya dulu bercerita bahwa 'cai laut barat jeung timur bakalan kawin (air laut barat dan timur akan menikah)'. Saya nggak tahu dulu maksudnya apa. Tapi 2006 kejadian Pantai Pangandaran diterjang tsunami. Dari Pantai Timur memuat ombak dan dari Pantai Barat membuat ombak, sehingga menyatu di tengah daratan Pananjung. Mungkin maksud bapak dulu tsunami," pungkas Uju.

Halaman 2 dari 2
(yum/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads